Alesya tidak mengerti dengan apa yang terjadi dan kenapa Kai seperti ini. Namun, satu yang Alesya tahu, dia harus melakukan sesuatu agar laki-laki dihadapannya ini dapat tenang.
"Kai, kenapa? Tenanglah, aku ada disini, ssttt," ucap Alesya sangat lembut pada Kai. Dia tiba-tiba memeluk Alesya erat, hingga membuat Alesya terkejut.
"K—kai?" tanyanya khawatir.
"Mama..., mama aku, dia melakukan percobaan bunuh diri," ucapnya lemah dan tak berdaya. Alesya hanya diam dan mencoba mendengarkan Kai hingga selesai.
"Aku takut dia nggak selamat dan ini bukan yang pertama kalinya. Aku hanya merasa lelah dengan semua ini tapi, aku juga nggak bisa kehilangan satu-satunya hal yang berharga buatku. Aku takut kehilangan dan nggak bisa membahagiakan dia," Kai mencurahkan semuanya pada Alesya, tanpa dia sadari. Karena sudah terlalu lama menahan semua sendiri dan beban yang menumpuk terlalu banyak.
Lalu, hubungannya dengan Alesya sudah jauh lebih dekat dari yang dia bayangkan. Karena, Alesya wanita pertama yang dekat dengan Kai. Satu-satunya yang Kai terima dalam hidupnya, setelah ibu kandungnya sendiri.
"Tenang Kai, mama kamu pasti akan baik-baik saja kok. Lagian Kak Yohan balik ke Jakarta buat mengurus mama selama kamu disini, 'kan? Jadi kamu tenang saja," ucap Alesya sembari menepuk-nepuk punggung Kai pelan.
Karena dari yang diceritakan oleh Kai, setelah mendapat kabar itu. Yohan, manager-nya, tinggal di Jakarta untuk membantu Kai mengurus ibunya yang harus dibawa ke Rumah Sakit. Karena itu, Kai datang ke Bandung hanya dengan dua asistennya saja.
Meski seperti itu, Alesya dapat mengerti, jika Kai tidak akan tenang sampai dia melihat sendiri keadaan mamanya. Wajar saja, jika Kai merasa terpuruk seperti ini.
Alesya pun jadi bertanya-tanya, kehidupan seperti apa yang dijalani oleh ibu kandung Kai, swhingga memutuskan untuk bunuh diri berulang kali. Jika, ibunya saja seperti itu. Lalu, bagaimana dengan Kai yang hidup bersama dengan ibunya. Beban dan perasaan seperti apa yang ditahan oleh Kai, tidak dapat dibayangkan oleh Alesya sedikit pun.
.....
"Kai, bisa tolong lebih ceria? Karena tema iklan kali ini ceria dan segar. Jadi, tolong disesuaikan agar kita bisa berganti scene yang lain," ucap Sutradara pada Kai. Karena ekspresinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Padahal biasanya Kai selalu mengerjakan semuanya dengan sempurna. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. Mungkin kondisi Kai saat ini karena dia memikirkan tentang ibunya, sehingga dia tidak dapat fokus saat ini.
"Ok, maaf," balas Kai dan bersiap.
"Alesya, masuk, mulai!" perintah Sutradara. Dia memberi arahan mereka selama proses syuting iklan berlangsung. Tidak tahu karena Kai dan Alesya yang cepat mengerti situasi atau memang pihak Sutradara dan yang lainnya sangat ahli, proses syuting lebih cepat selesai dari yang sudah ditentukan. Jika cepat selesai, otomatis semakin banyak waktu untuk mereka semua yang terlibat bisa beristirahat.
"Kai, ini minumlah dulu," Alesya memberikan sebuah botol air pada Kai.
"Terima kasih," balas Kai dan Alesya mengangguk.
"Mau jalan-jalan? Kita kan sudah selesai, mereka memberi kita waktu bebas. Jadi, ayo kita pergi keluar dan sedikit bersantai," ajak Alesya pada Kai. Dia melakukannya hanya untuk menghibur rekan kerjanya itu, agar tidak terlalu memikirkan soal mamanya. Mereka memiliki waktu bebas banyak sekali, karena jam kerja akan dimulai keesokan harinya dan barulah mereka kembali ke Jakarta.
"Kamu mau?" Kai malah bertanya balik pada Alesya.
"Iyah," jawabnya mengalah. Kai memang seperti itu orangnya. Alesya mulai paham sedikit akan karakter dan watak dari seorang Kai. Lalu, dia juga ingin menghibur Kai meski hanya sebentar. Membuat pria itu tersenyum lagi, walaupun memang tidak dipungkiri kalau Kai jaranv tersenyum Hanya saja, Alesya ingin melakukannya. Meski tidak terlihat tersenyum tapi, Alesya dapat mengetahui dari raut wajah Kai jika dia baik-baik saja.
"Yah sudah, ayo!" meski tidak begitu ingin tapi, Kai menyetujuinya dan segera bangkit lalu berjalan menuju parkiran mobil. Tidak ada salahnya juga menghabiskan waktu bersama Alesya. Karena, setidaknya dengan ini, dia dapat mengurangi sedikit rasa cemasnya dan mengubah suasana hatinya yang buruk.
Lalu, bukankah ini kesempatan juga untuk Kai menjadi lebih dekat dengan Alesya. Karena Kai tertarik padanya. Awalnya dia membenci Alesya tanpa alasan, maka dari itu, dia bersikap lebih jahat pada Alesya ketimbang orang lain. Entah kenapa, dia hanya tidak menyukai Alesya yang memakai topeng. Untuk apa terjun dalam dunia hiburan, jika dia menyembunyikan identitas atau memakai samaran. Menurut Kai itu tidak masuk akal.
Namun, lambat laun selama proses mereka bekerja, Kai yang memiliki perasaan benci dan tidak suka jadi lebih memperhatikan Alesya. Perhatiannya selalu tertuju pada Alesya dan tanpa dia sadari, perasaan yang dia miliki malah berubah menjadi perasaan tertarik dan suka. Mungkin saja sejak awal dia memiliki perasaan tersebut, hanya saja dia tidak menyadarinya.
Karena setiap kesempatan selalu saja ada sesuatu hal yang mengharuskan mereka berdua selalu berdebat atau bertemu. Kai menjadi lebih penasaran akan wajah dibalik topeng itu.
"Kita mau kemana? Aku jarang datang ke kota ini, yang aku tahu dari medsos dan internet, katanya kulineran disini enak-enak, terus tempat rekreasinya juga. Namun, kita nggak mungkin kesana kan, mereka bisa mengenali kamu," ucap Alesya panjang lebar dengan antusias. Ternyata dia juga senang jika mereka jalan-jalan. Dia juga ingin menjelajahi Kota Bandung ini.
"Memangnya hanya aku? Daripada aku bukankah dari jauh mereka akan lebih dulu mengenali kamu daripada aku. Siapa lagi di dunia ini yang pakai topeng beruang selain kamu," balas Kai tidak terima jika dirinya menjadi sasaran karena ketenarannya. Padahal Alesya sendiri juga dikenal oleh orang-orang.
"Yee, enak saja. Mereka tidak akan mengenaliku sedikit pun. Aku hanya tinggal melepas topeng, terus masalah kelar. Tidak seperti kamu, 'kan? Bagaimana caranya menyembunyikan wajah itu? Wee!" balas Alesya tidak mau kalah dengan lidah menjulur keluar.
Alesya terlihat begitu menggemaskan sekali dimata Kai. Ingin rasanya Kai melepas langsung topeng beruang itu dan melihat bagaimana wajah Alesya dibalik benda kecil itu.
"Memangnya berani lepas? Kalau berani coba lakukan! Sana, buruan dilepas!" tantang Kai yang memang dengan sengaja bermaksud agar Alesya melepas topengnya, sehingga dia dapat melihat wajah Alesya tanpa mengenakan topeng.
Bukankah keberuntungan sedang memihaknya? Dan, untung saja Kai menyetujui ajakan Alesya untuk pergi jalan-jalan serta menikmati waktu yang tersisa. Jika dia menolak ajakan Alesya tadi, mungkin saja kesempatan seperti ini tidak akan terjadi. Kai menunggu dengan penuh harap dan menatap Alesya dengan seksama tanpa memalingkan pandangannya sedetik pun.