Kini mereka berdiri dan saling mengunci dalam tatapan. Yang satu menatap penuh rindu, yang satu lagi menatap penuh kebencian. Suara embusan napas terdengar tak teratur, bahkan detak jantung nyaris menggema dan menjadi suara pemecah sunyi di tempat itu. Hujan di luar sana seakan tak peduli, petir membelah langit dan guntur menjadi pemecah dalam sunyinya malam. Pada dinding putih nan bersih, bingkai-bingkai foto berisi potret pernikahan terpajang dengan rapi. Di sana keduanya terlihat saling mencintai, tetapi kini … semua jungkir balik dan sangat berbeda. “Felica, itu semua bohong,” ujar pria bersurai putih nan panjang. “Aku tidak membunuhmu. Aku mencintaimu!” tegas pria itu kemudian. “Hentikan! Aku tak akan bisa kau bohongi, kembalikan aku ke tempat tinggalku!” tegas Felica. Cancri men

