Margareth sudah putus asa membuat Evan tak lagi terkurung dalam dunianya sendiri. Dia seolah tak memiliki air mata lagi untuk mengalir. Semua permohonan sudah terucap dan tidak mampu membuat tuan mudanya kembali seperti dulu. Dia pun bangkin dan meraih bayi yang diletakkan Margaerth di ranjang depan Evan. Dalam isak tangis ia membawa bayi yang bahkan belum diberi nama oleh orang tuanya. "Baiklah tuan. Kini aku tahu jika kau tidak mencintai nyonya Jingga. Yang kau cintai adalah dirimu sendiri. Jika tidak seharusnya kau merawat satu - satunya peninggalannya. Bukannya berdiam diri dan lepas tangan seperti ini." Margareth melangkah meninggalkan Evan yang masih seperti mayat hidup. Tanpa tahu jika ada satu butir air mata yang menetes di pipi pria yang sangat putus asa itu. Namun itu hanya

