Mata Jingga terbelalak melihat kastil yang berada di depannya. Kini ia baru menyadari jika Irvan bukanlah pria dari kalangan pengusaha biasa. Dia keturuan bangsawan yang memiliki garis keturunan yang rumit. Ini membuatnya meragukan sambutan kakek Irvan jika mengetahui dirinya adalah wanita biasa. "Kamu tidak pernah bilang jika memiliki kastil di home land- mu," bisik Jingga. Irvan mengangkat bahu santai. "Anggap saja kejutan." 'Kejutan yang tidak lucu. Ya ampun apa aku harus terlibat pada pusaran perebutan warisan keluarga bangsawan? Tsk ini pasti rumit.' Seorang pria bersurai hitam mengkilat datang. Dia berdiri membuka pintu dengan seragam resmi, rapi dan bersikap sempurna seperti yang biasa Jingga lihat di televisi. Jujur saja itu membawa kekaguman tersendiri di hati Jingga. Baginya

