Jingga terbangun setengah jam setelah Clara pergi. Matanya masih malas untuk terbuka tapi ia merasa tubuhnya sudah cukup beristirahat. Dia pun menggeliatkan tubuhnya perlahan kala menyadari jika gerakannya dibatasi oleh lengan kekar nan berotot. 'Semua otot yang Irvan miliki sangat keras, ' batin Jingga. Baik otot atas maupun bawah semuanya nampak telatih dengan baik. Membentuk tubuh yang macho dan jantan. Bahkan terlalu jantan. "Jam berapa ini?" Aroma teh jasmin menarik perhatiannya, karena di hari sepagi ini sudah ada pelayan yang menaruh di atas meja. Dia berpikir siapa pelayan yang menaruh teh di hari di kala Matahari belum menunjukkan sinarnya. "Hei, jangan bangun dulu. Aku masih belum memelukmu," bisik Irvan. Tingkahnya menjadi lebih manja dari kemarin. "Kita harus bersiap da

