BAB 8 Berjalan di Tempat

1063 Kata
Owin turun dari Mobil berjalan menuju ke kantor dengan santainya, seperti biasa dia menyapa dengan ramah dan sopan setiap berpapasan dengan staf di kantor tanpa melihat jenjang kedudukan. Dia langsung berjalan menuju ruangannya akhir akhir ini Owin jarang bertandang dan ngobrol ke bagian bagian lainnya, hal ini membuat beberapa pengemar Owin bertanya tanya penasaran. Tok..Tok... Tok.. Terdengar ketukan pintu di ruangannya dan tanpa menunggu jawaban pintu itu langsung terbuka. Nonggol wajah Mutia di balik pintu,segera dia berjalan masuk sambil menenteng shopping bag “Win, tumben lu diruangan! Biasanya kelayapan gossip dan pecicilan.” Cetus Mutia yang langsung menghempaskan pantatnya di kursi depan meja “Ha..Ha...Ha... Gue bosan berbasa basi Tia” “Ciehhh.. ada yang bertobat ya. Ehhh jangan jangan elu udah punya pacar ya?” cetus Tia cablak Owin hanya cengar cengir trus melirik shopping bag yang ditaruh Mutia di meja, melihat hal itu Mutia langsung sadar tujuan awal dia kesini “Ehh gue lupa, ini oleh oleh dari Bandung ya” “Asik gue dikasi makanan, terima kasih Mutia” ujar Owin tersenyum senang sambil memeriksa isinya “Sama sama” Mutia langsung berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan itu. Owin melihat ada 1 dus batagor, kue dan beberapa aneka cemilan, melihat batagor Owin langsung teringat dengan Yulia, terakhir mereka keluar Yulia memesan batagor dan melahapnya dengan Memikirkan Yulia membuat perasaan Owin menjadi hangat, akhir akhir ini Owin mempunyai kebiasaan baru yaitu rutin berkomunikasi dengan Yulia baik hanya sekedar melalui chat maupun telepon. Owin meraih Hpnya dan memencet nomor yang sekarang selalu berada di urutan paling atas riwayat telepon Owin. Bunyi HP mengintrupsi kegiatannya Yulia yang sedang memeriksa stock di salah satu tokonya, dilihat Owin yang menelepon “Hemh.. jawab Yulia sambil menjepit Hpnya di antara bahu dan wajahnya sambil tangannya tetap mencatat hitungan dari anak buahnya. “Lagi dimana Yul? Gue dapat Batagor, sayang kalo taruh di tempat gue ngak ada yang makan entar” cerocos Owin “Lagi diasemka! Entar pulang dari sini gue singgah ke rumah lu ambil aj ya? Gue beresin ini dulu” Terdengar jawaban persetujuan diseberang sana Yulia langsung mematikan Hpnya dan kembali mengerjakan pekerjaannya kembali. Sejak kejadian one night stand, hubungan Yulia dan Owin lebih mirip TTM teman tapi Mesra. Owin dengan rajin selalu berkomunikasi dengan Yulia, mereka juga hampir setiap minggu jalan bareng. Tetapi Yulia tetap tidak mau mengakui Owin sebagai pacarnya.Owin sudah pernah menawarkan beberapa kali untuk mereka mencoba pacaran dulu atau penjajakan, tetapi Yulia malah berdalih bahwa Owin masih belum cocok jadi pacarnya. Sejujurnya Yulia masih meragukan Owin.Yulia percaya Owin tidak punya pacar, tetapi dia yakin disudut hati Owi masih mencintai seorang wanita yang pernah disebut namanya waktu pertama kali Yulia nginap dirumahnya, hanya saja Yulia lupa namanya siapa karena Owin tidak memanggil dengan jelas. Jadinya yahh begitu, Owin merasa digantung. Tapi Owin penasaran banget dengan Yulia, tidak pernah ada gadis seperti Yulia yang merasa Owin tidak pantas buat dirinya Bayangkan! Yulia bilang dia itu perfect dalam segala hal. Dirinya cantik, sexy dan kaya. Secara Yulia mengakui dirinya pengusaha muda yang sukses dengan penuh percaya diri. Haihh Owin hanya bisa mengelus gelus d**a, secara ada pula cewek yang kepedean banget ya. *** Begitu Yulia sampai dirumah mami langsung nyerocos “Yul tadi mami dapat kabar dari klinik, Rio sudah tidak jadi dokter disana, dia di pecat.” “Mami bingung kenapa dia dipecat ya? Padahal selama ini dia baik baik saja, trus kata suster disana, Dia juga sudah pindah ke luar kota”. Lanjut Mami kepo “hemhh.. biarin aja mi, bodoh amat” Yulia hanya menganggapi dengan dingin, karena dia sudah tau. Owin sudah memerikan laporan beberapa hari yang lalu bahwa Rio di tahan seminggu di tahanan polisi, kemudian sudah di lepas tetapi dengan beberapa syarat dan kondisi yang berlaku. Yulia benar benar tidak mau mendengar dan berurusan lagi dengan b******n tengik itu, makanya dia sengaja mengahlikan perhatian emaknya. “Mi bukannya kemarin mami ada terima undangan reunian Yayasan Pancaran Hidup? Acaranya kapan? “Oh iya, hari sabtu ini acaranya pagi jam 11 gitu, kamu bisa antar khan ya?” tanya mami “Hemhh.. paling nanti Yulia drop in mami dulu abis itu singgah bentar ke toko trus baru balik jemput mami pulang ya?” Yulia perlu titip kunci ke Okta, karena senin Yulia ada urusan di kantor full. “Yah udah gitu juga ngak apa, yang penting jangan lama lama ya, nanti keburu selesai, mami sendirian nungguin kamu lagi” “Pasti! Lagian acara model gitu minimal 4 jam baru kelar, ada acara makan makan lagi khn?” “Iya sich” *** Hari sabtu tiba. jam 9.30 an saja Yulia sudah standby untuk mengantar emaknya, dia takut oceh emaknya yang bakal tajam bila dia masih belum siap. Tidak berapa lama tante Irma muncul dengan stelan batik yang halus dan rapi, bibir yang di poles lipstick tipis dan tidak lupa rambut di sasak rapi. “Wow mami kayak mau ke kondangan saja? Bisa bisa MC disono kalah ama mami nih” cetus Yulia sambil mengoda emaknya “Masak? Berlebihan kah?” cetus mami sambil memeriksa dirinya celingak celinguk “Hahaha, ngak sich cuman yahh awas aja kalo ada kakek duda yang naksir” “Dasar anak gila” Omel tante Irma Tidak berapa lama Yulia dengan mulus meluncurkan mobilnya ke arah tol langsung menuju hotel tempat acara itu di buat. Di tempat lain Kring..kring.. telepon Owin sudah berbunyi beberapa kali Owin sibuk memasang Bluetooth untuk mengangkat Hpnya karena dia sedang menyetir Begitu telepon diangkat terdengar suara tante Sisca, mama Owin “Owin sudah jam 10 kamu sudah dimana?” “Aduh mah, tenang acaranya mulai jam 11 khan? Ini juga sudah di jalan bentar lagi sampai.” Ujar Owin cepat sebelum mamanya mengomel lagi Tidak sampai 10 menit Owin sudah memasuki gerbang rumahnya, tante Sisca sudah menunggu di teras dengan rapi. Dengan cepat mama membuka pintu mobil, masuk dan menutupnya. “ Ayo cepetan jalan! Aku ngak mau terlambat malu nanti di lihat orang orang.” Ujar mama dengan muka ditekuk Owin hanya diam dan segera memacu mobilnya. Lagian mama bukannya suruh papa atau Darwin atau bahkan Glori yang antar, yang jelas tinggal 1 rumah. Ini malah suruh aku yang tinggal nya terpisah untung aja alaram nya bekerja. Coba kalo ngak waduh bisa perang dingin ini renung Owin sambil membawa mobil dengan lincah Begitu memasuki pelataran parkir Hotel, ternyata sudah ramai dan cukup penuh.Owin terpaksa harus mencari parkiran di basement.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN