“Ternyata Anda benar-benar datang. Saya benar-benar senang bisa bertemu Anda langsung.” Pernyataan Amira membuyarkan lamunan Vania. Wanita berkewarganegaraan Tiongkok itu tersenyum lebar untuk menyatakan rasa bahagianya. Ia meraih kedua tangan Vania dan menggenggamnya dengan erat. Vania tidak tahu harus bagaimana memasang ekspresi wajahnya saat ini. Pasalnya, ucapan Amira membuatnya berpikir jika Galaksi telah mengabarkan kedatangannya kepada tamunya. “Apa kita bisa bicara sebentar, Nona Lin?” pinta Vania yang ingin berbicara lebih mendalam dengan wanita itu. “Panggil saya Ami saja, Vania.” Amira segera meralat panggilan Vania terhadap dirinya. Terlihat jelas ketulusannya untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Vania. Sudut bibir Vania melengkung dengan canggung. Ia tidak pernah

