Meet Again

1245 Kata
Langit terlihat begitu cerah dengan awan-awan putih yang semakin menghiasi langit siang ini. Namun sepertinya tidak dengan suasana hati Aaron. Sudah satu minggu berlalu, harusnya hari ini adalah hari bahagia Aaron dan Angela yang mengingat ikatan suci pernikahan. Namun kembali lagi kepada penguasa jagat bumi. Manusia memang boleh berencana tapi tetap Tuhan yang menentukan. Dan berakhirnya hubungan Aaron dan Angela sudah menjadi takdir dari yang maha kuasa. Sudah satu minggu juga, Aaron terus dihantui rasa bersalah atas kepergian Yudha. Terlebih lagi ia yang masih belum menemukan cara yang tepat untuk bertanggung jawab. Meski Shena sudah menegaskan kalau ia tidak perlu tanggung jawab dan bahkan meminta nya untuk melupakan masalah ini, justru itu semakin membuat Aaron merasa bersalah. Aaron menghela napas berat. Menyandarkan punggung pada penyanga kursi. Saat ini, ia berada di kantor dengan tumpukan laporan yang belum ia kerjakan. Di hadapi masalah yang begitu besar membuat Aaron tidak fokus dalam bekerja. Aaron bangun dari posisi duduk, lantas melangkah mendekati dinding kaca, menatap pemandangan langit dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. "Langit nggak akan pergi tanpa lo pandangi terus." Dari suaranya Aaron sudah pastikan kalau itu adalah Mike - sekretaris sekaligus sahabat nya. Mike menyimpan file bermap biru di atas meja kerja Aaron. "Jangan melamun terus, banyak laporan yang mesti lo cek dan tanda tangani." Aaron memutar tubuh, tersenyum tipis menanggapi ucapan sahabat nya itu. "Sudah masuk jam makan siang, lebih baik kita makan dulu." Mike berucap setelah mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gue nggak nafsu makan. Lo pergi makan sendiri aja," balas Aaron. Mike memutar bola mata jengah. Ia berjalan mendekati Aaron lalu menarik tangan nya. "Gue nggak nerima penolakan. Pokoknya kita makan siang bareng." Aaron hanya bisa pasrah saat Mike membawanya keluar dari dalam ruangan. Jika kalian pikir di antara mereka ada cinta yang tumbuh, maka kalian salah besar. Hubungan mereka murni sebatas sahabat. Mereka sudah saling mengenal sejak bangku SMA dan Mike juga sudah mempunyai tunangan. "Kafe langganan kita hari ini tutup, sedang ada perbaikan katanya. Jadi kita makan di kafe yang ada dekat kampus aja ya." Mike berucap dan Aaron hanya bisa mengangguki. Lima belas menit berlalu, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Kedua nya melangkah bersama memasuki kafe yang pertama kali mereka kunjungi. Mereka duduk di bangku yang dekat dengan jendela. Mike mendengus pelan saat menatap Aaron yang tidak ada semangat semejak satu minggu ke belakang. "Kalau lo terus kayak gini, lebih baik lo mati aja deh." Aaron menatap tajam pada Mike saat mendengar ucapan gadis itu. "Kenapa? Bener kan kata gue? Lo udah kayak mayat hidup tahu nggak? Gue ngerti gimana perasaan orang yang lagi patah hati. Tapi tolonglah, lo perhatiin kesehatan lo juga. Apa dengan lo terus kayak gini, hubungan lo sama Angela akan kembali lagi? Nggak kan? Makanya, kalau lo nggak siap buat kehilangan jangan lepas orang yang lo cintai," ujar Mike mengelurkan uneg-unegnya. Aaron hanya memberitahu apa yang dia beritahu kepada orang tuanya. Jadi Mike juga tidak tahu kejadian yang sebenarnya hingga membuat hubungan Aaron dan Angela harus berakhir. "Ini bukan masalah gue sama Angela. Lagian gue juga udah nggak peduli lagi dia. Nggak ada lagi cinta dalam hati gue buat dia," ujar Aaron. "Terus apa yang membuat lo kayak gini kalau bukan masalah Angela?" Aaron menghela napas panjang. Ia memang belum menceritakan soal kecelakaan yang terjadi pada malam itu. Mike memicingkan mata curiga pada Aaron. "Ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue, iya kan? Lo nggak bisa bohongin gue." "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang pelayan datang dengan buku menu yang di bawanya. Membuat obrolan Aaron dan Mike terhenti lalu menoleh pada pelayan tersebut. Tatapan mata Aaron dan pelayan tersebut beradu. Terlihat keterkejutan dari dua orang itu. Senyum di bibir pelayan tersebut perlahan mulai memudar. Untuk beberapa detik lamanya mereka saling menatap dalam diam. Tanpa Aaron sadari kini ia sudah berada dalam posisi berdiri. Mike yang melihat itu pun terheran. "Kalian kenapa?" Mike bertanya, membuat kontak mata mereka terputus. "Maaf saya harus pergi, biar saya minta pelayan lain ke sini," ucap Shena dengan kepala menunduk lantas memutar tubuh hendak beranjak pergi, namun seseorang menahan tangannya. "Saya perlu bicara sama kamu," ucap Aaron. "Saya ada urusan lain, tolong lepaskan tangan saya," balas Shena tanpa mau melakukan kontak mata lagi dengan Aaron. Ia berusaha untuk melepaskan cekalan tangan Aaron yang begitu kuat. "Berikan saya waktu sepuluh menit untuk bicara sama kamu." "Saya bilang lepaskan tangan saya," tegas Shena yang kini menatap tajam pada Aaron dengan wajah datar nya. "Ron, lepaskan tangan dia. Ini tempat ramai, jangan buat keributan." Mike membuka suara, walau ia tidak tahu ada apa sebenarnya antara Aaron dan pelayan itu. Saat merasakan cekalan tangan Aaron mulai mengendur, segera Shena menginjak satu kaki Aaron dengan kencang hingga sontak cekalan tangan lelaki itu terlepas lalu ia meringis kesakitan. Lantas Shena setengah berlari pergi keluar dari dalam kafe. Tidak ingin kehilangan jejak, Aaron menepikan rasa sakit pada kaki nya dan berusaha mengejar kepergian Shena. "Eh, mau kemana lo?" Aaron tidak menghiraukan teriakan Mike, ia tetap melangkah pergi membuat gadis itu berdecak kesal. "Shena, tunggu!" Shena menoleh ke belakang, menatap kesal pada Aaron yang berusaha mengejarnya. "Kenapa harus ketemu lagi sama dia?" rutuk Shena. Melihat wajah Aaron membuat hati Shena kembali sesak seiring teringatnya kejadian tabrakan yang membuat nyawa Yudha melayang. Shena sudah berusaha untuk mengikhlas kan kepergian Yudha dan memaafkan Aaron, namun seperti nya itu bukan hal mudah, di tambah lagi sekarang ia di pertemukan kembali dengan laki-laki itu. "Aaaaa!" Terjatuh dan menjadi tontonan gratis orang-orang, bukanlah hal yang baik. Wajah Shena bersemu merah menahan rasa malu dan juga marah saat orang-orang yang ada di sekitar menertawakan nya. "Ssshhh...." Shena meringis sakit sambil berusaha untuk bangun, namun kaki nya yang terkilir membuatnya kesusahan untuk berdiri. Sampai akhirnya sebuah uluran tangan membuat Shena terkejut, ia mendongakkan kepala untuk melihat siapa pemilik tangan itu. "Saya bantu kamu untuk berdiri," ucap Aaron sambil tersenyum tulus. Shena yang masih kesal pada Aaron pun menepis tangan laki-laki itu dan menolak percuma bantuan dari nya. "Nggak usah sok baik kamu," ketus Shena. Aaron menghela napas berat. Mencoba bersabar menghadapi gadis itu. Shena masih berusaha untuk bangun sambil menahan rasa nyeri. Aaron yang gemas melihat Shena yang tak kunjung bangun pun segera menarik kedua bahu gadis itu dengan tiba-tiba. "Jangan sentuh saya!" Shena melayangkan pukulan pada Aaron setelah ia di bantu bangun oleh laki-laki itu. "Maaf." Hanya itu yang bisa Aaron ucapkan. Shena memalingkan wajah ke arah lain. Lalu dering suara ponsel terdengar. Ia mengeluarkan benda pipih canggih tersebut di dalam kantong celana nya. Ada panggilan masuk dari tetangga rumah dan segera Shena menerima panggilan itu. "Halo, iya Bu Asri, ada apa?" "Shena, cepat pulang. Rumah kamu kebakaran." Shena tersentak kaget. "Apa, Bu? Rumah saya kebarakan?" Aaron yang mendengarnya pun ikut terkejut. "Iya. Sudah cepat pulang, kasihan Amanda yang masih panik." Shena mengangguk beberapa kali. "Iya, Bu. Saya pulang sekarang. Terima kasih infonya." Shena kembali memasukkan ponsel ke dalam saku celana, hendak berlari namun kaki nya yang sakit membuat nya hendak kembali jatuh, beruntung dengan sigap Aaron dapat menahan tubuh Shena. "Jangan sentuh saya!" murka Shena. Air mukanya jelas menunjukkan kalau ia begitu membenci Aaron. "Saya antar kamu." "Nggak usah!" Ketusnya segera menjawab. Sepertinya Aaron layak diberikan penghargaan atas kesabarannya menghadapi Shena saat ini. "Kamu harus cepat pulang bukan?" Shena mendelik tajam. Tidak ada pilihan lain selain menerima tawaran dari Aaron. Ia sangat khawatir pada kondisi sang adik di rumah. "Bagaimana? Kamu kamu?" Aaron kembali bertanya dengan harapan gadis itu mau menerima bantuan dari nya. "Ya udah, iya!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN