"Ya gue segera ke sana, bang." Ia menutup teleponnya. Lalu menghubungi Nesia. Terpaksa membatalkan beberapa janji untuk makan bersama dan berjalan-jalan dengan gadis itu selama beberapa hari ke depan. Ia tak punya pilihan. Ketika misi memanggil dan ia harus berangkat di detik itu juga. "Ya, beyb?" Terdengar sapaan yang begitu sumringah di seberang sana. Ya karena ia sudah rindu pada lelaki ini. Meski belum lama juga berpisahnya. "Aku....aku...," ia terdiam. Ya maksudnya teralihkan. Ia baru saja melihat seorang gadis melintasi lobi hotel di saat ia berada di sana. Gadis yang sangat ia hapal segala gerak tubuhnya. Gadis itu tampak duduk di sofa. Ya masih di sekitar lobi walau tak begitu jauh dari pintunya. Sementara ia agak menjauh, tak mau terdengar atau bahkan keberadaannya sampai dik

