Chapter 1A

2476 Kata
Gerimis kecil masih berlangsung di malam yang pekat itu, seolah mengerti bagaimana perasaan seorang gadis yang berdiri dengan pandangan kosong di balkon kamarnya, ia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, kenapa seolah-olah semua fakta yang terjadi selalu mencekiknya hingga ia merasa ingin mati. “Eve.” Panggilan lembut wanita paruh baya itu, membuat gadis yang dipanggil Eve menoleh, dan ia melihat wanita yang telah melahirkannya tersenyum hangat padanya. “Sahabat sekaligus calon suamimu telah datang,” ujar Anne, ibu gadis itu, membuat Eve tersenyum kecut. Sahabat sekaligus calon suami? Lucu sekali hidupnya. “Baiklah Ma, aku akan segera turun.” Anne mengangguk dan kembali meninggalkan anak gadisnya yang masih tetap pada posisi awalnya berdiri menatap tetesan air langit yang terus turun membasahi bumi. Ia menekan dadanya, berusaha menghilangkan sesak di hatinya. Ia bahagia, sangat bahagia bisa menikah dengan sahabatnya, namun kebahagiaan itu datang disertai rasa sakit, jika ia tahu calon suaminya itu juga mencintai sahabatnya yang lain sejak lama. Bahkan kenyataan itu seolah menghantamnya berkali-kali sejak dulu, dan saat pria itu kini akan terikat olehnya dan menjadi miliknya, terkecuali hati pria itu. Ia merasakan sesak berkali-kali lipat, bahkan saat kalimat pernikahan itu terucap dari kedua orang tua masing-masing, tatapan hangat yang selalu pria itu berikan untuk Eve, berubah menjadi tatapan tajam dan mengintimidasi, bahkan orang bodoh pun tau jika pria itu tidak setuju dan sangat menentang pernikahan itu. Faktanya sahabat yang akan menjadi calon suaminya itu mencintai sahabatnya yang lain, yang merupakan sahabatnya juga, dan saat semua itu terjadi Eve merasa benar-benar kehilangan sosok sahabat yang selalu ada untuknya, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menerima semuanya, termasuk pria itu. Eve menutup pintu yang menghubungkan antara kamarnya dengan balkon, banyak yang dipikirkan gadis itu, tentang perubahan sahabatnya, Liam dan Allisya, dan takdir seperti apa yang akan ia jalani setelah ia resmi menjadi istri seorang Liam Hwang. Sahabatnya selama sepuluh tahun ini, yang selalu berbagi keluh kesah dengannya. Dan bagaimana perasaan Allisya saat mengetahui semua ini, ia bahkan belum bertemu dengan Allisya saat hal ini terjadi, bagaimana mungkin ia menyakiti dua sahabatnya sekaligus, karena sebuah pernikahan, yang bahkan tidak diinginkan oleh Liam . Atau mungkinkah ini hadiah dari Tuhan atas kesakitannya selama bertahun-tahun yang mencintai Liam dalam diam, dan selalu merasakan sesak saat melihat bagaimana kisah Allisya dan Liam yang telah berubah dari sahabat menjadi cinta dan berlanjut pada tahap sepasang kekasih selama tiga tahun ini. Eve terkekeh sendiri, benar, ia akan menganggap ini sebagai hadiah dari Tuhan atas segala kesakitan yang ia rasakan, walaupun ia mengakui jika itu adalah kesalahannya, yang dengan bodohnya menempatkan Liam sebagai orang yang ia cintai. Tetapi hatinya sejak awal sudah memilih Liam. Menjadikan pria itu sebagai cinta pertamanya, saat ia berumur lima belas tahun, dan rasa itu semakin dalam bahkan saat ia telah menjadi dewasa seperti sekarang. Ia menuruni tangga dengan langkah yang lambat, ia belum siap bertemu dengan Liam dan melihat tatapan pria itu yang kini tak lagi bersahabat dengannya, ia terlihat seperti musuh di mata Liam yang harus dibunuh. Benar-benar mengerikan. “Liam ,” panggil Eve lirih, hanya ada pria itu di sana ditemani segelas orange juice yang Eve yakin dibuatkan oleh ibunya. “Kupikir kita harus bicara,” ujar Liam datar, benar-benar tak bersahabat. Membuat hati Eve lagi-lagi mendengung ngilu, ia merindukan Liam yang dulu, yang satu bulan lalu masih bersikap hangat dan menyayanginya. “Benar, banyak yang harus kita bicarakan,” ujar Eve tetap tersenyum, namun Liam kini tak lagi membalas senyumannya, pria itu justru menarik tangan kecil itu menjauh dari ruang tamu, membawanya menuju taman belakang. Yahh bertahun-tahun mereka bersahabat, mereka sudah terlalu sering keluar masuk rumah satu sama lain. Liam melepaskan genggaman tangan itu begitu tiba di taman belakang dan memandang Eve dalam penuh makna. “Ayo kita batalkan pernikahan konyol ini Eve, aku tidak bisa seperti ini, kau tahu’kan aku mencintai Allisya, kita sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun yang lalu, kau juga akan menyakiti hati Allisya jika melanjutkan pernikahan ini. Kita sahabat kan Eve? Kau, aku dan Allisya, kita sudah bersahabat sejak lama, kau bahkan tahu aku mencintai Allisya melebihi diriku sendiri, dia cinta pertamaku dan sudah menjadi cita-citaku untuk menjadikannya istri juga, bukankah Allisya juga selalu membagikan keluh kesah dan semua yang ia rasakan padamu? Seharusnya kau mengerti. Jika kita melanjutkan ini kau akan menyakiti hati Allisya, hatiku dan juga hatimu.” Eve tertawa hambar, Allisya, Allisya dan Allisya, sahabat? Bahkan Allisya selalu menceritakan hal yang membuatnya sakit, tentang kencan bahagianya dengan Liam , makan malam romantis bersama pria itu, bukankah seharusnya jika ia benar-benar sahabatnya ia bisa memahami sahabatnya bahkan hanya melihat dari mimik wajahnya saja, seharusnya Allisya memahaminya jika mata itu menyiratkan kesakitan setiap ia menceritakan kebahagiaannya bersama Liam . “Aku. Aku tidak akan membatalkan semua ini Liam , aku....aku juga mencintaimu...bahkan jauh sebelum Allisya mencintaimu, namun aku hanya bisa memendamnya, saat kau selalu datang padaku dan menceritakan semua hal yang berhubungan dengan Allisya, begitu juga dengan Allisya yang mulai tertarik padamu, ia selalu menanyakan apapun tentangmu, dan tahukah kalian hal itu selalu menyakitiku setiap detiknya, setiap kata yang terucap dari bibir kalian seperti anak panah yang menghujam hatiku satu demi satu. Aku merasakan kesakitan itu sejak lama Liam Hwang,” ujar Eve terisak, dan pernyataannya tadi membuat Liam tercekat, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan pria itu. “Dan aku akan menganggap semua ini adalah hadiah dari Tuhan atas kesakitanku selama ini,” ujar Eve tersenyum sinis, membuat rahang Liam mengeras detik itu juga. “Evelyne! Kau gila! Kau akan melukai perasaanku dan Allisya, kau akan merusak persahabatan kita karena keegoisanmu”Liam berteriak marah. “Aku bahkan terluka lebih dalam dibandingkan dirimu dan Allisya, dan kini aku hanya ingin sesuatu yang sudah aku inginkan sejak lama menjadi milikku setelah aku bersabar, bukankah itu cukup adil Liam Hwang?” Eve sekali lagi tersenyum sinis, ia tidak peduli jika Liam akan menganggapnya gadis egois, bahkan jahat sekali pun, jauh dari keinginannya yang memang menginginkan Liam menjadi suaminya, ada alasan lain yang membuatnya tetap mempertahankan semua ini, semua demi orang tuanya dan orang tua Liam . Fakta yang sama sekali tidak Liam tahu, jika orang tua masing-masing memiliki alasan kuat untuk menjadikan mereka sepasang suami istri yang sah di mata Tuhan. Bahkan sekalipun Eve tahu jika setelah ia resmi menjadi istri Liam, mungkin kesakitan yang akan ia alami berkali-kali lipat lebih menyakitkan dari sebelumnya. Ia tetap akan melanjutkan semuanya. “Kau gila Evelyne. Mulai detik ini kita bukan lagi sahabat, kau hanya wanita egois yang lebih memilih menyakiti hati wanita lain. Kau benar-benar menjijikan.” Kata-kata Liam sangat melukai hatinya untuk yang kesekian kali. Benarkah kini mereka hanya sebatas orang asing yang salah satunya menolak keberadaan satunya? Benarkah untuk detik-detik selanjutnya tidak ada lagi tempat bagi Eve sebagai sandaran, ia merindukan Liam nya yang dulu, yang selalu ada untuknya dan selalu menyayanginya. “Baiklah jika itu maumu agar pernikahan ini tetap berjalan, aku menerimanya, fakta jika....jika kita memang bukan lagi sebagai sahabat. Selamat malam Liam.” Ujar Eve dengan suara parau, gadis itu hendak berlalu dari hadapan Liam , dan ingin benar-benar segera mencapai kamarnya, menumpahkan segala air matanya di sana. Namun tangan kekar itu menahannya dan memandangnya tajam. “Aku memiliki beberapa persyaratan untukmu. Pertama kita akan tidur di kamar yang terpisah, kedua Allisya akan tinggal bersama kita, dan yang ketiga, Allisya yang akan tidur sekamar denganku.” Eve membulatkan matanya tak percaya, ia menyentakkan tangan Liam kasar. Dan memandang tajam pria itu. “Kau ingin membunuhku? Sampai mati pun aku tidak akan menyetujui semua permintaan gilamu!” Ujar Eve. “Kau pikir aku mengajukan persyaratan ini untuk mendapat persetujuan darimu? Jika kau memang tidak menginginkan hal ini terjadi, jangan berharap aku akan datang ke gereja itu.” Ujar Liam dengan tatapan nyalangnya. “Liam Hwang!!! Terserahmu. Lakukan apapun keinginanmu.” Ujar Eve dan benar-benar berlalu dari hadapan Liam . Dan setelah kepergian Eve, Liam hanya bisa memandang nanar punggung ringkih yang semakin menjauh itu. “Apa yang telah kau lakukan Liam Hwang? Dia sahabatmu dan selamanya akan seperti itu, dia gadis yang selalu menjadi prioritasmu dan kau benar-benar melukainya tadi. Astaga apa yang telah kulakukan?” Liam menjambak rambutnya frustasi, ia tadi benar-benar hilang kendali setelah Allisya marah padanya atas hal gila yang terjadi ini. Bahkan ia masih tidak bisa mempercayainya jika dalam beberapa hari ke depan ia akan memiliki Eve sebagai istrinya, padahal ia masih mencintai Allisya dan akan seperti itu selamanya. *** Gereja katedral terbesar di Novena itu menjadi saksi bisu untuk dua orang manusia yang akan dipersatukan oleh ikatan pernikahan di hadapan Tuhan. Masing-masing mempelai masih berada di ruangannya. Seorang gadis dengan gaun putih yang menjuntai hingga lantai dan akan menjadi ratu hari ini terlihat masih terdiam di depan cermin, padahal perias telah selesai meriasnya sejak lima menit yang lalu, namun ia belum beranjak, air matanya perlahan menetes satu-satu, ia tidak peduli dengan make up yang nantinya akan luntur. Ia hanya takut tidak bisa menjalani dan bertahan hingga akhir, dan akhirnya memilih untuk meninggalkan pria itu. “Sayang,” panggilan dari seseorang membuat ia dengan cepat menghapus air matanya. “Louis,” Eve langsung memeluk seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya. Hanya Louisa yang tahu bagaimana perubahan sikap adiknya pada Eve setelah acara makan malam keluarga waktu itu yang menghasilkan pernikahan ini. “Tidak apa-apa. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja, aku akan membantumu.” Ujar Louisa mengusap pelan bahu Eve. “Bukan, aku menangis karena bahagia bisa menjadi istri Liam .” Eve berusaha menyembunyikan kesakitannya, Louisa tersenyum dan mengangguk, jika Eve tidak ingin menceritakannya maka ia tidak akan ikut campur lebih jauh. “Ayo. Acara pemberkatan kalian berdua akan dimulai, ayahmu menunggu di depan, berikan senyum terbaikmu.” Ujar Louisa menghapus sisa air mata di sudut mata Eve. Dan kata “bersedia”yang terucap dari bibir masing-masing itu menjadi titik di mana semuanya tidak lagi sama, semuanya akan berubah drastis, begitu pun kehidupan keduanya. Tak ada pancaran bahagia dari keduanya, hanya pancaran kekecewaan dari sang pria dan pancaran terluka dari sang wanita. Dan di sudut katedral itu pancaran yang awalnya penuh kasih telah berubah menjadi benci, karena sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya kini justru menjadi milik sahabatnya. Sahabat? Bahkan ia tidak bisa menjamin jika kata “sahabat” itu masih bisa ia berikan pada gadis dengan gaun putih itu. Semuanya merasakan kesakitan dan kekecewaan itu. Namun tidak tahukah di antara mereka bertiga -Eve, Liam dan Allisya-, mungkin Eve lah yang nantinya akan mengalami kesakitan itu setiap waktu, fakta jika Allisya akan hadir dalam rumah tangganya bahkan akan berbagi ranjang dengan suaminya menghantamnya berkali-kali, hingga ia merasa kebas dengan rasa sakit itu. Bahkan ini baru permulaan, dan rasanya Eve benar-benar ingin mati saja, jika kelak ia benar-benar lelah dengan semuanya. *** Acara resepsi itu telah selesai dilaksanakan bahkan hingga pagi menjelang, kini hanya ada Liam , Eve dan juga keluarga keduanya. Wajah lelah terpancar dari mereka, namun mereka bahagia melihat pernikahan kedua anaknya yang berjalan dengan baik hingga rasanya lelah itu telah terbayarkan oleh hadiah pernikahan ini. “Mommy, aku dan Eve akan langsung ke hotel, besok kami baru akan pindah ke apartemen.”Ujar Liam menarik Eve hingga berada tepat di sampingnya, pria itu juga merangkul gadis yang telah resmi menjadi istrinya hari ini. “Baiklah. Kalian istirahatlah, istrimu terlihat begitu lelah Liam.” Ujar Vhiena, ibu Liam , yang disetujui oleh semuanya. Dan detik selanjutnya Liam membawa Eve menuju kamar hotel yang telah disediakan. Eve merebahkan tubuhnya di sofa begitu tiba di kamar hotel, kakinya benar-benar sakit karena harus menggunakan heels selama sehari ini. Bahkan sejak bertemu di altar dengan Liam tadi, pria itu tak berbicara sama sekali padanya, hingga detik ini. Ia memilih merebahkan tubuhnya di sofa dan meluruskan kakinya dari pada mandi, lagi pula Liam begitu tiba langsung menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi itu terbuka, memperlihatkan tubuh setengah telanjang Liam dengan rambut basahnya. “Apa yang kau lakukan di situ? Tidurlah di ranjang.” Liam berujar tajam tak terbantahkan, membuat Eve hanya bisa menurutinya. “Besok Allisya akan tinggal dengan kita, aku sudah memberitahukannya padamu sebelumnya, dan aku tidak menerima penolakan Evelyne.” “Bisakah kau tidak melakukan itu Liam? Kau... bisakah menghargai perasaanku sedikit saja? Atau kau ingin membunuhku pelan-pelan dengan kehadirannya di antara kita?” Eve menatap Liam tepat di manik pria itu. “Di antara kita? Bukankah kau yang merusak di antara aku dan Allisya juga persahabatan kita? Kau tidak lebih dari sahabat yang menusuk sahabatnya dari belakang, dan aku yakin Allisya juga akan setuju denganku jika kau hanya seorang yang sudah tidak pantas lagi disebut sahabat.” Liam mencengkram dagu Eve membuat gadis itu meringis, bukan karena cengkraman Liam , namun setiap perkataan pria itu menghujam hatinya berkali-kali. “Ck. Aku benar-benar tidak menyangka jika kau tetap akan melakukan ini padaku.” Liam menghempaskan cengkramannya pada dagu Eve membuat Eve sedikit terhuyung. Pria itu membuka almari dan mengambil piyamanya. Eve tersenyum miris, bahkan dua minggu yang lalu sebelum pernikahan itu diumumkan, ia masih bisa bercanda dengan pria itu dan menerima boneka penguin sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke dua puluh enam, namun kini semuanya seolah berubah seratus delapan puluh derajat, dan mungkin setelah ini ia tidak pernah lagi mendapatkan kehangatan dari pria itu, ia akan kehilangan sosok yang selama ini selalu ada di sampingnya. Andai saja bukan karena suatu hal, ia tidak ingin bersikap egois dengan melukai pria itu, ia tidak mempermasalahkan dirinya jika terluka, namun ini semua adalah keharusan yang ia lakukan, dan ia tidak bisa menolak pernikahan ini sekalipun Liam bersujud di hadapannya. Eve menggelengkan kepalanya berusaha menepis pikiran-pikiran negatif tentang semuanya, ia hanya berharap Liam perlahan akan menerima statusnya yang sekarang, bukan hanya sebagai sahabatnya namun juga sahabat sehidup sematinya dalam ikatan pernikahan itu. “Selamat malam, Liam.” Ujar Eve lirih sebelum menutup matanya. Usianya dengan Liam terpaut empat tahun, Eve dan Allisya pertama kali bertemu dengan Liam saat mereka berada di sekolah dasar, saat itu Allisya yang berada di tingkat dua ES selalu mendapat bullying dari teman-temannya, Eve yang tidak suka melihat hal itu membantu Allisya, namun siapa sangka Eve justru ikut mendapatkan bullying, dan akhirnya mereka berdua selalu menjadi bahan bullying teman-temannya, saat itu Liam yang baru saja pindah dari Woodlandes melihat kejadian itu, anak laki-laki itu berada di tingkat akhir ES dan tanpa berpikir panjang ia langsung menolong kedua gadis kecil itu, dan sejak saat itu mereka mulai dekat dan menjalin pertemanan hingga sebuah kata “sahabat” itu terjalin di antara mereka bertiga bahkan hingga Liam lulus dari Universitas persahabatan itu masih terjalin, dan saat ini Liam telah menjadi salah satu dokter muda yang sukses di salah satu rumah sakit Novena, sedangkan Eve melanjutkan S2 nya di bidang Science (Biology), sedangkan Allisya memilih bekerja di sebuah perusahaan elektronik yang terkenal di Singapura, dan ketika kabar pernikahan itu datang, semuanya benar-benar berubah, Allisya tidak pernah lagi menghubunginya, bahkan sikap Liam berubah menjadi sosok yang tidak Eve kenal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN