Dara melangkahkan kakinya menuju gudang belakang sekolah. Untung saja Dara tidak penakut, kalau ia takut sudah pasti ia kan meminta Andien untung menemaninya.
Dara memutar knop pintu, lalu membukanya perlahan. Bau khas debu jelas bisa dikenali oleh indra penciuman Dara.
Belum sempat masuk ke dalam gudang, Dara sudah mendengar ada orang yang sedang marah-marah. Rasa penasarannya membawa dirinya menuju sumber suara dan benar saja ada kakak kelas yang sedang mengangkat kerah kemeja cowok di depannya. Nampaknya, cowok yang sedang dimarahi itu seangkatan dengan Dara.
"LO NGGAK USAH JADI JAGO--"
"Uhuk uhuk." Kalimat Dery-anak kelas 11 itu terputus, karena suara batuk Dara.
"Uhuk uhuk." Dara mulai merasa sesak nafas. Dara menepuk dadanya perlahan.
"Lo kenapa?" tanya Dery dengan rokok di sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya dan menurunkan tangan kanannya dari kerah baju cowok itu. Dery langsung menghampiri Dara yang sudah dalam posisi jongkok. Dara tidak menjawab, rasanya susah untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Dery menurunkan badannya, supaya posisinya sejajar dengan Dara.
"Ro—Rokok." Dara berucao terbata-bata, karena dadanya sudah terasa sangat sesak. Dery menatap rokoknya sebentar, tidak mengerti apa maksud Dara. Dara menepuk-nepuk dadanya pelan.
"LO ASMA?" tanya Dery langsung membuang dan menginjak rokoknya, tetapi tetap saja masih ada asap rokoknya. "Bawa alat, apa itu namanya gue gak tau. Bawa gak?" tambahnya lagi, Dery kini terlihat panic, dan semakin bertamabah rasa paniknya, ketika Dara menggeleng.
Tidak perlu berpikir panjang, Dery langsung menggendong Dara menuju UKS. Sedangkan, Mothy—adik kelas yang tadi sedang dimarahi oleh Dery, hanya menghela napas lega.
Nyawanya selamat.
...
"Gimana udah enakan?" tanya Dery yang baru memasuki ruang UKS, tadi dia pergi ke kantin sebentar untuk membeli teh angat. Dara membalas dengan anggukan kecil.
"Dara!" panggil Andien dengan suara cemprengnya memasuki ruang UKS.
"Ndien, kebiasaan de," tegur Dery.
Nih kakak kelas kenal Andien? Batin Dara bingung.
"Hehe, maaf kak." Andien membalas dengan senyuman yang menunjukkan barisan giginya
Dara yang masih dilindungi oleh selimut putih UKS, hanya bisa menghela napas, karena kebiasaan sahabatnya yang satu ini.
"Lo kenapa sih? Beberapa hari lalu pingsan, sekarang asma dan keliatannya lemes banget. Kenapa gak ke dokter aja!?" ucap Andien tanpa jeda. Dara hanya membalas dengan senyuman kecil, bibir dan wajahnya masih pucat.
"Gue yang salah, tadi gue gak peka, kalau dia asma." Andien langsung menghampiri Dery dan menjitak dahinya.
"Ngerokok aja terus Der! Biar gue bilangin nyokap" ancam Andien kepada Dery.
Nyokap? Lagi-lagi Dara dibingungkan dengan perkataan Andien.
"Udah deh, gue izin guru dulu mau bawa Dara ke rumah sakit. Nanti bantuin Dara jalan ke gerbang sekolah ya kak," lanjut Andien. Dara mengerutkan dahinya, tak mengerti apa maksud sahabatnya.
...
"Izin guru udah, apa yang belum sih!?" gumam Andien yang sudah duduk di kursi supir mobilnya sembari mengingat-ingat sesuatu yabg kurang.
"Oh iya, tasnya Dara!" Untung saja Andien tidak mudah lupa.
Andien bergegas kembali ke kelas Dara untuk mengambil tas Dara.
"Eh, temen lo mana?" Pertanyaan itu membuat Andien menghentikan langkah kakinya dan membalikkan badannya. Dan sekarang di depannya sudah ada Darren, Figo, Gio dan Vano.
Aduh gemeteran kan, ada Kak Vano!! Help!! Sesek nafas gue ngeliat Vano! Eh, kan lo udah punya pacar Ndien! Batin Andien menggigit bibir bawahnya.
"Mana temen lo!?" tanya Darren lagi dengan nada sedikit membentak.
"E-eeh, ada di UKS kak." jawab Andien gemetar.
"Kenapa?" Vano mulai angkat bicara. Jelas suaranya membuat Andien semakin gemetar, entah gemetar senang atau takut.
Astaga dia ngomong sama guee!! Batin Andien.
"Eemm, asmanya kambuh kak."
Tak perlu banyak bicara Darren langsung berbalik meninggalkan Figo, Gio dan Vano. Vano yang bingung dengan hatinya, apakah dia harus menyusul Darren untuk melihat adiknya atau membiarkannya saja.
Dan keputusannya Vano mengikuti langkah Darren.
"Mana si!?" bentak Darren yang tidak menemukan Dara di UKS.
"Cari pelan-pelan Der." tegur Vano kepada Darren.
Darren langsung melangkahkan kakinya lagi untuk mencari Andien. Vano hanya mengikuti langkah kaki Darren.
"MANA DARA!?" tanya Darren dengan nada membentak. "Lo bilang di UKS, tapi dia gak ada. JANGAN BOHONG!" lanjut Darren dengan penekanan di kalimat terakhir.
Andien merasa dirinya sedang berada di kandang singa.
"E-eh gak ada, berarti di gerbang sekolah." jawab Andien takut.
"Sekali lagi lo bohong, hidup lo gak tenang!" ancam Darren.
Darren langsung melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah.
Entah kenapa Darren sangat peduli dengan Dara. Padahal Vano, kakak kandung Dara saja tidak sampai segitunya.
...
"Lo duduk disini dulu ya. Kalau gue gendong terus bisa pendek gue," ucap Dery menuntun Dara untuk duduk di kursi samping gerbang sekolah.
Memang tadi perjalanan dari UKS ke gerbang sekolah Dery menggendong Dara, karena Dara masih tidak kuat berjalan dan wajahnya juga masih pucat.
Sepertinya aneh, hanya asma saja bisa sampai selemas ini dalam jangka waktu yang cukup panjang. Atau memang seperti itu? Entahlah.
Dery melihat Darren sedang berlari menuju dirinya, diikuti Vano yang berjalan santai dibelakang Darren. Figo dan Gio? Pasti mereka sudah balik ke kelas.
"Liat Dara?" tanya Darren yang belum mengatur nafasnya lagi, karena kelelahan beralari.
"Liat." jawab Dery santai dan membuang muka.
Ya, geng Darren dan Dery sudah pasti bermusuhan.
Darren mencari keberadaan Dara dan dapat!
"Van, jagain Dara dulu, gue ngambil mobil," ucap Darren langsung pergi, padahal ucapannya belum disetujui oleh Vano.
2 menit kemudian mobil Darren sudah terlihat di gerbang sekolah.
"Sini gue gendong." Vano langsung menggendong Dara di punggungnya.
Mungkin sekarang Dara merasakan kebahagiaan yang sangat-sangat.
Untungnya, Dery tidak terlalu perduli. Jadi, Dery tidak menahan kepergian Dara seperti di sinetron.
Vano mendudukkan Dara di kursi belakang.
Darren langsung menancap gas menuju rumah sakit. Sebenarnya kondisi Dara tidak terlalu parah. Cuma Darren khawatir dengannya, sangat khawatir.
"Dara mana?" tanya Andien turun dari mobilnya. Dia tidak mendapati Dara sama sekali.
"Dibawa Darren," jawab Dery menjentikkan rokok yang sudah berada di tangan kirinya.
"Ish, lo bukannya nahan!"
"Lah gue siapa?"
"Lah mereka siapa?
"Mana gue tau."
Capek berdebat dengan Dery, akhirnya Andien memutuskan untuk menaiki mobilnya lagi dan menuju rumah sakit.
...
Dara sepertinya sudah lemas sekali, sampai-sampai ia sudah tertidur pulas di mobil.
Tiba-tiba terdengar lantunan musik Rossa-Kamu yang Kutunggu. Darren menatap Vano dan sebaliknya. Tetapi, tau lantunan musik itu bukan milik mereka berdua, Vano dan Darren langsung menengok ke belakang dan sepertinya hp Dara berbunyi.
Vano mengambil gawai Dara yang berada di saku bajunya.
"Halo."
"...."
"Rumah sakit Sinar."
Vano mematikan sambungannya. Dan Darren pun tidak mengambil pusing siapa yang menelfon, dia masih tetap fokus dengan tujuannya, yaitu rumah sakit.