Tidak Punya Hati

1093 Kata
Jantung Ayara semakin berdegup kencang, kala tangan lembut itu mengusap pipinya dengan penuh perhatian. Ayara tahu jika selama ini Adam memang sangat baik padanya, bahkan di saat orang tua Beni selalu mengintimidasinya dengan pertanyaan tentang kapan ia akan memberikan keturunan untuk mereka, justru Adam selalu bersikap sebaliknya. Ia tak pernah bertanya ataupun mencercanya dengan pertanyaan yang bahkan Ayara sendiri tak tahu jawabannya. Ayara memundurkan tubuhnya, jujur saja ia tak nyaman dengan posisinya saat ini. Mereka begitu dekat bahkan terkesan sangat intim, “M-maaf, Pak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya ..” “Apa Beni yang melakukannya?” Adam kembali bertanya pada Ayara tanpa ia memperdulikan Ayara yang tak nyaman dengannya. Ayara mengangguk, “Iya, Mas Beni yang melakukannya.” “Kenapa?” Ayara mengangkat kepalanya lalu menatap Adam, “Karena aku telah merendahkan selingkuhannya. Mas Beni tidak terima lalu dia menamparku.” cairan hangat itu lolos begitu saja membasahi wajahnya. Ayara adalah seorang wanita biasa, ia juga memiliki rasa. Ayara terluka karena perbuatan suami dan juga sahabatnya yang telah mengkhianatinya dengan kejam. “Jadi, dia mengkhianatimu?” Ayara kembali mengangguk, “Dengan sahabatku, Sabrina yang telah menjadi wanita pilihannya. Dan saat ini ia sedang mengandung anak Mas Beni.” Adam mendengus, “Kurang ajar, Beni pecundang.” “Aku memang tidak bisa memiliki anak, aku tidak bisa membahagiakannya. Tapi, bukankah hal ini bisa dibicarakan baik-baik. Kenapa Mas Beni jahat dan mengkhianatiku.” Adam menghapus air mata Ayara, lalu membawa tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. “Jangan menangis, Ayara. Jangan kau perlihatkan kelemahanmu di hadapan mereka. Tunjukan jika kau kuat, karena dengan begitu mereka tidak akan puas.” Ayara pun menangis dalam pelukan Adam, pelukan dari tangan kokoh ini membuat Ayara merasa terlindungi. Adam sangat baik dan sangat peduli padanya, mungkin tidak akan apa-apa jika ia sejenak menyandarkan diri pada Adam. Karena saat ini ia merasa begitu lemah, Ayara butuh seseorang untuk menguatkannya. Adam mengusap bahu Ayara dengan lembut, tangan duda tanpa anak ini mengepal. menahan segala amarah yang membuncah di dadanya. Sedari awal, Adam memang sangat menyayangkan kenapa perempuan sebaik Ayara harus menikah dengan pecundang seperti Beni. Beni memang keponakannya, lebih tepatnya adalah jika Beni adalah keponakan angkatnya. Sebab, Adam hanyalah adik angkat dari Rudy, ayah dari Beni. Adam adalah seorang anak yang diangkat dari panti asuhan oleh orang tua Rudy, karena kepintarannya ia pun diangkat menjadi anak oleh keluarga Dirgantara. Dan menjadi salah satu penerus perusahaannya. Dan kini Adam menjadi pria yang sukses dan memiliki segalanya, hanya pasangan hidup yang tak ia miliki. Karena dulu istrinya meninggal bersama dengan anaknya saat akan melahirkan. Dunianya hancur, hingga ia tak mau menikah lagi. Namun, saat melihat Ayara, pandangannya untuk hidup sendiri mulai berubah. — Di lain tempat, di sebuah apartemen milik Beni. Sabrina tengah menyiapkan pakaian kerja untuk pria yang saat ini masih berstatus kekasihnya. “Mas, ini pakaiannya.” Sabrina memberikan kemeja dan juga jas yang akan dikenakan oleh Beni. Beni tersenyum, “Terima kasih, Sayang.” “Sama-sama.” Beni pun mengenakan pakaian yang dipilihkan oleh Sabrina, “Seleramu sangat bagus.” ucap Beni. “Tentu saja, bukankah Mas juga salah satunya.” jawab Sabrina mengulas senyum. Senyuman yang selama ini mampu memabukan Beni, senyuman yang telah membuat Beni jatuh ke dalam pesonanya. “Kau memang wanita yang pintar.” Beni pun membalikan tubuhnya untuk melihat ke arah cermin besar yang ada di hadapannya. Sabrina memeluk Beni dari belakang, “Mas …” panggilnya halus. “Ada apa, Sayang?” “Kapan kita akan menikah?” Selesai mengancingkan kemejanya Beni pun berbalik, ia memegang pipi Sabrina lalu berkata, “Kapan pun kau mau.” “Benarkah?” Beni mengangguk seraya tersenyum, “Aku sudah bicara dengan Mama, dan Mama sangat senang mendengarnya. Karena sebentar lagi ia akan punya cucu.” Senyuman manis semakin merekah di bibir sabrina, ia tidak menyangka jika ibunya Beni akan dengan mudah menerimanya. Padahal awalnya ia pikir jika dirinya akan ditolak karena ia hanya seorang wanita kedua yang dijadikan selingkuhan. Tidak Sabrina duga jika kehamilannya sangat membawa keberuntungan baginya. Sebab, kehamilannya ini membuat jalannya menjadi sangat mudah untuk memiliki Beni, pria yang selama ini menjadi incarannya. “Bersiaplah, malam ini kita akan membahas pernikahan kita dengan keluargaku.” Sabrina mengangguk dengan penuh semangat, ia sangat bahagia karena selangkah lagi ia akan memiliki Beni dan sah menjadi istrinya. — Sore hari Ayara kelelahan dan ingin segera pulang ke rumah untuk merebahkan tubuhnya. Namun, sayangnya baru saja ia sampai di rumah, Beni dan Sabrina sudah menunggunya. “Ayara, kita harus bicara.” ucap Beni. “Apalagi yang mau Mas bicarakan? Apa Mas sudah bersedia menceraikan aku?” “Jangan harap, aku ingin membicarakan masalah pernikahanku dengan Sabrina.” ucapnya. “Kalian tinggal menikah, apalagi yang harus dibicarakan.” “Mama ingin kau ikut membantu menyiapkan pernikahan Beni dan Sabrina.” tiba-tiba Emi, ibu mertuanya datang dan tanpa perasaan ia berkata demikian pada Ayara. “Apa? Kenapa harus aku? Mama tahu kalau aku sibuk bekerja setiap hari.” jawab Ayara langsung menolak keinginan dari Emi. “Memangnya siapa lagi kalau bukan kau, Mama dan Bella adik ipar kamu yang akan menyiapkannya.” ucap Emi. Ibu dan anak memang sama saja, mereka sama-sama tidak berperasaan. Hanya karena menginginkan seorang cucu, Emi bahkan lupa pada Ayara. Dan ia tak memikirkan bagaimana perasaannya. Padahal ia juga adalah seorang perempuan, apa yang akan ia rasakan jika suaminya melakukan hal seperti yang putranya lakukan. Begitu juga dengan Bella, sebagai seorang perempuan ia sama kejamnya dengan Beni. Ia tak peduli dengan Ayara yang terluka. Dan hanya peduli pada Sabrina yang tengah mengandung calon keponakannya. Sungguh keluarga jahat dan tak memiliki hati, pikir Ayara. “Kenapa tidak Sabrina saja yang menyiapkan semuanya, bukankah dia yang akan menikah.” pungkas Ayara kesal. “Kakak ipar sedang hamil, dia tidak boleh kelelahan. Seharusnya kau wanita mandul yang membantu kami, bukan malah meminta Kak Sabrina yang melakukannya. Aku tahu kalau kau itu iri kan padanya, karena Kak Sabrina langsung bisa hamil tidak sepertimu yang mandul.” mulut Bella sama kurang ajarnya dengan Beni dan Emi, benar-benar memuakan. “Terserah apa yang mau kalian katakan, aku tidak peduli pada kalian. Mau bagaimana pun pesta pernikahannya nanti aku pun tidak peduli, pernikahan ini sama sekali bukan urusanku.” Ayara kemudian pergi meninggalkan mereka, disana. Ia memilih untuk pergi ke kamar lalu berkemas untuk segera pergi dari rumah itu. Jangan harap Ayara akan mau mengurusi pernikahan ataupun memperdulikan Sabrina yang tengah mengandung. Ia bukan seorang putri yang harus diprioritaskan juga ia khawatirkan. Perset4n apa yang akan terjadi pada Sabrina, karena wanita jal@ng itu telah menghancurkan hidupnya. Jangan harap Ayara akan berbaik hati padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN