Bab 3

1266 Kata
Beberapa jam yang lalu ... “Aku sudah putuskan, kesepakatan kita batal!” ujar Victor dengan tegas pada kelompok pengusaha dari Cina tersebut. Sang Taipan tua itu langsung beringsut. Dia ditolak dua kali oleh anak muda yang sama, hal tersebut melukai harga dirinya. “Pikirkan saja, aku mengeluarkan banyak uang untuk mengurus urusanmu yang satu itu. Keuntungan apa yang aku dapat? Semua penjualan dikuasai oleh perusahaanmu, lagi pula aku tak tertarik untuk menjual obat terlarang seperti itu!” lanjut pimpinan mafia itu lagi. “Keuntungan? Apa kau meminta bagian? Dengan senang hati jika memang kau menginginkannya. Kita akan buat perjanjiannya!” jawab orang tua tersebut. “Aku tidak berminat! Pergi saja dari sini!” Sang taipan tua itu lalu mengembuskan napas. “Baiklah, sepertinya kau memang sangat menyukai polisi yang sudah mati itu. Aku sangat tak paham kenapa kau tertarik,” tuturnya sambil tersenyum miring. “Atau jangan-jangan ... kalian pernah punya urusan yang belum selesai?” “Tutup mulutmu, Orang tua! Lebih baik kau pergi jika tak ingin menyusul si polisi itu ke alam baka!” ancam Victor geram. “Aihh, Tuan Victor yang terhormat! Jangan buru-buru mengambil keputusan, utang si polisi itu sudah kuambil alih. Jadi ... sekarang, aku sudah mengambil jaminan lain dari orang yang sudah mati!” Victor menoleh untuk mencari tahu ke mana arah pembicaraan pria tua tersebut. “Jika peminjam sudah tiada, maka ahli warisnya yang akan menanggung utang itu! Dan ya ... aku menagihnya secara langsung pada mereka!” lanjut si pria tua. Dahi Victor semakin berkerut. “Jadi ... aku menyandera istri dan anaknya!” Si taipan tua tersebut senyum miring sambil melihat reaksi Victor. Lantas setelah mendengar hal itu, Victor langsung mendekat dan mencengkeram kerah milik pria tua di hadapannya. “Apa maksud pembicaraanmu? Kau mencari tahu tentang aku?” Victor menggeram dan marah. Sementara itu, pengawal taipan tua tersebut langsung mengacungkan senjata pada Victor karena berusaha menyerang bosnya. Hal itu juga dilakukan oleh Daniel yang mengacungkan senjata pada pihak lawan, agar tak ada satu pun dari mereka yang berani menyentuh pelatuknya. “Wow tenang!” Si taipan tua langsung mengangkat kedua tangan. “Apa ada yang salah? Sebagai debitur, bukankah yang kulakukan itu wajar?” Tak ada jawaban dari Victor, dia hanya menggeram sambil mencengkeram kerah orang tua tersebut lebih kencang. “Jika kau mau bekerja sama denganku, maka ambillah tawananku untukmu! Anggap saja itu pengganti si polisi yang sudah mati kemarin. Tapi jika kau tidak berminat, maka wanita itu akan menjadi tawananku!” Jakun Victor bergerak-gerak. Dia membanting tubuh orang tua itu dan langsung berbalik arah. Taipan tua itu refleks dibopong oleh para pengawal dan asistennya. “Bawa aku pada mereka!” tutur Victor sambil melangkah pergi. ** Apakah ini akan menjadi pertemuan yang dramatis? Apakah ini yang menjadi pengobat rindu untuk keduanya? Victor merasakan debaran itu kembali. Namun, ia berusaha mengendalikan diri, karena bagaimanapun juga, logikanya selalu mengingatkan. Dia adalah perempuan yang telah menyakitiku! Begitu pintu terbuka dan menunjukkan wajah seorang perempuan yang sayu dalam keadaan terikat, aura Azam, pemuda miskin yang patah hati serasa dihidupkan kembali. Bagaimana cinta itu pernah membara, bagaimana nafsu itu pernah menggebu, sampai akhirnya semuanya lebur menjadi abu. Aku bukanlah Azam yang mencintainya dulu! Kalimat itu menggema di kepalanya. Wanita yang ia lihat dalam keadaan terikat tersebut tiba-tiba menyeret tubuhnya untuk mendekat. Dia tampak kesulitan bergerak untuk meraih kaki Victor. Namun gerakan itu dianggap sebagai ancaman oleh Daniel, maka sang asisten langsung dengan tegas menodongkan senjata pada Sarah. “Tenanglah!” Victor meminta Daniel untuk tidak membidik perempuan yang tidak berdaya tersebut. “Baik, Tuan!” Dengan segera Daniel menurunkan senjatanya. “Azam, kaukah itu? Azam, Sayangku ....” Mata Victor memicing, dia menyadarkan diri dan tak mau luluh hanya karena melihat air mata yang mengalir di pipi pucat itu. Daniel yang berdiri di belakang mengerutkan dahi, melihat keganjilan yang terjadi pada drama di depan matanya ini. Namun, dia tak berusaha untuk memahami, terutama jika ini berkaitan dengan hubungan pribadi pimpinannya. “Siapa Azam? Dia sudah mati!” jawab Victor dengan mantap di samping telinga Sarah. Lalu dengan tatapan yang selalu terbayang dalam kepala Azam, Sarah mendekatkan diri pada pria tersebut. “Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba ada di sini, lalu kamu muncul di tempat ini. Tapi aku yakin kamu Azam! Kamu akan menyelamatkan aku, kan?” Victor seakan menulikan telinganya sendiri. “Kamu sengaja datang setelah suamiku meninggal? Kamu mencariku bukan? Sama seperti aku yang mencarimu selama ini?” ujar Sarah lagi. Victor menundukkan kepala, bayangan saat ia pergi dari kampung tepat di hari pernikahan Sarah pun lewat di pikirannya. Tangannya mengepal, lalu mulutnya menggeram. “Pembohong!” Sarah menggeleng. “Azam! Aku tahu kamu dan aku akan selalu mengenal satu sama lain, meski yang hadir hanya bayanganmu dalam kegelapan! Kau adalah Azam, Azamku ....” Wanita itu tak sanggup untuk bercerita seperti apa perasaannya pada Azam yang masih tertinggal. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, apalagi penghalang mereka bukan lagi jarak atau usia, tapi pernikahan yang sakral dan tak dapat ditembus begitu saja. Azam tak mengerti kenapa wanita yang sudah bersumpah setia padanya ini malah ingkar janji, sama seperti Sarah yang juga tak mengerti kenapa Azam yang menghilang pergi dan kemudian bertemu di saat seperti ini. “Mama ....” Terlalu fokus pada pertemuan keduanya, mereka pun lupa pada seorang anak berusia sembilan tahun lebih yang tergeletak di dekat kaki Sarah. Mata Azam meremang! Kalimat yang diucapkan Sarah dulu terngiang, dan kini arti kalimat itu bagi Azam adalah sebuah ‘Dusta’. “Kalau kau sudah merenggut kesucianku dan mengandung anakmu, orang tuaku pasti tak akan menikahkan aku pada orang lain.” Ucapan Sarah di masa lalu. Tapi apa nyatanya? Sekarang di depan Victor, terdapat seorang anak buah hati Sarah yang didapat dari pria lain. Apalah arti sebuah ‘kesucian’ bagi Sarah? Mungkin dulu, seorang Azam yang terlalu naif dan menaruh harapan terlalu tinggi. “Tuan Victor! Aku mempersembahkan mereka berdua untuk Anda sebagai jaminan kerja sama kita! Saya yakin, Anda sangat menyukainya!” Taipan tua itu menyusul dan mengucapkan kalimat demikian sambil tertawa. Victor berdiri, matanya sempat bertabrakan dengan anak laki-laki tersebut. Tapi dengan cepat ia membuang muka, seakan ia merasa jijik melihat bocah itu. “Aku sedang membutuhkan pelayan di rumahku! Ambil wanita itu! Tidak dengan anaknya!” tutur Victor dengan nada yang dingin. “Baik, Tuan!” jawab Daniel sambil memerintah pengawal untuk mengangkat Sarah. “Tidak! Jangan pisahkan aku dari Adam! Adam harus bersamaku! Adam! Jangan sakiti anakku! Sakiti saja aku, tapi jangan dia!” Sarah menangis meronta ingin mendapatkan anaknya kembali. Namun para pengawal langsung menyumpal mulut Sarah agar tidak berisik. “Cih!” Victor mencibir permintaan Sarah. Jelas sekali, tampak kebencian yang begitu besar dari tatapan matanya. “Kau tidak mengambil anaknya?” tanya si taipan tua. “Aku tak peduli!” timpal Victor yang ikut menyusul keluar. “Ah, sayang sekali! Kalau begitu, biar aku yang merawatnya. Anak kecil, mulai sekarang aku adalah opungmu! Hahahaha!” Taipan tua itu tertawa begitu lebar sambil melepas ikatan dari sang bocah. “Mama!” “Ibumu akan dibawa oleh orang itu untuk bekerja dengannya! Jika kau tak ingin mati di tangan pria itu, lebih baik kau bersamaku! Sepertinya dia sangat membencimu, Nak!” tuturnya lagi. “Mama ....” Si anak kecil itu tetap merengek memanggil Sarah. “Urus dia di markas dan beri dia pakaian juga makanan. Aku punya firasat bagus dengan anak ini!” tutur taipan itu pada pengawalnya. “Tuan Victor?” panggilnya sebelum Victor benar-benar pergi. “Kau benar-benar tak ingin merawat anak ini?” Victor diam dan terus berjalan. “Lihatlah, dia memiliki mata yang sangat mirip denganmu!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN