“Ray beneran enggak papa kok, Tewa.” Anwa menghela nafasnya, entah kenapa ia jadi khawatir dengan bocah laki-laki yang ada di hadapannya. Rayyan memang tersenyum tapi ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh anak laki-laki sepuluh tahun itu. “Ray beneran enggak papa ditinggal?” Anwa bertanya sekali lagi, dulu ia pernah kecolongan dan tidak ingin hal serupa terjadi lagi. Saat itu, anak pertamanya hendak mengikuti lomba karate yang diadakan sekolah namun Anwa yang merasa bahwa sang anak tidak dalam kondisi baik memintanya untuk tidak ikut. Namun, anaknya itu mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak mau membuat sang Ayah kecewa. Akhirnya sesuatu yang tak ingin Anwa inginkan terjadi. Putranya itu mengalami patah tangan ketika tidak bisa menahan tendangan yang lawan berikan

