Begitu tiba di Jakarta, Qisya menerima kabar bahwa cutinya diperpanjang. Tiga hari yang terpakai untuk seminar di Surabaya tak dihitung, berarti ia masih punya satu minggu penuh untuk beristirahat. Emran dan Zidan masih terlelap di kamar, kelelahan setelah perjalanan panjang dan kekenyangan usai menyantap bekal dari pemilik warung yang berterima kasih pada mereka. Sementara itu, di ruang cuci, Qisya menuangkan deterjen ke dalam mesin saat suara lembut memanggil dari belakang. “Bu, biar saya aja yang nyuci,” ujar Bibik, tangannya masih basah habis mencuci tangan. Qisya menoleh sambil tersenyum. “Nggak usah, Bik. Aku aja. Bibik kan udah bersih-bersih dari tadi, istirahat aja.” Bibik mengangguk, hendak kembali ke kamar, tapi berhenti. “Oh iya, Bu. Saya udah nemu orang buat bantu di rumah

