Batal Makan Bakso

1122 Kata

Emran menyesap cairan hitam pekat sambil mengedarkan pandangan ke segala arah. Tatapannya lalu jatuh pada arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Bibirnya melengkung membentuk senyum bahagia saat melihat waktu pulang tinggal lima menit lagi. Ia sudah berjanji akan mengajak Qisya keluar malam ini—sebagai bentuk penebusan karena sempat tak berani jujur bahwa matanya kini bisa melihat sesuatu yang tak kasatmata. Namun, senyumnya segera sirna saat menyadari bahwa kopi yang disesapnya masih terasa pahit. Tak ada gula di sekitar kemasan yang tergeletak di dekatnya. Daripada membuang kopi itu sia-sia, ia memutuskan untuk meminta gula ke meja bar. “Permisi, boleh minta gula?” tanya Emran, tersenyum ramah. “Boleh, Bang Emran,” jawab seorang pelayan yang sedang mengocok minuman. Ia melirik

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN