Kembali Ke Jakarta

1234 Kata

Pagi harinya, di rumah keluarga Harja... Mentari menyusup perlahan di antara tirai jendela, menyinari rumah sederhana yang pagi itu dipenuhi suara koper diseret, sandal berderit, dan panci yang tetap bunyi-bunyi walau sudah dilarang Irfan dari semalam. “Aku cuma goreng tempe,” bela Bu Harja, meski di meja sudah ada tumpukan nasi uduk, ayam goreng, dan tahu isi. “Bu, ini bukan goreng tempe, ini catering lokal!” seru Rendi sambil ngunyah sepotong yang sudah dicocol sambal terasi yang pedasnya bikin air mata turun walau bukan karena haru. Di kamar, Aura sudah duduk rapi dengan tas selempang mungil di pangkuan. Ia mengenakan hoodie warna biru muda, rambutnya dikepang dua oleh Melia. “Ma, nanti di Jakarta kita satu kamar kan?” tanyanya polos. “Satu rumah, satu atap, satu keluarga. Pokokny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN