penculikan

3006 Kata
"Kau mau kemana?" Lucifer menelisik sang gadis yang sudah berpakaian rapi di minggu pagi. gadis itu memakai pakaian casual, tetapi tetap saja memancarkan kecantikan yang luar biasa. "ah.. Malam ini Aku akan menginap di tempat Natasia ." Lucifer mengerutkan dahinya. "Natasia?" Adel mengangguk, "Iya... Dia sahabat Ku." ujarnya sambil memakai jam tangan. "tidak boleh!!!" "kenapa?" Adel menatap tak percaya pada Lucifer yang langsung melarangnya. "Aku kan sudah bilang, kalau Kau harus hati-hati." "tapi Aku sudah janji... Kasihan Dia dirumah sendirian." ujar Adel dengan nada memohon. "baiklah, Aku akan ikut jika Kau masih bersikeras untuk kesana." "Ha!!! Kau gila?" Adel menunjuk kearah iblis tersebut. "...apa yang harus Aku jelaskan pada Natasia? Tidak mungkin Aku kesana dengan seorang Pria." Adel sama sekali tidak mengerti jalan fikiran iblis tersebut. apa yang akan dikatakan sahabatnya jika Ia datang dengan seorang pria. Lucifer mempertimbangkan ucapan Adel. "Aku ada ide..." Gadis itu masih menatap Lucifer. Menunggu apa yang akan dilakukan iblis tampan tersebut. Sriiiinnngggg Lucifer pun merubah dirinya ke dalam bentuk seorang wanita dengan pakaian formal, layaknya pelayan. "Aku akan menyamar. Bilang saja jika Aku ini pelayan baru mu." Adel mengerjapkan matanya beberapa kali. kenapa iblis itu terlihat sangat cantik dengan wujud wanita. "tapi....." Ia masih kurang yakin dengan rencana Lucifer. pasalnya, walaupun Adel adalah puteri dari orang terkaya di negara nya. tetapi Ia tidak pernah nyaman jika memakai jasa pelayan pribadi ataupun bodyguard. "jika Kau tetap menolak, Kau tidak akan bisa pergi." potong Lucifer, yang mengetahui isi kepala sang gadis. Adel membuang nafas pasrah. "baiklah." Ia hanya bisa menerima rencana dari iblis tersebut. Lucifer pun akhirnya tersenyum penuh kemenangan. ¤•¤•¤•¤•¤ Adel dan Lucifer, telah sampai di mansion yang terlihat megah serta mewah yang merupakan tempat tinggal Natasia. Menekan bel beberapa kali. Tak lama, Natasia pun datang menyambut kedatangan sang sahabat. Ia kemudian melirik kearah Lucifer. "Del, Dia siapa?" Ia berbisik pada Adel. Adel ikut melirik kearah Lucifer yang terlihat cuek. "ah.. Ini pelayan baru Ku.. Lucy." Natasia tersenyum. "senang bertemu dengan mu, Lucy." "hn." jawab Lucifer datar. Adel mendelikan matanya, kemudian Ia menoleh kearah Natasia. "maaf ya Sia. Dia memang seperti itu." Natasia menggeleng dan tersenyum "tidak apa-apa, Del." Gadis itu kemudian mempersilahkan Adel dan Lucifer masuk kedalam mansion. "berapa lama Kak Reji dan Ayahmu di luar kota?" "hmm.. Sepertinya besok sore mereka akan pulang." Mereka sudah berada diruang keluarga, mansion tersebut. Seperti gadis pada umumnya jika bertemu, Adel dan Natasia memperbincangkan apapun sambil memakan camilan yang disediakan pelayan. Mulai dari masalah sekolah, fashion hingga lawan jenis, masuk kedalam topik pembicaraan dua gadis tersebut. Sementara, Lucifer memilih untuk memperhatikan sekitar. "bagaimana hubungan mu dengan Brian?" Pertanyaan itu, sukses membuat lucifer yang tadinya cuek juga ikut menoleh. "A..Aku memutuskan untuk membatalkan pertunangan dengannya." Adel lupa memberitahukan perihal ini kepada sahabatnya. "kenapa?" Natasia menatap tak percaya. padahal, pertunangan sahabatnya itu sudah berjalan cukup lama. "...Ku kira, kalian saling mencintai." Adel menggeleng. "Aku masih bingung dengan perasaan Ku...." menatap kearah sang sahabat. "....Kau tahu sendiri. Selama Kami bertunangan, Kami jarang sekali jalan berdua. Ia juga sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku merasa...." Adel menjeda sejenak kalimatnya. ".. Aku merasa hanya akan mengganggunya saja." Natasia mendekat, kemudian mengusap punggung sang Sahabat. "apapun keputusan mu, Aku akan mendukung mu, Del." Adel menoleh kearah Natasia dan tersenyum "terima kasih, ya Sia. Kamu memang sahabat terbaik Ku." Natasia ikut tersenyum. Dalam hati, Ia masih merasa bersalah karena telah menyembunyikan sesuatu dan tidak bisa membantu sang Sahabat. ¤•¤•¤•¤ Pewaris utama perusahaan Lois itu meraih ponsel berdering yang berada di saku jasnya. "ada apa?" ?"......" "Kau yakin?" Wajah nya terlihat kaget. ?"......." "baiklah." raut wajahnya kemudian terlihat senang. Ia pun menutup sambungan ponselnya. Menghentikan langkah, berbalik menatap asistennya. "batalkan semua pertemuan malam ini dan beberapa hari kedepan. Lalu, segera siapkan mobil.... Aku akan kembali ke mansion." "tapi, Tuan...." Pria itu menghentikan kalimatnya karena mendapatkan tatapan intimidasi dari Reji, kemudian Ia pun hanya bisa menuruti perkataan Tuannya. "sebentar lagi, Kau akan menjadi milik Ku. Adel.." ¤•¤•¤•¤ Adel sudah tertidur bersama Natasia. Sementara, Lucifer memutuskan untuk berkeliling disekitar mansion. Sreetttt Ketika sedang berada dihalaman belakang mansion tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya. "lama tidak bertemu, Lucifer..." Menyeringai ke arah iblis yang masih dalam wujud wanita. "...Kau terlihat sexy dengan penampilan seperti itu." Lucifer mengangkat wajah sambil menarik sudut bibirnya. "sepertinya Kau b*******h melihat Ku seperti ini, Astaroth." "haaahh... Ternyata Kau masih suka berkata omong kosong setelah disegel selama tiga ratus tahun." "terima kasih atas pujiannya." ujar Lucifer sambil terkekeh dan hal itu membuat Astaroth berdecak kesal. Ia kemudian mengeluarkan kekuatannya untuk menyerang Lucifer. Namun, dengan cepat dihindari oleh iblis bermata merah tersebut. Lucifer melompat keluar dari mansion. Ia tidak mau jika Astaroth sampai menghancurkan tempat tersebut. Sejak dulu, iblis yang suka membawa ular beracun tersebut memang sangat merepotkan. "apa Kau mau lari menghindari Ku?" ujar Astaroth yang masih mengejar lucifer. "haha haha hahahaha... Mana mungkin." jawab Lucifer. Setelah tiba di lahan kosong, Lucifer merubah dirinya ke wujud asli. Sayapnya terbentang, tanduknya mulai muncul. Mata merahnya menyala. "hoo.. Aku suka jika Kau mulai serius melawan Ku." Astaroth menampilkan smirknya. "dari sekian banyak pelayan Ku, hanya Kau yang selalu membangkang dengan Ku." ujar Lucifer. "tck.. Jangan banyak omong!! Aku bukan lagi pelayan mu!!" Ia kemudian melompat ingin menendang Lucifer. Tetapi, tiba-tiba hanya berjarak satu inci dari wajah Lucifer, kakinya terhenti. Seperti ada sesuatu yang membatasi. Astaroth kembali melompat kebelakang, sedikit menjauh. "ho.... Ternyata kekuatan mu semakin meningkat dari terakhir kita bertemu." Astaroth sadar, Ia tidak boleh lengah dan meremehkan kekuatan Lucifer. bagaimana pun juga, Lucifer pernah menjadi Tuannya. dulu.. "hehehe, Ku rasa begitu." ujar Lucifer penuh percaya diri. "tck... Lihat saja, Aku akan kembali menyegel mu." "Kita lihat saja, siapa yang akan menyegel siapa." Astaroth kembali menyerang Lucifer berkali-kali. Dengan cekatan, serangan itu pun bisa dihindari oleh Lucifer. ¤•¤•¤•¤•¤ Reji yang baru saja tiba di mansion pun, langsung menuju ke kamar sang Adik. Membuka pintu ruangan tersebut dengan sangat pelan, agar tidak menimbulkan suara. Kemudian, pria itu berjalan menuju sisi ranjang. Maniknya memerhatikan wajah terlelap milik gadis yang merupakan sahabat sang Adik. Tangannya kemudian terulur, membelai surai Adel. Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu membekap hidung dan mulut gadis tersebut dengan sapu tangan yang sudah Ia teteskan obat tidur. Serasa ada sesuatu yang membekapnya, Adel mulai membuka kelopak matanya. "si..." Namun, belum sempat Ia ingin berontak, kesadarannya tiba-tiba menghilang. Pria itu mengangkat tubuh Adel, menggendongnya ala bridal style. Reji melakukan semuanya dengan sangat hati-hati dan pelan. Sampai Natasia tidak menyadari kehadirannya. Ia kemudian melangkah, dan keluar dari ruangan tersebut dengan membawa Adel di gendongannya. ¤•¤•¤•¤ Pertarungan sengit terjadi antara Astaroth dan Lucifer. Mereka berdua mempunyai kekuatan yang cukup seimbang, walaupun Lucifer masih lah yang lebih unggul. "Aku tidak menyangka jika kekuatan mu meningkat sangat pesat." Lucifer menatap kearah Astaroth. "ini semua berkat mu." Lucifer menampilkan smirknya. "ternyata Kau sangat bersungguh-sungguh untuk merebut posisi Ku." "Kau fikir, selama ini Aku hanya bermain-main melawan mu?" Lucifer terkekeh. "habisnya, Aku merasa bertarung dengan mu seperti sedang bermain-main." ucapan Lucifer membuat Astaroth berdecih. Mereka kembali bertarung, Saling melempar kekuatan hingga tumbuhan dan tanah disekitar hancur menjadi korban atas pertarungan mereka. Beruntung tidak ada pemukiman didekat sana. Jika tidak, bisa dipastikan akan banyak korban berjatuhan akibat pertempuran kedua iblis tersebut. Menyadari jika mereka sudah bertempur cukup lama, Lucifer berniat untuk mengakhirinya. Sudah cukup bermain-main dengan makhluk rendahan itu. Ia pun segera mengeluarkan kekuatan terakhirnya. Melihat segel yang dibuat Lucifer, Astaroth menyadari apa yang akan terjadi. Sedikit terkejut, Ia tidak menyangka jika Lucifer akan mengeluarkan segel tersebut. Dengan sigap, Astaroth pun menghindar dan pergi dari sana. Lucifer hanya bisa berdecih, tidak menduga jika Astaroth akan melarikan diri ditengah pertarungan. Lucifer tidak menyangka jika iblis tersebut masih saja pengecut seperti biasa. Melihat sekitar, ternyata ini sudah menjelang pagi. Lucifer segera merubah penampilannya kembali dalam wujud wanita dan segera menuju ke mansion. ¤•¤•¤ Sesampainya di mansion, Lucifer melihat Natasia yang sedang kebingungan. "ada masalah apa, Nona?" Gadis tersebut langsung menoleh kearah Lucifer. "Lucy..??" Natasia langsung menghampiri Lucifer. "Apa Kau tahu dimana Adel? Ketika Aku terbangun, tiba-tiba Ia sudah tidak ada." Wajah gadis itu terlihat panik. "...Aku juga sudah mencarinya di kamar mandi dan sekitar mansion. Tetapi Adel tidak ada." "Apa??" Lucifer tidak menyangka, jika Ia akan kecolongan seperti ini. ¤•¤•¤ Gadis cantik dengan surai panjang itu mulai membuka kelopak matanya dan menatap sekitar. Pupilnya bergetar saat melihat Reji yang sedang duduk di pojok ruangan mentapnya sambil menyeringai. "Kau sudah sadar rupanya, sayang..." bangkit dari kursi, Ia pun melangkah menghampiri gadis tersebut. "...apa ada yang Kau inginkan? Aku akan memberikan apapun padamu." Reji sedikit membungkukan badan, tangannya terulur ingin membelai pipi Adel. Plakkk Dengan cepat, gadis itu menepis tangan Reji. "ho... Aku suka cara kasar mu..." Kembali menegak kan badan, berbalik hendak meninggalkan ruangan tersebut. "...Kita lihat saja, sampai kapan Kau akan menolak ku." "kenapa?" Baru satu langkah, Reji kembali menghentikan langkahnya karena pertanyaan Adel. "kenapa Kau melakukan ini padaku?" lanjut gadis tersebut. Reji berbalik. "Kau bertanya kenapa?" menautkan alisnya. "...tentu saja karena Aku mencintaimu..." Tap.. Tap.. Tap... Kembali menghampiri gadis tersebut, pria itu langsung meraih kedua tangan sang gadis dan meletakkannya diatas kepala. Adel berontak sekuat tenaga. Tetapi, kekuatannya tidak sepadan dengan Reji. "lepaskan Aku breng..eumhhh.." Pria itu langsung mendaratkan ciumannya dibibir gadis tersebut. Ciuman yang amat kasar bahkan Reji menggigit sudut bibir Adel. Air mata yang tak tertahan mulai mengalir dari manik gadis tersebut dan membuat Reji menghentikan perbuatannya. Ia menatap sudut bibir Adel yang terluka karenanya, kemudian Ia usap bekas darah yang keluar. "ma..maafkan Aku.." Reji langsung membawa Adel yang sedang terisak kedalam pelukannya. "...karena Aku, Kau jadi terluka. Maaf kan Aku..." Melepaskan pelukan, tangannya memegang kedua bahu Adel. "...Aku harap, mulai saat ini Kau mau menerima perasaan Ku jika Kau tidak ingin terluka." ujarnya, kemudian meninggalkan ruangan tersebut. ¤•¤•¤•¤ Lucifer mengacak surainya frustasi. Ia belum bisa menemukan keberadaan Adel. Saat ini, Ia sedang mengerahkan kekuatannya untuk mencari gadisnya. Sebelum Ia pergi, Natasia menunjukan cctv mansion tersebut. Betapa terkejutnya gadis itu, saat melihat sang Kakak lah yang membawa lari Adel. Ia pun kemudian memberikan tempat-tempat yang mungkin didatangi oleh sang Kakak. "aarrrgghhhh... Lihat saja nanti.. Akan Ku pisahkan kepala, tangan dan kaki pria itu kalau sampai Ia berbuat hal macam-macam." gumamnya. Ia pun kembali mencari keberadaan Adel. ¤•¤•¤•¤ Natasia terlihat sangat cemas. Ia tidak menyangka jika sang Kakak mengetahui jika Adel sedang ada dimansionnya. Perasaan bersalah pun mulai menjalar. Andai saja Ia tidak meminta Sahabatnya itu berkunjung, mungkin sang Kakak tidak akan melakukan hal nekat seperti itu. Ia meraih ponselnya, mencoba menghubungi Ayahnya dan juga orang tua Adel. Sang Ayah langsung mengirimkan orang untuk melacak keberadaan Reji dan membuat Natasia bisa sedikit bernafas lega. Begitu pun dengan Indra. Ia baru mendengar nada khawatir dari pria yang merupakan Ayah sahabatnya tersebut. "ah.. Aku tidak bisa diam saja disini..." ujarnya sambil meraih kunci mobil. "...Aku akan meminta Brian untuk ikut mencari." ucapnya sebelum meninggalkan mansion. ¤•¤•¤•¤ Hari sudah mulai malam. Saat ini, Reji sedang membujuk Adel untuk makan. Pria itu duduk ditepi ranjang gadis tersebut sambil membawa semangkuk sup. Gadis itu sesungguhnya bingung dengan sikap Reji. Pria itu kadang sangat lembut, namun kadang juga kasar. Tetapi, setelah melakukan perbuatan kasar terhadapnya. Reji selalu merasa bersalah dan frustasi. Reji masih membujuk Adel agar mau menyantap makanannya. Tidak merespon, Adel hanya terdiam sambil menundukan wajahnya. Tangan dan kakinya terikat. Ia tidak bisa bergerak dengan bebas. "Aku mohon, makanlah...." pinta Reji. "...Adel, Aku tidak bisa melihat mu sakit." Gadis itu tidak menjawab. Reji membuang nafas kasar. "..Kau tahu. Aku masih mengingat jelas saat pertama pertemuan Kita..." Reji meletakkan sup diatas meja. Matanya kembali menatap gadis yang selalu ada dihatinya. ".....Aku sedang mengantar adik ku kesekolah barunya. Saat itu, Kau yang baru datang melewati mobil yang Aku tumpangi. Aku langsung memperhatikan dirimu yang tersenyum ketika memasuki sekolah. Sejak saat itu, Aku selalu terbayang wajahmu..." Reji memejamkan matanya. "....awalnya Ku fikir kita tidak akan bisa bertemu lagi. Tetapi ternyata, Kau malah menjalin hubungan persahabatan dengan Natasia dan membuat ku berfikir, mungkin Kita sudah terikat benang takdir..." Kembali membuka matanya, Reji kemudian menarik nafas. "...Aku selalu berusaha untuk mendekati mu dan memberi perhatian padamu. tetapi Kau tidak pernah menyadari perasaan Ku. Sampai akhirnya Aku mendapat kabar, kalau Kau sudah bertunangan dengan seorang Pria yang merupakan anak dari rekan bisnis Ayahmu..." Reji mengepalkan tangannya. "....Aku tidak terima. Aku tidak bisa terima semua ini..." menatap wajah sang gadis. "...selama ini, Aku lah yang memberikan perhatian padamu! Aku bahkan rela melakukan apapun untuk mu. Aku yang menjaga mu selama ini. Tetapi kenapa Kau malah bertunangan dengan pria lain?" Adel masih saja terdiam. Ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Sesaat kemudian, Reji pun tertawa. Tawa yang terdengar mengerikan di telinga Adel. "....sampai akhirnya, Aku mendapat kabar jika dirimu sudah membatalkan pertunangan tersebut..." pria itu membelai pipi Adel. "...Kau tahu? Aku sangat bahagia mendengarnya. Dan Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memiliki mu..." Reji ingin mengecup kembali bibir Adel, namun gadis itu menghindar. "....mungkin sekarang Kau belum bisa menerima Ku. Tetapi Aku yakin jika nanti Kau akan menyadari perasaan Ku...." Pria itu kembali ke tempatnya semula, duduk ditepi ranjang. Ia kembali memperhatikan gadis dihadapannya dengan tatapan intens. "...Aku masih tidak percaya Kau saat ini ada dihadapan Ku. Rasanya Aku ingin meletakkan mu di lemari kaca, sehingga hanya Aku yang bisa menikmati kecantikan mu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun bisa melihat mu." "Kau sakit, Reji!!" Pria itu menarik sudut bibirnya dan menggeleng. "tidak...tidak... Aku tidak sakit..." Reji mendekatkan bibirnya kearah telinga Adel. "....Aku hanya terlalu mencintai mu sampai rasanya ingin gila." bisiknya sambil menggigit kecil disana. "argghh... Kau benar-benar yang terburuk, Reji!!" maki Adel. "ohh, apa itu pujian untukku?" Sakit jiwa!!! Ya... Adel rasa Reji mempunyai kelainan jiwa. Ada yang tidak beres dengan pria itu. "Aku akan pastikan jika Kau tidak akan mendapatkan keinginanmu!! Ini bukan cinta. Ini obsesi!! Kau tidak mencintaiku!!! Cinta tidak seperti ini!!" Airmata kembali keluar dari manik gadis tersebut. "BERHENTI MENANGIS ADEL!!!" bentak Reji. "...berhenti menangis ketika Kau sedang bersamaku!!!" "hikss... Kau jahat.. Hikss..." Praanggg.. Reji melempar barang-barang yang bisa Ia raih. Ia kemudian mengacak surainya terlihat sangat frustasi. "AKU BILANG JANGAN MENANGIS!!! Aarrrgghhh.... Menyebalkan." ujarnya, kemudian meninggalkan Adel yang masih terisak. ¤•¤ Adel mencoba melepaskan ikatan tali yang ada ditangan. Ia mencoba menggesek-gesekan lengannya. Akhirnya...ikatan itu pun terlepas. Ia kemudian membuka ikatan yang berada di kakinya lalu turun dari ranjang itu secara perlahan. Gadis itu melangkah menuju jendela. "ini??" Ruangan Adel ternyata berada dilantai 3 dan sejauh mata memandang, hanya ada perkebunan disana. Sepertinya, Reji memang sudah merencanakan semua ini. Mendengar ada suara langkah kaki mendekat, Adel langsung berinisiatif bersembunyi dibalik pintu. Ceklek.. Kriieeett "Adel.. Aku membawa kue kesuka.... Adel? Dimana Kau, sayang?" Reji sedikit berlari kearah ranjang dan menyibakan selimut. Tap.. Tap.. Tap.. Tap.. Reji menoleh kearah belakang. Adel dengan sigap berlari keluar kamar sementara, pria itu pun langsung mengejar Adel. Hosh.. Hosh.. Hosh... Gadis itu berlari sekuat tenaga. Ia tidak mau terus berada disini. Struktur bangunan disini lumayan rumit dan sialnya, Adel berbelok kearah yang salah. Gadis itu terpojok pada ruangan buntu. "ja..jangan mendekat." ujarnya pada Reji. Tubuh Adel sudah membentur ke dinding. "kenapa Kau mau lari dari Ku, Del? Aku ini mencintaimu!! Kembalilah padaku. Kita akan tinggal disini berdua, selamanya." Adel menggeleng. "tidak!! Aku tidak mau tinggal dengan mu. Aku tidak mencintaimu!!" pekik gadis tersebut. Gadis itu kemudian menoleh kebelakang. Dan kebetulan sekali ada jendela disana. Ia pun membuka jendela tersebut. "dari pada Aku tetap disini, lebih baik Aku mati.." ujar nya sebelum melompat dari sana. "jangan lakukan itu, Adel!!" pekik Reji. "Aku bilang, jangan mendekat!!!" Adel semakin memundurkan tubuhnya. Ketika ingin melompat, Adel teringat bayangan seseorang yang akhir-akhir ini berada difikirannya. "Lucifer!!!!" pekik Adel. ¤•¤•¤ Lucifer tiba di tempat terakhir dari daftar yang diberikan Natasia. Tempat ini terletak di sebuah daerah yang sangat terpencil. Ia pun mendekat kearah bangunan tersebut. Bangunan yang terlihat megah namun sangat sepi. "Lucifer!!!!" sebuah suara mengusik attensi nya. Tubuhnya bergerak secepat kilat, saat melihat siluet seseorang yang Ia rindukan terjun bebas dari lantai 3 bangunan tersebut. Greppp... Gadis yang Ia cari-cari, kini kembali kepelukannya. Untung saja Ia datang tepat waktu. Jika tidak, Ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan gadis itu dan Ia pun tidak ingin membayangkannya. Kelopak mata gadis tersebut terbuka terbuka menampilkan manik yang selalu Ia nantikan. "hiks... Lucifer..." 0tubuh gadis yang bergetar itu memeluk tubuh sang iblis yang amat Ia rindukan. Tangannya terulur kewajah pria yang mulai mengisi hatinya. "hiks.. Aku merindukan mu." Kalimat tersebut membuat tubuh Lucifer sedikit menegang. Rindu? Ya... Lucifer sadar, jika Ia pun merindukan gadis tersebut. bahkan, Ia merasa frustasi saat gadis itu menghilang. "Adel!!!" Sebuah suara dari lantai atas, membuatnya mendongak. Aura membunuh mulai menguar dari tubuh iblis tersebut. "Adel.. Kau tunggu disini sebentar!!" ujarnya. Ia kemudian terbang keatas, kearah pria yang dengan lancang ingin merebut miliknya. Buaghh.. Bughh.. Duaghh.. Suara pukulan dan erangan terdengar dari ruangan tersebut. Adel yang tersadar akan situasi yang terjadi pun memutuskan untuk menyusul Lucifer. Gadis itu tidak ingin jika iblis kesayangannya itu kembali membunuh seseorang. Walaupun Reji telah berbuat jahat padanya, tetapi Ia yakin jika Natasia menyayangi sang Kakak. Jika Reji meninggal, Natasia pasti akan sedih. Begitulah fikir Adel. Gadis itu berlari sekencang mungkin, sampai tiba disebuah ruangan, langkahnya terhenti. Tubuhnya bergetar.. Ia melihat Lucifer dengan wujud aslinya sudah dipenuhi darah ditubuhnya. Sementara Reji terkapar dilantai dengan banyak luka dan sudah tak sadarkan diri. Adel melihat Lucifer hendak menyerang Reji kembali. "HENTIKAN!!!" gadis itu memeluk tubuh Lucifer dari belakang. ".. Ku mohon, hentikan!!" Lucifer pun mulai tenang. Brukk.. Tubuh Adel yang lemah pun akhirnya ambruk. Dengan sigap, Lucifer memeluk tubuh gadis tersebut lalu membawanya pergi dari sana. Ia membiarkan tubuh Reji tergeletak sendirian disana. lagi pula, Ia sangat yakin jika sebentar lagi bantuan akan datang. yang terpenting sekarang adalah, Adel sudah kembali ke dalam pelukannya. to be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN