Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum.." sapa Andra.
Merasa tak ada jawaban dari dalam rumah Nia, Andra pun kembali berinisiatif untuk kembali mengetuk pintu
"Sepada.. Anybody home!" seru Andra lagi.
Mengingat waktu terus berjalan karena takut membuat terlambat. Akhirnya, saat Andra hendak kembali mengetuk pintu pun terbuka menampilkan tatapan terkejut Nia yang terkesan alay, Pasalnya setiap hari pasti Andra selalu setia menjemput Nia, dengan alasan agar bisa lebih melindungi sang pujaan. Tetapi nyatanya bahkan perlakuan Andra terhadap Nia malah lebih seperti menjaga pasokan udaranya agar tidak habis yang menjadikannya untuk bertahan hidup.
"Biasa aja liatnya. Kan gue tiap hari jemput lo, masih aja kaget. Oh gue tau. Pasti lo terpesona karna ketampanan gue kan" goda Andra sambil mengedipkan mata genit juga mengacak-ngacak rambut Nia gemas
Nia yang mendapat kan perlakuan manis seperti gula aren itu pun seketika blushing, dengan gugup Nia menyuruh Andra masuk untuk bergabung di meja makan bersama keluarganya.
Andra yang setiap hari mendapat perlakuan itu pun selalu menghayal kalau sekarang dia sudah menjadi bagian dari keluarga ini sebagai menantu setelah resmi menikah
Eh.. Ndraa Ndraa sadar yaa lo masi sekolah! -AuthorNgoceh
Kemudian, tanpa sadar Andra pun mengucapkan kata istigfar yang sontak membuat semua kepala menoleh ke arah Andra dengan tatapan bingung bercampur ingin tau. Menyadari ucapannya terdengar oleh seluruh makhluk yang ada di ruang makan yang menatapnya dengan pandangan bertanya, Andra pun menggaruk kepala nya yg tidak gatal dengan cengiran khas yang bisa mengalihkan dunia seluruh siswa seantero sekolah, termasuk Nia yang seketika membeku dengan jantung yang sedang berdisko terpesona karna ketampanan Andra
"Maaf Om Abi, Tante Bunda. Andra cuma keceplosan hehe" ucap Andra yang berasa tercyduk layaknya cowo gemulai lagi mangkal di perempatan yang belum sempat mencari nafkah untuk makan esok hari
"Andra.. Andra.. Kamu lucu deh. Mikirin apa sih" ucap Bunda nya Nia yang sukses membuat Andra mati kutu
"Hmm.. Anu Tante Bunda tadi Andra cuma ngayal doang ko" kata Andra kikuk
"Apa yang lo khayalin, sampe nyebut-nyebut gitu berasa abis liat setan tau gak" ketus Bang Dewa tidak terima dengan jawaban yang tidak masuk akal
"Yahela Bang segitunya. Ituuu.... Aduhhhh... Gimana yaa ngomongnyaa... Tadii ituu... Hmm..." kata Andra Ragu
"Apa Andra? Kenapa?" tanya Bunda yang sudah mulai penasaran, yang sukses membuat Andra semakin ragu dan bingung untuk bilang atau tidak.
"Oh ya Om Abi.. Tante Bunda. Anuu... Maaff.. tadi Andra cuma ngayal kaya udah jadi bagian anggota keluarga ini sebagai..." ucap Andra gantung sambil memandang takut-takut ke arah Robi Abinya Nia
"Sebagai?" tanya Robi sambil mengerucutkan alisnya juga mulai fokus dengan apa yang akan di sampaikan Andra, begitu pun dengan Ratih, Dewa, tentu saja Nia yang terlihat cengo dengan mulut sedikit terbuka.
Melihat betapa besar rasa keingin tahuannya keluarga Nia membuat nyali seorang Andra sedikit menciut dan dengan memilin-milin baju seragamnya Andra pun berkata sambil menutup rapat matanya
"Menantu Om Abi dan Tante Bunda" ucap Andra dengan intonasi cepat secepat kereta listrik jepang
Tapi yang terjadi..
Krik..
Krik..
Krik..
Hanya kesunyian yang membuat Andra mengernyit dan merasakan hal aneh yang mencekam. Dengan tekat bulat dan hati yang mantap Andra pun membuka mata seraya mengangkat kepala secara perlahan.
Sedetik kemudian tawa Robi pun pecah di ikuti oleh Ratih dan Dewa sedangkan Nia yang salah tingkah dengan wajah merah padam menahan malu sekaligus senang, berbeda halnya dengan Andra yang bingung dengan reaksi yang di tunjukkan keluarga Nia di depannya membuat Andra meringis dalam hati
'Mampus. Salah ngomong ngga ya gue. Tapi ko mereka malah ketawa ya. Bodoamat! Semoga aja mereka luluh trus langsung restuin' batin Andra
"Andra.. Andra kamu ini masih kecil udah mikir kejauhan. Sekolah aja dulu yang bener. Baru Om pertimbangin layak atau gak nya kamu jadi calon mantu ideal Om. Tapi Om suka sama gaya kamu yang frendly bisa cairin suasana mirip Om masih muda dulu" puji Robi yang seketika membuat Andra sedikit besar kepala
"Pasti om. Emang yaa Om, pesona cowo gantengnya level parah kayak kita ini sulit di tolak" ucap Andra dengan cengiran lebar nya sambil melirik Nia
"Hahaha.. Kamu ini bisa aja. Tapi bener yang kamu bilang. Terbukti dari dua wanita cantik ini yang sulit berpaling. Ya kecuali si Dewa ini, Om heran sampe sekarang masih belum laku juga. Apa ada yg salah?" sindiran Robi sambil melirik Dewa yang sukses membuat Dewa protes keras
"Masih Dewa liatin. Terus aja terus" umpat Dewa kesal
Melihat respon Dewa yang kesal membuat Robi, Ratih, Andra dan Nia tertawa terpingkal pingkal
'Untung bokap kesayangan, coba kalo bukan' batin Dewa frustasi sambil menggigit Sandwiches bulat-bulat, setelah sukses menelan dengan kecepatan kilat. Dewa langsung bangkit dari duduknya
"Abi.. Bunda.. Dewa jalan dulu. Panas hati kelamaan disini. Assalamualaikum" dengan wajah kesal Dewa pun.
Tak lama pun Andra dan Nia pamit kepada Robi dan Ratih untuk segera berangkat ke sekolah.
Di karenakan hari mulai siang dengan kondisi yang akan macet parah walau jarak rumah Nia terbilang cukup dekat dari sekolah. Setelah di pastikan Nia duduk dengan nyaman dan setybell terpasang sempurna, tanpa mengulur waktu Andra pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
0~0~0
Sesampainya di parkiran. Nia yang terlebih dahulu mengucapkan terima kasih pun berniat membuka pintu mobil
"Eh Nia tunggu bentar" ucap Andra cepat
"Ya kenapa?" tanya Nia setelah berhadapan dengan Andra
"Gue cuma mau bilang sesuatu yang penting menurut masa depan gue" ujar Andra
"Apa yang penting buat masa depan Kaka" Tanya Nia dengan memiringkan kepala yang membuat Andra gemas
"Lo dengar baik-baik yaaa.. Gue mau bilang, jangan kangen sama gue. Itu aja deh! Udah sana buruan masuk kelas" Kata Andra santai, yang tentu saja membuat Nia melongo.
Dipikir mau ngomong serius kali ya Nii.. Yang buat hati lo berbunga-bunga. Haha! Tidak yaa -AuthorNgoceh
Thor! Please kerja yang bener! - AndraNgamuk
"APA!!! Nia kira bakal ngomong hal yang penting ternyata.." pekik Nia kesal
"Ternyata apa?! Gak penting gitu.. Iya?" sanggah Andra tajam dengan kilat marah dari tatapan nya tapi sebenarnya Andra sangat ingin tertawa dalam hatinya
"Ngga-ngga bukan gitu maksud Nia" sela Nia dengan mata berkaca-kaca dan tubuh gemetar
"Terus apa maksud lo? Oiya gue emang gak pentingkan buat lo!" bentak Andra. Yang langsung membuat Nia takut dan makin tambah bersalah. Melihat respon Nia seperti itu sukses Andra telah berhasil memancing-mancing emosinya.
Kemudian Andra tersenyum, yang senyuman itu sama sekali tidak bisa Nia artikan
"Bagi gue lo itu paling berharga setelah nyokap gue. Asal tau aja lo itu udah bagian dari nafas gue, hidup gue. Makanya apa pun yang menyangkut lo bagi gue itu lebih penting dari apa pun. Terutama kebahagiaan lo, yang bakal gue perjuangkan sesulit apa pun. Asal lo gak kehilangan senyum bahagia yang sukses bikin hari-hari gue sempurna" Ungkap Andra sambil mengelus puncak kepala Nia yang berhasil membuat Nia salah tingkah, terlihat jelas dari wajahnya yang berubah blushing.
Melihat perubahan ekspresi wajah Nia sontak ide jail muncul di kepala Andra
"Ya ampun sayangg. kenapa pucet gitu, sakit?" goda Andra sambil mencolek pipi Nia dengan wajah yang pura-pura cemas tapi terlihat jelas menahan senyum sehingga Nia yang tadinya sudah larut berada di awang-awang kebahagiaan mendadak kesal
"Apaan sih Ka, Ngerusak suasana aja. Udah ah mau masuk kelas. Ka Andra juga jangan bolos yaa.. Bye Ka" ucap Nia lembut sambil memasang senyum manis yang sukses membuat Andra luluh lantak.
'Sumpah ya lama-lama deketan sama lo gue bisa kena diabetes' Batin Andra
"Eh eh bareng. Gue gak ngizinin lo jalan sendiri. Nanti lo di kira jomblo. Bisa rugi banyak gue kalo lo di comot cowo lain" goda Andra
"Apaan sih Kak. Ngga cape apa gombal mulu. Udah ah ayo bareng ke kelas, keburu bell" seru Nia ketus, menyembunyikan perasaannya yang berdegub dua kali lipat seperti habis lari marathon
Akhirnya mereka pun menjauh dari parkiran untuk menuju kelas yang kebetulan kelas Andra pun melewati kelas Nia. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan terluka.