"Sama-sama. Aku tidak melakukan sesuatu yang besar. Tentu. Seharusnya aku yang berterima kasih, Uesugi-san. Sampai jumpa." Reiko menutup telepon. Senyum kecil tersungging di bibirnya. Ia berdiri di sudut pintu ganda kaca transparan yang terbuka separuh, tangan disilangkan. Dres kuning selututnya berkibar tertiup angin dari balkon lantai enam rumah sakit. Matanya menyapu seluruh ruangan. "Dasar brengs*k. Ke mana dia?" Kakinya melangkah menuju sisi ranjang pasien, wajah kakak sang playboy itu tampak cemas. Meskipun panasnya sudah turun, perempuan bermata empat itu masih belum sadar juga setelah tiga hari empat malam berlalu semenjak ia dibawa ke rumah sakit. Ini membuatnya tak nyaman. "Pagi sekali mengunjungi calon adik ipar, Reiko?" Shiori melangkah masuk bersama seorang perawat, hari

