Waktu pulang sekolah telah tiba. Seperti biasa, gadis belia berusia dua belas tahun itu langsung keluar dari kelasnya, hendak pulang ke rumah. Namun, sebelum sang gadis sampai di ambang pintu, suara seorang bocah lelaki sudah lebih dulu memanggilnya.
"Kim Nara!"
Gadis bernama Kim Nara itu langsung berbalik. Dengan disertai senyum manisnya bertanya, "Ada apa, Jae?"
"Ayo kita pulang bersama!" ajak Jaehyun juga disertai senyum lebar.
Sejenak, Nara hanya mampu terdiam. Gadis itu tampak berpikir. Melihat Nara yang terlalu berpikir Jaehyun lantas berdecak.
"Tidak usah berpikir terlalu lama! Ayo!" Jaehyun langsung menarik pergelangan tangan Nara, tapi gadis itu dengan sigap mengelak.
"Maaf, tapi kali ini aku belum bisa pulang bersamamu dulu."
Jaehyun menghela napas kecewa. "Kenapa?"
Nara tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ada yang harus kukerjakan dulu sebelum pulang. Jadi aku mau—“
"Tidak bisa, Nara. Kau tidak ingat kalau dua hari yang lalu kau hampir saja celaka? Kau tidak mau membuat Bibi Sora khawatir lagi, kan? Jadi, ayo pulang bersamaku! Memangnya apa yang akan kau lakukan, hm?"
Nara meringis kecil. "Jae, maafkan aku. Aku benar-benar tidak bisa pulang bersamamu. Percayalah, aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan ceroboh seperti kemarin lagi, oke? Aku harus bertemu dengan seseorang."
Jaehyun mengernyit. "Siapa?"
"Ya, pokoknya seseorang. Dia adalah penyelamatku."
Jaehyun terdiam. Siapa yang Nara maksud? Apakah sosok penyelamat Nara itu adalah seseorang yang mampu membuat sahabatnya yang periang itu kembali? Diakah orangnya?
Dua tahun yang lalu, Nara beserta ayahnya, Kim Junmyeon, mengalami kecelakaan yang begitu parah sehingga membuat sang ayah meregang nyawa. Sejak Junmyeon meninggal, ibu Nara, Yoon Sora menggantikan posisi suaminya sebagai Presdir dari Kim Corporation. Sejak saat itulah Sora harus mengemban tugas yang begitu berat sebagai ayah sekaligus ibu bagi Nara.
Sejak ditinggal oleh sang ayah, pribadi Nara yang periang seolah hilang bak ditelan bumi. Nara kini lebih dikenal sebagai sosok yang pendiam dan cenderung dingin. Jaehyun paham betul kenapa Nara bersikap seperti itu. Mereka bersahabat, omong-omong. Jaehyun mengenal Nara sejak taman kanak-kanak. Ia tahu kalau Nara sejak kecil sangat dekat dengan sang ayah. Apalagi, Nara adalah anak tunggal. Kematian sang ayah yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri membuat Nara begitu syok dan terpukul.
Sifat periang Nara perlahan kembali sejak ia hampir saja mengalami kecelakaan dua hari yang lalu. Saat itu, Nara sedang menyeberang jalan. Tanpa sadar, gantungan kunci berbentuk kelinci milik Nara terjatuh di tengah jalan. Gantungan kunci itu adalah pemberian dari ayahnya. Nara sangat menyayangi gantungan kunci itu. Jadi, tanpa basa-basi Nara pun berlari kembali ke tengah jalan hanya untuk mengambilnya.
Singkat cerita, Nara hampir saja tertabrak sebuah truk yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Beruntung, ada seorang pemuda yang menyelamatkannya. Pemuda tampan itu mengenakan seragam sekolah yang Nara ketahui sebagai seragam SMA Hawon, sebuah sekolah elit di dekat sekolahnya, SD Chungdam.
Kini, setelah berhasil meyakinkan Jaehyun, Nara pun pergi ke SMA Hawon demi menemui pemuda yang telah menyelamatkannya itu. Tangan mungilnya menggenggam sebuah name tag bertuliskan 'Oh Sehun'. Benar, itu adalah nama pemuda yang telah menyelamatkan Nara. Nara hendak memberikan sebuah hadiah pada Sehun sebagai ungkapan rasa terima kasihnya.
Ya, sejak Sehun menyelamatkannya, ia jadi mengagumi sosok pemuda itu. Perhatian yang Sehun berikan padanya mengingatkannya pada perhatian Junmyeon.
Setelah sekian lama menunggu, Nara menangkap sosok Sehun yang keluar dari gerbang sekolahnya dengan tergesa-gesa. Nara yang sudah tertinggal jauh akhirnya mencoba menjangkau sosok itu. Ia mengikuti Sehun dengan berlari kecil.
Namun, saat Sehun mulai masuk ke dalam sebuah gang menuju ke permukimam penduduk, Nara mulai memelankan langkahnya. Dahinya berkerut tajam. Kenapa Sehun pergi ke sana? Akhirnya, Nara memutuskan untuk mengikuti Sehun diam-diam. Ia sedikit curiga sebab Sehun berjalan seolah-olah ia tidak ingin ada seseorang yang melihatnya. Gelagat Sehun tampak mencurigakan.
Sehun pun kembali masuk ke dalam sebuah gang yang Nara yakini merupakan jalan buntu. Nara semakin merasa curiga. Lantas, ia pun segera mendekati gang tersebut dan bersembunyi di dekatnya. Nara melongokkan kepalanya, mengintip. Rupanya Sehun menemui seorang gadis cantik yang mengenakan seragam SMA.
"Jadi, bagaimana keputusanmu? Kau bilang kau menyukaiku, kan? Kalau begitu kau harus membuktikannya dengan menuruti kemauanku," vokal Sehun tajam. Nara sempat terkejut mendengar nada suara Sehun yang sungguh berbeda dengan apa yang ia dengar dua hari yang lalu. Sehun yang menyelamatkannya itu tutur katanya begitu lembut dan sopan, tapi ini ...?
Gadis cantik yang tubuhnya gemetar itu menjawab, "Ta-Tapi, Sehun ... Ak-Aku—“
"Kau banyak bicara!"
Sejurus kemudian, Nara hampir memekik kaget saat melihat apa yang Sehun lakukan pada gadis cantik itu. Sehun mencium bibirnya secara paksa sembari memojokkan tubuhnya ke dinding. Nara bisa melihat kalau sebenarnya gadis itu ingin memberontak, tapi Sehun terus memaksakan kehendaknya hingga membuat sang gadis sulit bergerak.
Nara semakin terkejut saat tiba-tiba tangan Sehun mulai masuk ke dalam rok pendek gadis itu lalu menyingkapnya secara kasar. Bahkan, tangan itu kini sudah masuk ke dalam celana dalam sang gadis yang kini mulai bergerak tak nyaman, mencoba memberontak.
Cukup sudah! Nara sudah tidak sanggup lagi adegan yang menurutnya masih belum pantas ia saksikan itu. Dengan perasaan kacau dan tubuh sedikit gemetar, Nara pun pergi dari tempat itu setenang mungkin, tak ingin membuat Sehun tahu bahwa ia tidak sengaja memergoki aksi bejadnya.
Setelah sudah berada jauh dari tempat laknat itu, Nara pun memandangi name tag dalam genggamannya. Rasa muaknya muncul ke permukaan saat teringat dengan kelakuan sosok sang penyelamat yang sesungguhnya. Ia tidak menyangka bahwa telah mengagumi sosok yang salah. Dengan geram Nara meremas name tag itu dan membuangnya ke jalan.
"Semoga kami tidak akan pernah dipertemukan kembali," do'anya.
Lantas, Nara segera mengambil ponselnya dari dalam saku seragam dan menelepon seseorang.
"Ada pemerkosaan di sebuah gang sempit di dekat SMA Hawon," lapornya pada polisi.