Bab 7

1026 Kata
Sorenya, Eliza yang sudah melesaikan pekerjaannya ingin pulang, dia keluar dan ingin mencegat taksi namun malah mobil mewah berhenti di hadapannya dan Eliza sangat tau mobil siapa itu. "Masuklah!" Ucap Lorenzo saat membuka kaca mobilnya namun malah membuat Eliza terkejut dan masih bingung. "Aku? Masuk ke dalam mobil?" Tanyanya memastikan. "Ya, siapa lagi? Aku hanya menawarimu." Ucap Lorenzo namun akhirnya di turut oleh Eliza karena mungkin ada yang ingin dibicarakan masalah pekerjaan dengannya. "Eh— kita mau ke mana?" Tanya Eliza malah terkejut karena setelah dia masuk, Lorenzo melajukan mobilnyq. "Ke tempat tinggalmu, aku akan mengantarmu." Ucapp alorenzo yang membuat Eliza melotot. "T-tidak perlu, Tuan. Saya bisa pulang sendiri, saya— "Ini sudah bukan jam kantor, panggil saja aku Lorenzo." Pinta Lorenzo yang membuat Eliza semakin melotot. "Mana bisa begitu, anda bos saya." Tentu saja Eliza tidak mau dengan perkataan Lorenzo. "Tidak masalah, sedari awal aku juga tidak menganggapmu karyawanku, kau menyelamatkanku, setidaknya kita berteman jika di luar kantor." Ucap Lorenzo yang membuat Eliza terdiam. Di sini memang dia belum memiliki teman satu pun, bahkan saat di kantor, sangat jarang ada yang mengajaknya mengobrol. Jika ada pun mereka ada yang seperti tidak suka padanya, namun Eliza tidak pernah peduli akan hal itu. Yang terpenting baginya adalah bekerja dan menjalani kehidupannya dengan normal. "Maafkan perkataanku tadi, seharusnya aku tidak menanyakan soal latar belakangmu." Ucap Lorenzo yang mengingat kejadian tadi. "Kau tidak perlu meminta maaf, itu sangat wajah bagimu seorang bos, aku yang minta maaf jika tidak sempat menjawabnya." Meskipun Eliza tidak mau mengingatnya dan ingin hidup dari awal, namun tentu saja hal ini pasti terjadi, di mana dia pasti suatu saat kembali mengingatkannya akan kehidupannya yang menurutnya memang menyedihkan karena dia di lahirkan oleh orang tua kaya raya bahkan konglomerat, namun tidak pernah disayang oleh mereka. "Kau bisa menceritakan tentnag kesedihanmu kepadaku, aku akan mendengarkannya. Kau bilang, jika kau sendirian di negara ini, itu berarti kau pasti belum memiliki teman." Ucap Lorenzo. Eliza lagi-lagi terdiam, tentu saja sebenarnya dia menginginkan memiliki teman untuk mengobrol. Namun tidak dengan bosnya karena takut Lorenzo mengira jika dirinya menjual kesedihannya. "Ya, aku memang belum memiliki teman, bahkan negara ini pertama kalinya aku datangi." Ucap Eliza. "Tapi maafkan aku, sepertinya aku belum siap untuk menceritakan tentang kehidupan pribadiku," lanjutnya yang di angguki oleh Lorenzo. "Aku mengerti, santai saja, ceritakan jika kau ingin, aku tidak memaksa. Kau sudah menyelamatkanku, dan aku akan sellau ada untukmu." Ucap Lorenzo yang membuat Eliza malah terkekeh. "Jangan mengatakan itu di depan wanitamu, nanti dia akan salah paham dan semakin memusuhiku." Ucap Eliza yang membuat Lorenzo mengerutkan dahinya. "Wanita siapa? Aku bahkan belum pernah memiliki wanita selama hidupku, wanitaku hanya ibuku," ucap Lorenzo namun tentu saja Eliza tidak percaya. "Kau tidak pandai berbohong, kau pengusaha, dan kau masih muda. Apalagi kau sangat tampan, tidak mungkin jika kau tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita selama ini." Ucap Eliza. Perkataan Eliza tanpa sadar membuat Lorenzo tersenyum. Bagaimana tidak, dia di puji tampan oleh Eliza secara terang-terangan dan entah kenapa dia sangat menyukainya dan senang akan hal itu. "Mau mampir?" Tawar Eliza. "Mungkin aku bisa mendapatkan air minum." Ucap Lorenzo yang membuat Eliza terkekeh. "Ada, ayo!" Ajak Eliza yang masuk ke dalam apartemen dan menuju ke unitnya. "Tidak begitu besar, tapi jika untuk tempat tinggalku sendirian. Ini sangat nyaman." Ucap Eliza saat mengajak Lorenzo masuk ke dalam. Lorenzo melihat sekitar memang tidak terlalu besar, tapi sudah termasuk luas menurutnya, apalagi Eliza hanya tinggal sendirian. "Apa kau memiliki saudara?" Tanya Lorenzo. "Tidak! Aku anak tunggal." Jawab Eliza yang pergi ke dapur untuk mengambilkan Lorenzo minuman. Sedangkan Lorenzo duduk di sofa depan karena di sana memang ada ruang tamunya. "Jika minuman, aku tidak menyetok banyak. Aku hanya menyetok bahan makanan." Ucqp Eliza memberikan minuman yang beruntung saja kemaren dia sempat membelinya meskipum tidak banyal. "Kau memasak sendiri?" Tanya Lorenzo yang di angguki oleh Eliza. "Aku sudah terbiasa hidup sendiri, jadi aku selalu melakukan apapun sendiri." Ucap Eliza. Memang benar. Dulu meskipun dia sering menghambur-hamburkan uang ayahnya, tapi banyak yang sudah dia lakukan selain berbelanja. Termasuk memasak. Dari perkataan Eliza membuat Lorenzo semakin mengerti jika sepertinya orang tuanya tidak pernah memperhatikannya. Untuk itu tadi dia tidak mau menjawab di mana keberadaan orang tuanya. "Aku akan memasak, apa kau mau mencoba masakanku?" Ucap Eliza. "Boleh?" Tanya Lorenzo. "Tentu saja, aku pintar memasak." Ucap Eliza dengan percaya diri dan akhirnya membuat Lorenzo terkekeh. "Baiklah, masaklah yang enak, aku akan menilai masakanmu, jika sangat enak. Aku akan memberikan bonus padamu bulan depan." Ucap Lorenzo yang membuat mata Eliza berbinar. "Jangan menarik kata-katamu, awas saja jika enak tapi kau mengatakan tidak enak agar kau tidak jadi memberiku bonus." Ucap Eliza malah mengancam. "Ya, masak saja sana yang enak, aku akan memberikan bonus sekaligus satu permintaaan apapun jika kau membuatku kenyang." Ucap Lorenzo yang membuat Eliza semakin tersenyum lebar. "Kau akan menyesal karena menawariku itu, bagaimana jika aku meminta barang yang mewah?" Tanya Eliza sambil mengeluarkan bahan makanan di lemari es. "Tidak masalah, uangku sangat banyak." Jawab Lorenzo. Mereka berdua akhirnya terkekeh, obrolan merak menjadi santai dan bahkan terdengar asik, mereka seperti bukan bos dan karyawan lagi, melainkan lebih dari itu. Lorenzo yang tidak bisa melihat akhirnya mendekat ke arah Eliza yang sedang memotong bahannya. "Dari mana kau belajar memasak?" Tanya Lorenzo. "Dari pelayan— maksudku dari pelayan restoran dulu tempat ku bekerja." Ucap Eliza yang membuat Lorenzo manggut-manggut. Eliza hampir saja keceplosan mengatakan jika dia belajar memasak dari pelayan di mansionnya. "Kau sepertinya memiliki banyak pengalaman." Ucap Lorenzo. "Aku bisa banyak hal asal kau tau." Ucap Eliza. "Banyak hal seperti apa?" Lorenzo tentu saja penasaran dengan perkataan Eliza. "Itu rahasia, jika kita sering bertemu. Kau akan tau semdiri nanti." Jawabnya terkekeh. "Kita memang akan sering bertemu, bahkan setiap hari." "Benar juga," Eliza tertawa yang membuat Lorenzo tersenyum. Dia sedari tadi memandangi ke arah Eliza, entah kenapa dia merasa berbeda dan menyukainya. "Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, apa aku menyukainya?" Batin Lorenzo. Selain karena dia sudah pernah menyelamatkannya, mengobrol dengannya membuat Lorenzo nyaman padahal dia selama ini sangat dingin dengan wanita, dia hanya bis amengobrol dengan ibunya dan Keyra saja, itu pun saat dulu, sekarang Lorenzo tidak sering mengobrol dengan Keyra setelah dia terag-terangan menunjukkan perasaan sukanya dengannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN