Berbeda dengan Eliza yang bahkan sedikit menutupi dirinya dan menunduk, Lorenzo malah tersenyum miring ketika ternyata wanita yang tadi menyelamatkan dirinya melamar pekerjaan di perusahaannya.
Di antara lima kandidat yang melamar menjadi sekretarisnya, hanya Eliza yang berpakaian termasuk sopan meskipun rok-nya juga pendek, nakun pakaiannya tidak terbuka seperti yang lain dan mungkin mereka mengira jika Lorenzo akan tergoda dengan mereka.
"Aku memilihnya, yang lain keluar." Ucap Lorenzo tanpa basa-basi yang membuat Eliza malah terkejut namun juga merasa takut, bagaimana tidak, Lorenzo menunjuk ke arahnya, itu berarti dia bahkan langsung di pilih pria yang akan menjadi bosnya ini sebagai sekretarisnya.
"Waah, dunia ini sangat sempit, baru saja tadi kau mengomeliku dan bahkan mengatakan jika aku seharusnya bunuh diri, tapi kini kita bertemu lagi." Ucap Lorenzo tersenyum miring.
"Maafkan perkataanku tadi, Tuan. Aku tidak tau jika ternyata kau ada calon bos-ku." Jawab Eliza dengan jujur karena dia awalnya memang tidak tahu.
"Ini berkasku." Lanjutnya sambil memberikan berkas data dirinya kepada Lorenzo dan di terima olehnya namun tidak dibuka olehnya.
"Siapa namamu? Tanya Lorenzo yang malah lebih baik menanykana langsung kepada orangnya, padahal di sana tertulis semua data tentangnya termasuk namanya.
"Eliza." Jawabnya dengan singkat.
"Namanya sangat indah." Batinnya.
"Kau boleh pulang, dan mulai bekerja besok pagi," ucap Lorenzo yang membuat Eliza tersenyum lebar. Bahkan dia tidak perlu di tanya-tanya akan hal lain yang membuat Eliza merasa beruntung.
"Terima kasih, aku benar-benar berterima kasih." Eliza bahkan rasanya ingin sekali melompat-lompar sekarang, karena saking senangnya.
Lorenzo hanya mengangguk saat Eliza berterima kasih padanya, dia menjadi tersenyum tipis karena melihat Eliza yang memang sangat senang ketika dia menerimanya bekerja di sini.
"Tunggu!" Lorenzo mencegah Eliza ketika ingin pergi dari ruangannya.
"Sekali lagi terima kasih, kau sudah menyelamatkan nyawaku." Ucap Lorenzo yang akhirnya di senyumi oleh Eliza dan di anggui olehnya.
Dia benar-benar pergi dari ruangan Lorenzo dan tidak sabar akan menghubungi sahabatnya. Dia akan memamerkan jika dirinya langsung direrima kerja di sana, meakipun menurutnya ini sebuah keberuntungannya karena dia tidak sengaja bertemu dengannya dan menyelamatkannya.
*****
Sedangkan di tempat lain. Charles sangat terkejut dengan berita yang dibawakan oleh anak buahnya.
"Apa? Ke mana?" Tanya Charles, dia menjadi panik sendiri ketika mendengar dari anak buahnya jika putrinya malah pergi ke negara lain.
"Saya tidak tau, Tuan. Kami tidak menemukan informasinya karena benar-benar terlindungi."
Charles mengusap wajahnya dengan kasar. Dia mengira jika putrinya hanya main-main dan hanya karena marah kepadanya, dia meyakini jika Eliza akan kembali ke mansion ini karena dia tidak memiliki uang sepeserpun.
"Bagaimana dia ke sana? Uang dari mana?" Tanya Charles.
"Saya mendapatkan informasi jika Nona Eliza memiliki beberapa apartemen, dan sebelum dia pergi. Dia menjualnya dan di antarkan oleh sahabatnya, Tania. Tuan."
Dia baru mwngetahui jika Eliza membeli apartemen, namun dia cukup lega karena Setidaknya Eliza memiliki uang untuk kehidupannya.
"Kalau begitu biarkan saja dulu. Aku yakin. Jika uangnya sudah hania. Dia akan pulang dengan sendirinya." Ucap Charles lalu meminta anak buahnya untuk pergi dari sini.
Emma menghela nafas panjangnya, dia sedari tadi ada di sana ketika anak buah suaminya mengatakan jika anaknya pergi ke negara lain, jelas sedih namun dia ingin tau respon suaminya dan malah membiarkannya.
"Dia hanya ingin perhatian kita, tidak salah jika dia memilih pergi, aku merasa memang kita terlalau memikirkan pekerjaan selama ini." Ucap Emma.
"Kita bekerja untuknya, tidak perlu terlalu memikirkannya karena aku yakin dia akan baik-baik saja dan bisa menjaga dirinya, saat uangnya hanis, dia akan kembali ke mansion ini." Ucap Charles dengan yakin.
"Sekarang bersiaplah, kita harua pergi besok pagi." Lanjutnya.
Jika ia pulang, memang dia tidak bisa berlama-lama, karena dia selalu sibuk, sedangkan dia membutuhkan istrinya karena istrinya adalah orang kepercayaannya, untuk itu Emma selalu ikut dengannya ke manapun dia pergi.
Emma tidak bisa berkata lain lagi selain hanya mengikuti suaminya, tidak di pungkiri jelas Emma masih memikirkan anaknya, namun dia hanya bisa pasrah ketika suaminya sendiri tidak mencarinya dan menyakini jika Eliza akan kembali dengan sendirinya.
*****
"Benarkah? Oh astaga! Aku ikut aenang mendengarnya, El." Tania sangat senang di aeberang sana ketika di mendengar sahabatnya sudah di terima kerja di perusahaan terbesar di megara ini.
"Ini juga berkat pamanmu yang memberitahukan perusahaan di sini, asal kau tau. Jika aku langsung di terima kerja. Karena aku menyelamatkan pimpinan dari perusahaan itu." Ucap Eliza memberitahu dan membuat Tania cukup terkejut.
"Astaga, El. Kau benar-benar beruntung. Menyelamatkan seperti apa?" Tanyanya.
"Aku tidak sengaja bertemu dengannya di restoran tadi pagi, dia sedang menerima telefon penting di tepi jalan, tapi tiba-tiba saja ada mobil yang ingin menanraknya. Sebenarnya aku tidak tau tepatnya. Dia berada di tepi jalan. Tau lebih ke menengah. Karena mobilnya seperti ingin menabraknya." Ucap Eliza memberitahu.
Tania mengerti dan manggut-manggut di seberang sana."Kau benar-benar beruntung, El. Apa dia sudah tua tanya Tania penasaran meskipun dia tau dari pamannya karena pemilikmya adalah pembisnis muda.
"Tua? Dia bahkan terlihat masih sangat muda dan tampan." Ucal Eliza jujur, meskipun awalnya dia mengomelinya, namun saat bertemu dia kembali di kantor, dia bisa melihat ketampanannya.
Terdengar kekehan dari seberang sana karena sahabatnya memuji bosnya sekarang.
"Tampan mana dengan Julian?" Godanya.
"Cih, dia mana ada tampan-tampannya, tentu saja lebih tampan bosku. Sudahlah. Kau membuatku malas dengan menyebut nama orang itu. Akan lebih baik aku mandi saja." Ucap Eliza yang bahkan langsung mematika sambungan telefonnya tanpa mendengar perkataan Tania lagi.
Sedangkan Tania di seberang sana terkekeh, dia sangat tau jika sahabtnya ini tidak suka ketika dia menyebut nama mantan kekasihnya yang dulu.