Awal Mula

735 Kata
Sorong, Desember 2017 Mala menginjakkan kakinya di kota ini lagi. Mala tiba dengan kedua orang tuanya dan seorang gadis kecil berusia sekitar 3 tahun, anak satu-satunya. Kali ini Sani tidak ikut, karena ia tidak punya cuti lagi untuk pergi. Rombongan Mala di jemput oleh Siria dan Livia, kakak dan adik kandung Mala yang memang menetap di Sorong. Suri langsung bermain akrab dengan Marco, anak Siria yang sebaya dengannya. "Bagaimana perjalanannya? lama ya Ma?" Tanya Siria membuka pembicaraan ketika mereka sedang di dalam mobil dari Airport menuju rumah. "Lumayan dua setengah jam cukup tenang. Untung cuaca bagus, Ria" Jawab Ibu Karin. "Iya e.. padahal di Sorong ini sudah beberapa hari ini hujan angin terus. Tumben hari ini cerah" Lanjut Siria. "Tau Mala mau datang, kali.." Celetuk Mala yang disambut dengan tawa semua yang di dalam mobil. "Begitu sampai di rumah, kita langsung istirahat Mala. Nanti malam ada acara di rumah Om Nico." Ucap ibu Karin setelah suasana lebih tenang. Mala hanya mengangguk saja. Seperti biasa, ketika pulang ke Sorong, Mama nya ini selalu memamerkan keberadaan mereka ke saudara-saudaranya. *** Malam hari, seperti yang telah direncanakan, Mala hadir di acara keluarganya yang hanya beramah-tamah saja. Iya selalu mengikuti di mana mama dan papa nya berada. Hingga seseorang yang sudah cukup lama dilupakannya kini hadir kembali di hadapannya bersama dengan seorang wanita cantik. Madya tersenyum ramah kepada kedua orang tua Mala kemudian menjabat tangan mereka. Setelah itu matanya beralih ke arah Mala dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Mala sempat diam sejenak, tapi kemudian dia menyambut uluran tangan Madya. "Eh ada orang Jakarta.." Sapa Madya. Mala hanya tersenyum, kemudian pandangannya beralih ke arah wanita cantik di samping Madya. Dengan sopan Mala mengulurkan tangannya untuk menyapa. Tapi wanita itu hanya memandangnya tak peduli sampai Madya menyenggol sikunya. Wanita itu akhirnya membalas uluran tangan Mala dan tersenyum. Kemudian Mala pamit pulang duluan setelah sedikit berbasa-basi dengan Madya dan istrinya. Mala mungkin dengan mudah melupakan pertemuannya dengan Madya. Tapi tidak dengan Madya, hingga malam beranjak semakin larut, ia tak dapat tidur karena jantungnya terus berdebar tak menentu. Bertemu kembali dengan Mala setelah bertahun-tahun, membuat hatinya meleleh dan jadi mengenang segala kisah diantara mereka dulu. Madya melirik istrinya yang sudah tidur terlelap di sampingnya. Perlahan dia bangun dan berjalan keluar dari kamarnya. Madya duduk di teras, setelah mengambil sekaleng bir dari kulkas. Ia melamun kembali mengenang kisahnya dengan Mala. Sorong, Desember 2004 Siang itu, Madya mendengar hasil test nya dan ia dinyatakan lulus test kepolisian. Bukan Akpol, Madya hanya mendaftar untuk level brigadir. Ia memilih menunda kuliahnya untuk mengikuti pendidikan polisi. Madya sangat bersyukur ia bisa lolos tanpa mengeluarkan uang. Latar belakang keluarganya yang biasa-biasa saja membuatnya tidak mungkin membeli test ini. Ia cuma berusaha sekeras mungkin dan berdoa. Namanya akan tercatat sebagai siswa di sekolah kepolisian di Makassar. Dalam beberapa hari ia akan segera berangkat. "Di Makassar ada Tante Karin, nanti mama telepon Tante Karin supaya jaga kamu di sana" Ujar mama-nya sambil membuat teh sore. "Tante Karin siapa, ma?" Tanya Madya yang bahkan sudah lupa siapa yang dimaksud mama-nya ini. "Ih kok lupa sih? Tante Karin yang dulu pernah tinggal di Klawuyuk juga" Jawab mama sambil menyajikan teh ke hadapan Madya. Jantung Madya seketika berdenyut lebih kencang. Ia teringat Mala. Gadis kecil cinta pertamanya yang sudah lama tak ia temui. Akankah ia bertemu lagi? Di asrama, hari pertama Madya tiba di Makassar, ia teringat pesan mama-nya jika Tante Karin akan menjenguknya. Ketika namanya dipanggil, bergegas Madya berlari ke tempat dimana keluarga diijinkan untuk bertemu. Madya mengenali wanita paruh baya itu, benar dia adalah Tante Karin, yang datang bersama dengan seorang gadis yang terlihat sedikit lebih tua darinya. Bukan Mala. "Ya ampun, Madya.. Sudah jadi cowok banget sekarang" Puji Tante Karin. "Iya tante." Jawab Madya singkat setelah membalas pelukan Tante Karin. "Oh iya.. ini kak Siria. Kamu masih ingat kan?" Tanya Tante Karin yang dijawab dengan anggukan Madya. Ya, Madya mengingatnya sekarang. Siria adalah kakanya Mala. Entah dimana Mala sekarang, bahkan Madya tak berani bertanya. "Setiap kamu dapat ijin bermalam, kamu harus nginap di rumah tante, ya Madya?" Tawar Tante Karin. "Iya ma.." Jawab Madya yang secara otomatis mengubah panggilannya kepada Karin menjadi Mama Karin. Mamanya Mala, berarti mamaku juga. Madya memasuki rumah tante Madya yang tampak sepi. Matanya beredar ke sekeliling ruangan. "Mama cuma tinggal bertiga disini, mama, papa dan Siria" Jelas Mama Karin. Madya menyimak. "Mala dan adik-adiknya kuliah di Jakarta." Lanjut Mama Karin menyebabkan muncul kekecewaan di wajah Madya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN