Part 18 - Kantor Polisi

2006 Kata
"Kalian juga ikut dengan saya. Kalian akan menjadi saksinya. Apa kalian setuju?"  Samuel dan Thomas mengangguk menyetujui ajakan Pak Mark. "Ya, kami setuju." "Kalian semua tetap di sini. Kami akan langsung ke kantor polisi sekaran." Pak Mark, Bu Mark, Samuel, dan Thomas beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruang tamu. Mereka mulai melakukan perjalanan menuju kantor polisi. Sedangkan, sisanya mereka masih berada di rumah Nicholas. “Mari berharap jika Nick segera ditemukan,” ucap Dylan. “Aku bersyukur, orangtua Nicholas tidak marah dengan kita.” “Ya, kau benar, Gab.. mereka sepertinya bisa memahami hal ini.” Mereka saat ini hanya bisa menunggu Samuel, Thomas, Pak Mark, dan Bu Mark kembali dari kantor polisi. Mereka bersyukur, kedua orangtua Nicholas tidak membesar-besarkan masalah ini dan langsung memberikan solusi kepada mereka. Orangtua Nicholas sepertinya paham dengan kejadian ini. Mereka hanya bisa berharap jika kasus ini dapat diproses sehingga pencarian akan segera dilakukan. Dan tentunya, Nicholas akan segera ditemukan.   *** Samuel, Thomas, dan orangtua Nicholas sudah sampai di kantor polisi di kota Parama. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke sana. Akhirnya, mereka turun dari mobil dan menuju ke dalam kantor polisi. Sesampainya di dalam kantor poliis, mereka menanyakan kepada salah seorang polisi yang sedang berjaga. “Permisi, ada yang bisa kami bantu?” tanya polisi yang sedang berjaga itu. “Ya, saya ingon melaporkan kasus orang hilang,” jawab Bu Mark. Bu Mark yang tadinya sangat cemas, kini telah menjadi lebih tenang. Bu Mark yakin jika anaknya itu baik-baik saja meskipun keadaannya tidak diketahui oleh mereka. “Mari, saya antarkan,” polisi itu menggiring mereka untuk mengikuti langkahnya. Mereka dibawa kesebuah ruang pelaporan. “Karena sedang penuh, silahkan kalian tunggu di sini dahulu. Nanti, jika ada yang kosong, kalian bisa langsung menghadap ke salah satu polisi itu. Saya pergi dahulu.” “Terimakasih.” “Sama-sama, kalau begitu saya pergi dahulu,” polisi itu berlalu meninggalkan ruangan. Samuel, Thomas, Pak Mark dan Bu Mark menunggu salah satu stand yang kosong. Tidak begitu lama, akhirnya ada salah satu yang kosong. Mereka berempat maju menghadap polisi yang sedang mengetikkan sesuatu di komputernya. Melihat ada orang yang duduk di hadapannya, polisi itu menyambut mereka. “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” “Ya, pak. Anak saya sudah hilang sekitar lima hari.” “Baik, sebentar,” polisi itu tampak sibuk dengan layar yang ada di hadapannya. Ia sedang mengetikkan sesuatu, sepertinya sebuah laporan mereka. “Siapa nama anda?” “Saya Mark Robinson.” “Baik, Pak Mark. Siapa nama anak anda yang hilang itu?” “Nicholas Robinson.” Setelah pertanyaannya di jawab, polisi itu kembali mengetikkan sesuatu dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Pak Mark. “Berapa usianya?” “Usianya saat ini sembilan belas tahun.” “Bagaimana ciri-ciri Nicholas Robinson?” tanya polisi itu lagi. Kini, Bu Mark yang menjawab pertanyaan itu. “Laki-laki, tingginya sekitar seratus tujuh puluh delapan sentimeter, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, rambut sedikit pirang, berkulit putih.” “Terakhir kali mengenakan baju seperti apa?” “Dia memakai jaket berwarna merah dan celana warna krem,” jawab Thomas. Seingatnya, terakhir kali Nicholas memakai jaket dan celana itu. “Di mana terakhir kali anda melihat Nicholas?” “Hari Sabtu sekitar pukul delapan atau sembilan malam. Saya terakhir kali melihatnya sat sedan berkemah bersama saya dan teman-teman saya yang lain di area perkemahan Little Forest.” “Baik, bisa jelaskan secara detail kronologinya?” “Sam?” panggil Pak Mark. Samuel yang berdiri di belakang Pak Mark pun mengangguk paham. “Jadi, kronologinya seperti ini,” Samuel mencoba menceritakan hal yang sebenarnya kepada polisi itu. “Pada Sabtu malam, kami mengadakan pesta api unggun. Saat itu, kita hendak mau makan malam, namun, ternyata Nicholas lupa membawa tikar sehingga kami harus mencari tikar.” Polisi itu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Samuel sambil mengetik setiap poin-poin yang diucapkan Samuel di komputernya. Sam pun melanjutkan ucapannya. “Akhirnya, Nicholas berinisiatif untuk mencari tikar itu sendiri dan tidak mau jika kami membantu mencarinya. Nicholas mencari tikar di rumah Kimberly yang mana rumah Kimberly sangat dekat dengan hutan ini. Namun, sudah satu jam semenjak perginya Nicholas, dia belum kembali juga. Akhirnya, kami mencarinya ke gudang rumah Kimberly. Tetapi, dia tidak ada di sana. Akhirnya, kami memutuskan untuk mencarinya di sekeliling rumah Kimberly. Karena tidak menemukan Nicholas juga, keesokan harinya, kami mencari Nicholas ke dalam hutan. Hasilnya nihil, Nicholas masih belum bisa kami temukan, pak.” Polisi itu masih sibuk mengetikkan apa yang ia dengar dari Samuel. “Baiklah, bisa sebutkan siapa saja yang berada bersama Nicholas saat itu?” “Saya sendiri Samuel Johnson, Thomas Wadley, Dylan Torres, Alvaro Chan, Kimberly Dwyne, Gabriella Austine, dan Elizabeth Keryn.” “Baik, data yang kalian sampaikan sudah saya proses. Setelah ini, saya akan sampaikan kepada tim evakuasi. Jika pencarian sudah dimulai, saya akan hubungi kalian secepatnya,” ucap polisi itu. Inilah yang membuat Samuel tidak suka melibatkan kepolisian. Entah kapan mereka akan memulai proses pencarian ini. “Kapan bisa dimulai pencarian, Pak?” tanya Bu Mark. “Secepatnya dalam satu kali dua puluh empat jam, selambat-lambatnya tiga kali dua puluh empat jam.” Bu Mark nampak kesal karena proses pencarian tidak dilakukan sekarang. “Kenapa tidak sekarang, Pak? Anak saya entah di mana, bagaimana jika dia kenapa-kenapa?” “Bu, sabar.” “Maaf, Bu. Itu sudah prosedur dari pihak kepolisian. Sekarang, kalian bisa kembali ke rumah dan saya akan menghubungi kalian secepatnya.” Bu Mark hendak marah kepada polisi itu namun ditahan oleh Pak Mark. “Baiklah, kami pulang dahulu. Tolong hubungi kami secepatnya. Terimakasih.” “Sama-sama, Pak.” Mereka meninggalkan polisi itu. Mereka keluar dari ruangan ini dan menuju ke parkiran mobil. “Itu alasan kau tidak melaporkannya ke pihak polisi, kan?” tanya Pak Mark kepada Samuel. “Benar, paman. Saya tidak suka dengan proses yang sangat lama. Lebih baik saya cari sendiri. Namun, saat ini saya merasa hopeless karena tidak bisa menemukan Nicholas.” “Tidak masalah, kita serahkan saja kepada mereka. Semoga saja, mereka bisa menemukan Nicholas secepatnya,” Pak Mark sangat tenang sekali saat mendengar kabar seperti ini. Samuel yakin, jika sebenarnya Pak Mark merasa terpukul atas kejadian ini. “Semoga saja.” “Ya sudah, mari masuk mobil. Pasti yang di rumah sedang menunggu kita.” Mereka masuk ke dalam mobil milik Pak Mark. Setelah itu, mereka meninggalkan kantor polisi ini dan menuju ke rumah Pak Mark. ***   Mereka yang berada di rumah Nicholas merasa tidak tenang. Karena sudah dua jam sejak mereka pergi belum ada tanda-tanda mereka kembali. “Kenapa mereka lama sekali?” tanya Kimberly. “Entahlah. Mungkin masih dalam antrian.” “Kemarin aku takut jika aku masuk penjara. Sekarang aku lebih takut jika mereka tidak bisa menemukan Nick,” ucap Elizabeth. “Benar, Beth. Aku juga merasa demikian. Sudah lima hari sejak hilangnya Nick namun belum ada tanda-tanda dari dirinya. Bahkan, jejaknya pun kita tidak bisa menemukannya.” “Aku merasa khawatir dengannya. Entah apa yang ia perbuat. Semoga saja dia masih dalam keadaan yang baik-baik saja. Saat menghilang, ia tidak membawa apapun. Aku memikirkan bagaimana hidupnya sekarang. Bahkan, sekarang aku selalu memikirkan hal yang buruk padanya.” Teman-temannya menyadari apa yang dimaksud dengan Chan itu. Apakah Nicholas masih hidup atau tidak. Mereka yakin jika Nicholas masih hidup dan akan baik-baik saja. Tetapi, jika mereka tidak bisa menemukan Nicholas dalam waktu dekat ini, entahlah apa yang akan terjadi. Gabriella menyangkal hal tersebut. Ia masih belum siap jika harus ditinggal oleh Nicholas. “Tidak! Aku yakin jika Nick masih hidup. Dan dia akan baik-baik saja!” Mereka setuju dengan Gabriella. Mereka yakin Nicholas akan baik-baik saja. “Mari kita berdoa semoga Nick baik-baik saja. Dia anak yang kuat.” Mereka berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Setelah selesai berdoa, ada suara mobil yang datang. Lantas, mereka langsung keluar dan menghampiri mobil itu. Itu mobil milik Pak Mark. Setelah orang-orang yang berada di dalam mobil keluar, mereka kembali masuk ke dalam ruang tamu. Mereka kini berkumpul lagi di runag tamu di rumah Nicholas. “Bagaimana, Sam?” tanya Dylan. Samuel melirik ke arah Thomas. Thomas mengangguk meyakinkan Samuel. “Baiklah. Kita sudah membuat laporan. Dan…polisi akan segera menghubungi kota. Namun, aku tidak tahu kapan. Kata polisi itu secepatnya,” jelas Samuel pada teman-temannya. “Ah…aku tidak suka menunggu seperti ini.” Pak Mark kini menimbrung percakapan mereka. “Saran saya, kalian tunggu saja kabar dari kepolisian. Jangan gegabah. Saya tahu kalian khawatir dengan Nicholas. Saya juga demikian. Namun, jangan mencelakakan diri sendiri. Bagaimana jika kita ikut menghilang? Bukkankah itu akan memperumit keadaan?” “Benar sekali! Saya tahu kalian menyayangi dan peduli dengan Nicholas. Saya juga takut jika terjadi dengan Nicholas. Tapi, saya mohon. Biarkan pihak yang berwenang saja yang mencari hal ini,” Bu Mark setuju dengan pendapat suaminya itu. Ia sangat khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan yang menimpa anaknya. Namun, demi kepentingan bersama, Bu Mark sudah rela dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia yakin jika anaknya masih hidup. Ia sangat mengenali anak semata wayangnya itu dengan baik. “Baik, Pak, Bu.” “Iya, Pak, Bu. Saya akan berusaha untuk mematuhi apa yang kalian katakan. Namun, jika evakuasinya sudah dimulai, apakah kita bisa ikut membantu?” Gabriella sangat ingin membantu menemukan Nicholas. Ia ingin terlibat langsung dalam pencarian ini. “Terserah kalian untuk ikut atau tidak. namun, saya tidak menyarankan untuk ikut. Saat pencarian kalian telah mengalami banyak masalah, bukan? Apakah orangtua kalian mengetahui akan hal ini? kalian tidak usah khawatir, biar saya dan istri saya yang akan terlibat langsung dalam pencarian nanti. Saya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa kalian.” “Paman…kami akan ikut melakukan pencarian. Kami semua yang bertanggungjawab atas hilangnya Nicholas. Jadi, mau tidak mau kita akan tetap ikut,” jawab Samuel. “Apa yang dikatakan Samuel itu benar, Paman. Kita yang bertanggung jawab atas hal ini. Kita semua akan bersama-sama mencari Nicholas,” tambah Thomas. “Benar, kita akan ikut. Untuk masalah izin orangtua, saya akan bicara dengan orangtua saya nanti.” “Saya juga akan ikut, Pak!” Mau tidak mau Pak Mark harus memenuhi permintaan mereka. Pak Mark menghargai usaha mereka untuk mencari Nicholas. “Baiklah, kalian yang laki-laki akan membantu pencarian. Kalian yang permpuan saya tidak menyarankan untuk ikut. Jika tetap ingin ikut, pastikan kalian mendapatkan izin dari orangtua kalian. “Saya akan ikut. Orangtua saya tidak akan peduli dengan hal ini.” Seperti yang diketahui, Elizabeth tidak meiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya, setiap perbuatan yang ia lakukan tidak penting bagi kedua orangtuanya. Mendengar perkataan dari Elizabeth, membuat Pak Mark dan Bu Mark merasa iba. “Kalau begitu, saya akan mengizinkanmu untuk ikut. Anggap saja saya walimu, Beth,” jawab Bu Mark. Bu Mark sangat menyayangi Elizabeth. Selama ini, Bu Mark menginginkan seorang anak perempuan. Namun, suatu penyakit menyerang dirinya hingga ia tidak bisa memiliki keturunan lagi setelah kelahiran Nicholas. Nicholas merupakan malaikat bagi kehidupannya. Elizabeth pernah menceritakan pahitnya kehidupannya kepada Bu Mark. Dari situlah, Elizabeth sering dianggap anak mereka. “Bagaimana dengan yang lain?” “Saya ikut. Nanti saya akan berbincang dengan ayah saya,” ucap Kimberly. “Gaby ikut, Pak. Saya ingin sekali terlibat dalam pencarian ini. Saya merasa tidak tenang jika Nicholas belum ditemukan juga.” “Baiklah, jadi semua sepakat untuk ikut. Nanti akan saya kabarin lagi kapan pencarian bisa dilakukan.” Tak terasa hari sudah senja. Sebentar lagi akan menuju malam. Mereka harus pulang ke rumah masing-masing hari ini. Pasti keluarga mereka cemas dengan merka karena sudah berhari-hari belum pulang ke rumah. “Kalau begitu, Samuel dan teman-teman izin pulang dahulu. Maaf atas kesalahan yang kami perbuat dengan Nicholas. Dan saya mohon tolong kabari saya segera jika evakuasi dilakukan.” “Baik. Tidak apa-apa. Jangan salahkan kalian atas kejadian ini. Ya, sudah. Hati-hati di jalan, ya?” Mereka bersalaman dengan orangtua Nicholas itu. Tak lupa mereka mengucapkan pemintaan maaf karena kejadian ini. Setelah berpamitan, mereka menuju mobil mereka yang terparkir di pinggir jalan. Lalu, kedua mobil itu meninggalkan rumah Nicholas dan menuju rumah Kimberly untuk mengambil barang-barang mereka yang masih berada di rumah Kimberly. *** To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN