70 – Berhadapan dengan Monster di Dalam Hutan

2534 Kata
Kaki Gunung Snhelacetyre Seekor binatang yang mirip kambing atau domba gunung tengah melompat-lompat menuruni gunung batu yang amat terjal dan licin, makhluk itu tampaknya adalah pelompat andal dalam medan seperti ini. Makhluk itu memang mirip seekor kambing gunung, kecuali sepasang tanduk besar putih gading dan ditambah satu buah tanduk tambahan di tengah, ya, makhluk itu memiliki tiga buah tanduk yang sama sekali tak mirip seperti yang dimiliki kambing atau domba. Bulu-bulunya tebal berwarna putih bersih, tubuhnya berotot dan ramping, ekor pendek dan kaki belakang besar. Pada dagunya ada janggut agak panjang. Itu adalah Zhevarous yang bertransformasi menjadi sosok binatang penguasa gunung batu, di sana juga ada beberapa binatang serupa yang melompat-lompati bebatuan dengan baik dan sangat terampil dikarenakan tempat itu sudah menjadi lingkungan mereka, melompati bebatuan terjal sudah merupakan anugerah juga keahlian yang binatang itu miliki. Maka setelah usaha yang melelahkan dan penuh perjuangan, Zhevarous kembali ke bentuk manusia, hanya tinggal beberapa ratus meter saja menuju tanah, maka dia memilih melompati bebatuan sebagai manusia. Terlalu lama dalam wujud makhluk lain membuatnya tak nyaman dan melelahkan, tak seperti Le’theo, yang mampu melakukan perubahan menjadi sosok binatang dalam waktu lama tanpa ada gangguan apa-apa, penyihir lain termasuk Zhevarous memiliki kesulitan dan ketidaknyamanan jika terlalu lama berada dalam wujud binatang. Zhevarous memerlukan waktu yang cukup lama untuk menuruni gunung batu berlapiskan es itu, meski dia sering melompat menuruni ketinggian, tetap saja hasilnya memerlukan waktu yang sangat lamaーmengingat daerah itu memiliki ketinggian yang luar biasa. Namun, pada akhirnya dia berhasil tiba di kaki gunung dalam beberapa jam. Memang, jika dia terjun bebas atau lebih tepatnya jatuh, itu akan lebih mempersingkat waktu. Sayang sekali, mana mau dia menjatuhkan diri dari ketinggian beberapa kilometer, dia terlalu waras untuk melakukan kekonyolan itu. Saat ini, dia tiduran di bawah sebuah pohon besar yang rindang, hari sudah lewat tengah hari, pemuda itu mengistirahatkan badan karena tubuhnya terasa sangat kelelahan setelah menuruni gunung yang tingginya luar biasa itu. Di sini, udaranya tenang, suhu normal dan panas dari cahaya matahari terasa oleh kulit, pemandangan hutan terasa sangat asri dan menyejukkan. Zhevarous memejamkan matanya rapat-rapat, tampak jika seluruh tubuhnya dibasahi oleh keringat. “Oke, aku sudah selesai di sini. Banyak hewan buas dan bahaya lainnya. Aku tak bisa mengatasinya. Kakak, ini giliranmu.” Dengan lelah, Zhevarous berujar. Dia kemudian menarik diri untuk beristirahat, maka Le'theo kembali mengambil alih. Ada satu hal yang terkadang dilakukan oleh Zhevarous, yaitu memanggil Le’theo dengan sapaan kakak, tapi terkadang dia sendiri memanggil pria itu dengan nama atau sapaan biasa saja. “Beristirahat sesaat, mungkin akan memulihkan diri. Kita tunggu beberapa saat lagi, setidaknya suhu di sini cukup nyaman.” Le'theo menggumam pelan, dia beranjak duduk dengan kaki yang selonjoran, kepalanya menoleh ke sisi kanan dan kiri, mencari tahu situasi dan keadaan di sekitar sini. Sepertinya dia beristirahat selama Zhevarous melakukan perjalanan, menuruni gunung batu super tinggi itu sehingga dia sama sekali tak mengetahui apa-apa saja yang selama ini telah terjadi. “Tempat yang lumayan. Tapi aku harus segera pulang, ini keadaan darurat.” Dia ingin beranjak, tapi ingat jika baru sebagian kecil saja mana yang sudah diserap oleh tubuhnya, mana sudah dikumpulkan dan dipulihkan, tapi tenaga dan energi badan belum pulih. Maka dari itu, dia mengubah posisi duduk menjadi bersila dan segera memejamkan matanya untuk bermeditasi. Hanya selang beberapa menit saja dia berdiam diri di sana dan segera merapal mantra untuk menerbangkan dirinya menuju wilayah para penyihir. Le'theo tak bisa membuang banyak waktu, ada kemungkinan yang lainnya berada dalam bahaya, dia tahu jika kesalahannya membuat semua orang bisa saja jatuh di tempat yang tak terduga, bukan suatu hal yang mustahil jika salah satu di antara mereka jatuh di dalam istana para peri. Jelas jika itu terjadi, riwayatnya berakhir saat itu juga. Benua ini juga luas, tapi ada kemungkinan besar jika ada yang akan mendarat di benua lain, di mana itu akan menghabiskan waktu teramat sangat lama untuk pergi menuju wilayah para penyihir. *** Hutan gelap, Lembah Amatyrius. Chadrish bertransformasi menjadi seekor burung hantu salju, keadaan seperti ini sangat memerlukan kemampuan penglihatan dari mata burung hantu. Anehnya, meski ia sudah berubah menjadi serigala dan kunang-kunang yang ukurannya lebih besar dari ukuran normal, burung hantu salju ini tampak normal saja, tak memiliki ukuran yang lebih besar dari umumnya, ukurannya sama saja seperti burung hantu yang ada di dunia lain di mana Elysse tinggal. Ia terbang menyusuri hutan itu, lembah ini memiliki banyak sekali pohon, tak terlalu jauh bagi Chadrish untuk terbang sebelum kemudian ia menemukan sosok makhluk yang tengah menyibak pepohonan dan semak, tampak sedang mencari keberadaan Elysse. Makhluk itu tampak sangat kelaparan sedang mencari makanan di tanah. Mungkin saja makhluk ini bukan karnivora, tapi omnivora. “Itu dia, ternyata makhluk itu cukup besar. Sayang sekali aku tak punya cukup mana untuk menghadapinya.” Chadrish kemudian mengganti jarak antar makhluk itu dengan keberadaan Elysse, ini tak sampai setengah kilo, dengan jarak sedekat ini, hanya masalah waktu saja sebelum makhluk ini menemukan keberadaan gadis itu. “Ini sangat dekat dengan keberadaan Nona Elysse. Aku harus menjauhkannya.” Chadrish menggumam pelan dalam benak. Ia mengepakkan sayap untuk terbang mendekat ke arah makhluk itu. Ukurannya yang kecil tak cukup untuk membuat makhluk itu menyadari keberadaannya. Ketika mendapatkan kesempatan, Chadrish segera saja melepaskan serangan. Seluruh kulit makhluk itu tampak seperti terbuat dari batu, padat dan pastinya sangat keras. Maka Chadrish mengincar bagian tubuh yang paling lunak untuk diserang oleh paruh burung, matanya. Chadrish segera mematuki mata makhluk itu, bagian yang paling lunak di antara tubuhnya hanya itu saja. Dia bergerak sangat cepat dan bergantian mematuk mata kiri dan kanan. Burung hantu memiliki kemampuan penglihatan sangat bagus ketika malam hari, atau di tempat yang gelap, Chadrish jelas memiliki keunggulan ketika berubah menjadi seekor burung hantu. “Rasakan ini, bodoh, akan kubuat kau buta.” Chadrish begitu bersemangat menyerang makhluk itu. Makhluk itu marah, ia melepaskan raungan kesal sambil mencoba menyibak dan memukuli Chadrish, tapi burung putih itu gesit bergerak sehingga pukulan-pukulan yang dilepaskannya malah mengenai wajahnya sendiri. Hal tersebut membuat makhluk itu semakin marah. “Tidak kena, kau sangat payah.” Chadrish mengejek ketika ia menghindar. Ketika melihat makhluk itu tampak sudah sangat marah dengan mata yang berdarah, Chadrish segera menghentikan serangannya. “Sepertinya inilah bagiku untuk melarikan diri.” Inilah yang diharapkan oleh Chadrish, ia melakukannya beberapa kali sebelum kemudian melarikan diri. Ini dilakukan untuk menjauhkannya dari Elysse. Usahanya terbukti berhasil tatkala pada akhirnya makhluk itu segera mengejar Chadrish. Sementara Elysse yang kelelahan, dia tak sadar memejamkan mata, entah pingsan atau tertidur, yang jelas dia sedang bersandar pada sebuah batang pohon yang cukup besar dan tampak aman dari jangkauan hewan-hewan buas karnivora. Tampak jika tubuhnya pasti akan aman dari gangguan bahaya karena terlindungi bagian pohon, nyatanya tak seperti itu, setiap langkah adalah taruhan nyawa yang berarti bahaya selalu mengintai. Tanpa menimbulkan suara dan bergerak dengan halus, di sekitarnya ada banyak akar-akar besar yang mencuat dari tanah, wanita muda itu tampak nyaman beristirahat di sana, sama sekali tak menyadari adanya bahaya yang muncul dan mendekat padanya. Wajar jika Elysse mengantuk, dia manusia biasa dan ketika semua ini terjadi, keadaan di dunianya menunjukkan saat malam hari, bahkan hanya tinggal beberapa jam lagi mendekati tengah malam. Meski di sini adalah siang hari, seharusnya tubuh Elysse diistirahatkan, jika tidak mengalami semua kejadian ini, dia seharusnya masih tertidur pulas di atas ranjangnya yang hangat dan empuk. Sulur-sulur berwarna coklat dan hijau bergerak-gerak, ukurannya ada yang seukuran jari tangan milik Elysse, ada juga yang seukuran tangan dan kakinya, tapi yang paling banyak adalah sulur berukuran sebesar jari telunjuk. Sulur-sulur itu muncul dari kegelapan, jumlahnya sangat banyak. Bagaikan ular yang merayap di atas tanah menuju mangsanya, sulur-sulur tersebut bergerak mendekat menuju tubuh Elysse yang sedang beristirahat. Perlahan tapi pasti, sulur-sulur tanaman hidup tersebut maju dan menyentuh kaki Elysse, mengikat dan menyelubunginya, gerakannya sangat pelan dan halus sehingga Elysse tak terganggu dan tak membuatnya bangun akibat gerakan sulur yang menyusuri tubuhnya. Walaupun ada suara dari gerakan itu, ada kemungkinan Elysse tetap tak akan terbangun, wanita muda itu pastinya terlalu lelah dan letih sehingga tidurnya akan nyenyak. Di sisi lain. Chadrish berhasil mendapat perhatian si monster batu, setelah berhasil mendapat yang dia harapkan, maka burung itu terus melarikan diri, terbang menjauh. Dan segera saja di bertransformasi menjadi sosok manusia, dia berjongkok dan bersembunyi di atas sebuah dahan pohon. Caranya terbukti berhasil, makhluk itu sudah berjalan menjauh dari tempat Elysse berada, ia juga berhasil menghilangkan jejak dari penglihatan si monster. “Sepertinya ini sudah cukup jauh, aku bisa kembali. Meski aku ingin menghadapinya, tapi ini bukan waktu yang tepat, aku harus menghemat mana sebaik mungkin. Keadaan ini sangat buruk dan bisa jauh lebih buruk lagi.” Chadrish merasa jika jarak si monster sudah jauh dari tempat Elysse berada, dia memutuskan untuk kembali dan bertransformasi menjadi seekor burung hantu salju lagi, ini adalah bentuk yang paling menguntungkan dalam keadaan yang gelap. Burung hantuーjenis apa pun itu—memiliki sayap khusus di mana setiap kepakkannya tak menghasilkan bunyi apa-apa, itu adalah anugerah yang diberikan pada seekor burung hantu, hal itu membuatnya dapat bergerak tanpa suara yang berguna untuk memberi serangan kejutan pada mangsanya. Burung hantu juga memiliki penglihatan yang bagus, kegelapan malam tak berarti apa-apa di matanya, semua yang dilihat burung hantu secerah pada siang hari. Burung hantu tak secepat seekor elang, tapi ini lebih baik, di sini banyak dahan pohon dan keadaan sangatlah gelap, ditambah adanya kabut yang mengelilingi, pandangan benar-benar dibatasi, tapi burung hantu mampu mengatasi semuanya. Saat berhasil melepaskan diri dari monster itu, Chadrish segera kembali menuju tempat di mana Elysse berada, di sana Elysse sedang diikat dan dipenuhi sulur yang hidup. Sulur-sulur itu hampir menutup seluruh tubuhnya, hanya tersisa wajah dan sebagian kecil kepalanya saja. “Astaga, apa lagi kali ini?!” Chadrish mendarat di hadapan Elysse dan segera bertransformasi menjadi manusia lagi, dia menggaruk dan mengacak kepalanya, merasa sangat frustrasi akibat kejadian ini, bahaya terus saja menghampiri merekaーterutama pada Elysse yang tak mampu melindungi diri sendiri. Chadrish tahu apa sulur-sulur ini, itu berasal dari pohon pemakan makhluk hidupーpohon karnivora. Makhluk hidup jenis apa pun yang terikat dan berubah menjadi kepompong oleh sulur itu, energi dan darahnya akan diserap, dikonsumsi oleh pohon itu. Biasanya tubuh yang terikat akan segera dilepaskan jika sudah mengering, kehabisan kehidupannya, kehabisan seluruh cairan yang ada pada tubuh tersebut. “Kapan semua ini akan berakhir?” Chadrish menggerutu keras saat melihat banyak sulur-sulur yang bergerak-gerak dan pastinya membahayakan nyawa Elysse. “Lactris, ini bagianmu.” Chadrish membangunkan Lactris yang sedang beristirahat. Maka Lactris segera bangun dan mengambil alih tubuh. Rambut itu berubah menjadi hitam dan segera saja Lactris yang mengambil alih. Ia tersenyum dan menyeringai. “Serahkan saja padaku.” Kobaran api segera saja tergambar pada matanya. Sulur-sulur jahat itu merayap keras dan menyerang Lactris, mereka sangat kasar pada makhluk hidup yang memiliki kesadaran dan bergerak, seolah tanaman ini adalah makhluk-makhluk yang berpikir dan tahu cara memperlakukan mangsa dengan baik. “Tanaman-tanaman ini sangat menyebalkan, apakah aku harus menghabisi semuanya?” tanya Lactris dengan santai, padahal dilihat dari sisi mana pun, keadaan cukup berbahaya, terutama Elysse yang harus segera diselamatkan. “Tentu saja, meski kau menghabisinya, pohon ini tak akan langka, jumlahnya terlalu banyak. Segeralah bekerja!” Chadrish tak beristirahat, dia masih ada di sana sehingga dia menyahut perkataan Lactris. “Baiklah, aku akan mengamuk. Selagi manaku sudah sedikit pulih.” Lactris menyeringai. Dia siap menghancurkan sulur-sulur tanaman dari sebuah pohon karnivora ini. “Brisingr!” Dia berteriak sambil menjulurkan tangan ke arah sulur-sulur yang menyerangnya, dan segera saja tercipta sebuah kobaran api yang muncul dari telapak tangannya menyambar menuju sulur-sulur itu, perlahan namun sangat panas, api membakar tanaman yang bergerak-gerak tersebut. “Igniallorus!” Mantra kedua dirapalkan olehnya, kobaran api tercipta dan berputar-putar di sekeliling tubuh Lactris, ini seperti tornado api kecil yang berputar mengelilinginya, api membumbung tinggi. Suasana yang gelap, mendadak diterangi oleh cahaya api yang dikeluarkan oleh mantra sihir Lactris. Sulur-sulur dan akar yang hendak menyerangnya langsung terbakar begitu saja. “Jangan sampai kau membakar Nona Elysse.” Chadrish memperingatkan. Dia khawatir kobaran api besar ini menggila dan mengamuk hingga membakar segalanya, tapi tentu itu tak akan terjadi, semua terkendali. Lactris mampu menahan dan mengatasi semuanya. “Aku akan berhati-hati. Uh, s**l. Igniallorus mengonsumsi terlalu banyak mana, aku hampir kehabisan manaku.” Dia merasa kekuatannya tersedot habis ketika melepaskan sihir itu. Maka tanpa dipertahankan, api yang mengelilinginya segera lenyap, saat ini hanya menyisakan sulur-sulur yang terbakar, sebuah pohon besar juga terbakar hebat, tapi selebihnya tak ada yang terjadi. Pohon-pohon di sini tak cukup kering untuk ikut terbakar, sementara yang satu ikut terbakar karena sihir sebelumnya membakar langsung pada pohon itu. “Kau bodoh, kukira kata ‘mengamuk' itu hanyalah kiasan. Kau malah mengamuk sungguhan.” Chadrish melontarkan ejekan. “Maaf. Aku terlalu bersemangat.” Maka Lactris tersenyum malu-malu, kemudian melanjutkan serangan fisik dengan menarik dan memutuskan akar-akar sulur itu. Ia menyerang habis-habisan segala hal yang ada di sana dan membuat kebakaran besar. Karena api yang besar, tak ada makhluk yang berani mendekat, mereka yang berada di dunia gelap tentu tak suka pada cahaya dan api. “Sepertinya nona kita kelelahan, aku juga lelah. Lebih baik istirahat di sini, banyak aku tak akan membuat mereka berani mendekat ke sini.” Setelah pertarungan singkat itu, akhirnya Lactris bertolak pinggang dan memandangi keadaan sekitar. Tak ada lagi tanaman yang bergerak dan mengancam, ini memang tampak mudah dan sama sekali tak ada tantangannya. Jujur saja tubuh yang memiliki dua jiwa jelas memiliki keterbatasan dan pastinya sudah sangat kelelahan karena sejak tiba di tempat ini, tubuh itu terus bergerak dan menggunakan mana berulang kali, meski dua jiwa itu menggunakan tubuh secara bergantian, secara fisik, tubuh itu tak pernah beristirahat. “Benar, kita memang perlu istirahat.” Maka Lactris hanya merapikan posisi tidur Elysse agar posisinya nyaman dan tak membuat badan sakit saat nanti bangun. Tubuh itu juga terasa sangat lelah setelah melakukan banyak aktivitas dan berulang kali melakukan transformasi. “Hari sudah malam, sepertinya. Kita tak tahu beberapa detik ke depan, entah apa yang terjadi. Kita harus menyiapkan diri dan siap untuk segala hal yang mungkin terjadi.” “Benar, kalau begitu aku akan membuat api unggun saja. Semoga tak akan ada makhluk apa pun yang berani mendekat jika ada api di sini.” Lactris mengumpulkan banyak batang kayu dan ranting, mengumpulkan api-api yang tersebar di sekitar membuatnya menyatu menjadi sebuah api unggun yang cukup besar. Semua api yang tersebar kini menjadi satu kobaran api saja, hal itu membuat sisa-sisa kebakaran yang sebelumnya terjadi, hanya menyisakan asap dan berbagai tanaman gosong atau sudah menjadi abu. “Ide bagus, kau juga harus berburu. Perut harus diisi, terutama Nona Elysse. Dia pasti kelaparan.” Chadrish menyahut menyetujui. “Kalau begitu aku akan berburu sekarang.” Setelah melihat api unggun dengan kobaran cukup besar yang akan membuat binatang buas menjauh dari Elysse, Lactris merasa aman untuk meninggalkannya di sini, dia segera pergi untuk berburu. Jika sudah berburu, maka dia akan memanggang dan beristirahat sejenak, mengistirahatkan badan sambil menunggu makanan matang. Keadaan siang dan malam di sini tampak tak ada bedanya, tapi Chadrish maupun Lactris bisa mengetahui perbedaan siang dan malam, entah bagaimana caranya mereka melakukan itu. Saat ini hari memang mulai gelap. Tanda jika waktu sudah berganti menjadi malam, tak terasa waktu sudah berlalu cukup panjang, dan keadaan di dalam hutan ini tampak sama sekali tak berbeda. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN