Chapter 03. Keputusan Fitri

1052 Kata
Chapter 3. Keputusan Fitri POV FITRI  Suamiku berdiri dan tertunduk. "Apa yang kamu lihat tadi, sayang?" tanyanya. "Kamu sedang berpelukan dan berciuman dengan perempuan pelakor! Ceraikan aku sekarang, mas!!" teriakku. "Sayang, jangan begitu dong. Aku minta maaf, tapi apa yang kamu lihat itu jangan disalah artikan!" ucapnya membela diri. "Apa yang disalah artikan! Kamu sedang berciuman dengan hot dan aku menyalahartikan apa yang sudah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri mass!! b******k kamu!! Pergi kamu! Dan ceraikan aku sekarang juga!" Teriakku dengan mata melotot. "Sabar sayang, semua bisa dibicarakan….!" "Tidak! Aku tidak mau bicara lagi denganmu! Sekarang kamu pergi!! Atau aku laporkan kamu ke polisi!!" ucapku. "Baik-baik, aku akan pergi!!" Kemudian dia berjalan keluar kamar dan pergi dari rumah dengan mobilnya. Aku jatuh kelantai dan duduk bersimpuh lutut...Menangis dan menangis sambil berteriak sekencang-kencangnya. Aku harus tegar, walaupun hidup tanpa dia, aku akan berusaha mengurus anakku yang ada di dalam kandunganku ini. Kuberdiri dan langsung menuju ke lemari menurunkan tas koperku. Ku isi beberapa pakaian yang cukup kupakai. Aku ambil semua perhiasan dan barang berharga yang kumiliki dan kumasukkan ke dalam sebuah kecil dan dimasukkan ke dalam tas. Kuberjalan menggeret koper yang besar melewati ruang tamu. Berhenti dan memandang foto pernikahan kami yang menurutku sudah hancur ini dengan pengkhianatan yang dilakukan mas Igun tadi pagi. Setelah pintu kukunci. Pesan taxi online dan menunggu sekitar lima belas menit Aku masuk ke dalam mobil dan kupandangi lagi rumah yang pernah membuatku bahagia bersama suamiku. Tanpa terasa air mata menetes di pipi dan hilang semua kenangan disaat taxi sudah mulai menjauh dari rumah. Tujuan perjalanan ini adalah ke rumah kakakku bernama Mas Krisna. Dia adalah kakak laki-lakiku satu-satunya. Dia yang ada dan selalu membantuku di kala susah dulu. Aku adik perempuan satu-satunya sangat dia bela. Apalagi, kalau nanti dia tau kalau adiknya sudah dikhianati oleh suaminya sendiri. Sampai di depan rumahnya yang tak jauh hanya sekitar setengah jam saja dari rumah, kuturun dari mobil. Kuberjalan dengan menggeret koperku yang besar. Ada pembantunya mbok Ijem yang sedang menyapu halaman dan langsung berlari mendekat untuk membantu menggeret koperku. "Eh non Fitri, kok bawa koper besar? Mau pergi kemana, non?" tanyanya. "Saya mau menginap disini, bi. Bapak ada?" Tanyaku. "Ada non di dalam. Beliau kebetulan juga lagi kurang enak badan, jadi tak masuk ke kantor." "Ya sudah bi, saya masuk ke dalam dulu ya..." ucapku "Baik non, biar kopernya saya yang bawa!" Ucapnya. "Ya terima kasih bi." Aku tersenyum dan masuk ke dalam rumah yang besar dan mengucapkan salam. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Ada jawaban dari kakakku dan istrinya yang muncul dari kamar tidur mereka. Mereka kaget melihatku dengan koper yang sedang ditarik oleh Bi Ijem. "Fitri, kamu sama siapa? Kenapa kamu bawa koper besar begini?" Aku berlari memeluk mas Krisna yang langsung dibalas pelukanku. Aku menangis di pelukannya. "Sudah...Sudah...Ayo kamu duduk dulu...Berhenti menangis..!" Dia rangkul pundakku dan kami duduk di sofa. Aku masih terisak dan menghapus air mata yang memenuhi pipiku dengan tisue. "Sudah kamu yang tenang dulu baru bicara…." ucap mas Krisna. Istrinya, Mbak Wati, duduk di sebelahku. Mas Krisna pindah ke sofa satu. Tak lama kemudian. "Sudah bisa cerita?" tanyanya. "Sudah mas...Mas Igun selingkuh, mas! Aku mau cerai dan pisah saja dengannya!" ucapku. "Loh, dia selingkuh sama siapa? Kamu sudah melihatnya?" tanyanya. "Tadi pagi aku ke kantornya dan memergokinya sedang berciuman dengan seorang wanita! Sebelumnya aku menemukan c*****************a yang bekas dipakai di koper dinas luar kotanya kemarin malam!" Ceritaku. "Sialan! Kurang Ajar! Mau apa dia kok berani-beraninya dia selingkuh dengan wanita lain!" Geram mas Krisna yang mengepal tangan kanannya. "Sudah mas, semua kan bisa dibicarakan dengan baik-baik," sahut mbak Wati. "Enak aja! Jelas-jelas dia telah memberikan luka di hati adikku!! Kurang apa Fitri mengurusi suaminya!" geram mas Krisna. "Iya, tapi bisa dibicarakan dengan Igun juga. Mas Telepon dia, kasih tau kalau dia bisa ke rumah ini menjelaskan semuanya. Kalau memang dia memilih perempuan itu, ya baru kita ambil tindakan!" timpal mbak Wati. "Ini sudah yang kedua kali mas. Sebelumnya dua bulan yang lalu dia juga pernah ketauan olehku telah menjalin hubungan dengan seorang SPG rokok. Tapi akhirnya dia tinggalkan! Tapi sekarang, saya tidak tahu dengan siapa dia berhubungan!" "Memang sebelumnya kamu curiga karena apa?" tanya mbak Wati. "Ya karena celana dalam itu, dan setelah dia pergi ke kantor, ponselnya terjatuh di kamar. Ada telpon dari namanya Diana Manus di layar ponsel mas Igun....!" Aku terisak lagi. Mbak Wati mengelus punggungku untuk bersabar. "Hmm, ya sudah kita minta penjelasannya saja! Aku akan telpon si Igun!" ucap mas Krisna. Kemudian dia berdiri dan mengambil ponselnya yang ada di kamar. Mas Krisna duduk kembali dan memencet nomer Ponsel mas Igun. Tak lama kemudian tersambung. ["Halo, Igun, nanti sore kamu ke rumah saya!" ucap mas Krisna dengan nada ketus. ["Ya saya tunggu secepatnya atau kau akan menyesal nanti!" ucap mas Krisna dan langsung mematikan ponselnya. "Sudahlah Fitri. Kamu istirahat saja di kamar tamu. Mah, anterkan Fitri ke kamar tamu!" "Iya mas. Ayo Fitri, kita ke kamar, biar kamu bisa tiduran disana." "Iya mbak." * * Sorenya kami sedang di teras rumah mas Krisna, kita berkumpul sambil minum teh. Ada mobil yang kulihat adalah mobil mas Igun, berhenti di depan pagar. Kulihat mas Igun turun dan dari pintu mobil sebelah kiri turun Ibu Mas Igun. "Mas, ada mas Igun dan Ibunya datang," ucapku. "Hmm...Dasar pengecut! Kalau apa-apa selalu bawa Ibunya!" Mas Krisna, mbak Wati dan aku langsung berdiri menyambut kedatangan Ibu dan mas Igun. "Assalamualaikum," ucap mas Igun yang menggandeng Ibunya. "Waalaikumsalam," jawab kami. "Ibu..." Aku mencium punggung tangan Ibu mertuaku. Dia melengos saja tak mau menengok ke arahku. Kemudian aku mencium tangan suamiku. Mereka juga bersalaman. "Ayo kita masuk saja ke dalam," ucap mas Krisna. Kami semua masuk ke dalam ruang tamu. Mas Krisna menghidupkan lampu dan duduk di sofa dan aku juga duduk di sebelah mas Krisna. Mbak Wati masuk ke dalam rumah untuk mengambil minum. Kami masih sama-sama diam. "Bagaimana bu, sehat?" tanya mas Krisna kepada Ibu mas Igun. "Alhamdulillah sehat. Nak Krisna bagaimana, sepertinya sedang kurang sehat, ya?" tanya Ibu. "Iya, tadi saya tidak masuk kantor. Tadi abis subuh badan saya demam dan tak enak badan. Jadi saya istirahat saja di rumah," jawab mas Krisna. "Iya istirahat saja." Mas Igun menundukkan kepalanya dari tadi. Aku melihat ke arahnya. "Jadi, gimana mas Igun kabarnya?" tanya mas Krisna. "Eh..Ehmm Baik mas...!" ... ... BERSAMBUNG #Vote #Berikan Suara #Trending #Viral
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN