Grace menggeliat, rasanya tidurnya begitu nyenyak, nyaman dan hangat hingga ia enggan membuka matanya. Ia ingin memejamkan mata beberapa saat lagi tetapi kesadaran mulai merayapi akalnya karena di pinggangnya sebuah lengan melingkar dengan posesif. Siapa lagi yang memiliki aroma maskulin yang sangat dikenalinya selain William. Perlahan Grace memaksakan matanya untuk terbuka, ia menyadari telah berada di dalam kamar yang berbeda, bukan kamarnya tetapi ia berada di kamar William. Padahal seingatnya tadi malam setelah makan malam ia mengobrol bersama keluarganya kemudian melanjutkan obrolan bersama Sidney hingga waktu mendekati tengah malam di kamar Alexa. Ia yakin pasti William memindahkan tubuhnya yang tidur seperti mayat hingga tidak merasakan apa pun. Grace melirik ke arah jendela. Seper

