Dario baru saja keluar dari kamar mandi saat matanya menangkap pemandangan kasur yang kosong. Wanita itu tidak ada di ranjang. Dahinya berkerut sambil berjalan keluar kamar dan mencari wanita itu di setiap sudut. Namun, ia tidak berhasil menemukannya dimanapun.
Dario kembali masuk ke dalam kamarnya lalu mengenakan pakaiannya dengan cepat walaupun badannya masih belum kering secara sempurna.
Ting tong!
Bel apartemennya berbunyi.
Dario berpikir bahwa itu adalah wanita tadi. Mungkin ia ingin membeli sesuatu dari minimarket di bawah dan baru kembali sekarang. Langkah kakinya yang panjang bergerak menuju pintu dan membukanya.
Seorang wanita berdiri di depan pintu namun bukan wanita yang Dario tunggu. Melainkan seorang wanita dengan usia sedikit lebih tua dari wanita sebelumnya. Mengenakan pakaian ketat dan pendek dengan makeup yang sedikit berlebihan jika dibandingkan wanita tadi. “Siapa yang kamu cari?” Tanya Dario ketus.
Wanita didepannya tersenyum menggoda alih-alih menjawab. Wanita itu melangkah lebih dekat dan mulai mengalungkan tangannya pada leher Dario. “Madam Eva bilang kamu membutuhkan seseorang untuk menghangatkan ranjangmu.”
Dario tidak mengerti dengan perkataan wanita itu. Ia hanya memesan satu wanita pada Eva. “Satu sudah cukup.” Sanggah Dario.
“Ya.” Jari wanita itu menelusuri rahang Dario. “Itu sebabnya aku datang sendiri.”
Dario mendorong wanita itu karena parfum yang dikenakannya terlalu mengganggu penciuman. “Saya sudah mendapatkan satu wanita, jadi saya tidak membutuhkan kamu sekarang. Kemana dia?” Tanya Dario berpikir bahwa wanita didepannya adalah rekan wanita yang tadi memuaskan Dario.
“Maksud kamu apa?” Wanita itu mulai terganggu dengan sikap dingin pelanggannya kali ini. “Aku baru datang. Madam Eva mengirimku kesini karena dia bilang kamu memesan satu wanita untuk malam ini.”
Kali ini Dario sudah mulai mengerti apa yang terjadi. Rahangnya mengatup lalu menutup pintu dengan cepat dihadapan wajah wanita itu.
Ia mengambil ponsel dari atas nakasnya dan menghubungi wanita yang biasa ia cari saat membutuhkan hiburan di malam hari.
“Eva.” Ucapnya saat wanita berusia empat puluh tahunan awal mengangkat panggilannya. “Siapa yang kamu kirim untuk saya hari ini?”
“Apa?” Wanita itu butuh waktu untuk mencerna pertanyaan Dario. “Oh, maksud kamu Rina?”
“Dia perawan?”
“Kamu ingin perawan? Aku tidak punya stok perawan.” Jawabnya. “Tapi kujamin Rina tidak akan mengecewakan. Kudengar dia sudah menuju tempatmu setengah jam yang lalu.”
“Sialan.” Maki Dario.
“Apa?” Eva mendengar pelanggan setianya memaki namun entah untuk apa. “Kenapa? Apa dia terlalu tua untukmu?”
Dario menutup panggilannya tanpa berkata apa-apa pada Eva.
Ia mengambil kunci mobilnya dan turun untuk menemui resepsionis di bagian lobby.
“Selamat malam bapak, ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita dengan seragam berpotongan rapi menyapa Dario dengan senyuman ramah.
“Apa saya bisa melihat rekaman cctv di gedung ini?”
“Maaf bapak, kami tidak dapat memperlihatkan rekaman cctv kepada orang lain selain pegawai gedung ini.” Masih dengan tersenyum sekaligus kagum pada ketampanan pria yang berada di hadapannya.
“Saya kehilangan beberapa barang berharga dan saya ingin tahu siapa yang mengambil benda-benda milik saya.” Ucap Dario menyebutkan sebuah kebohongan untuk alasan.
Wanita didepannya tampak terkejut. “Oh, sayang sekali. Mari saya antar ke ruangan sekuriti untuk bantu pengecekan melalui cctv pak.” Wanita itu pun beranjak dari belakang meja resepsionis dan memulai langkahnya lebih dulu.
Dario dipersilakan masuk ke dalam sebuah ruangan yang dipenuhi banyak layar besar. Masing-masing menampilkan beberapa sudut yang direkam oleh kamera cctv.
Respsionis itu menjelaskan masalah pencurian yang dialami Dario pada karyawan sekuriti yang bertugas saat itu.
Lalu seorang pria dengan kepala plontos memutarkan rekaman secara mundur dari sudut pengambilan rekaman di lobby.
Dario memperhatikan dengan seksama sambil mengingat pakaian yang dikenakan wanita itu.
Sampai akhirnya ia menangkap sosok yang ia cari pada layar besar dihadapannya. “Stop.” Pintanya. “Bisa perjelas di bagian ini?”
Dario meminta sekuriti itu memperbesar taksi yang mengantar wanita tadi. Setelah mencatat nomor plat mobil di dalam ingatannya, Dario berterimakasih pada sekuriti itu lalu pergi mengendarai mobilnya menuju pangkalan taksi yang berada dekat dari daerah tersebut untuk mencari sopir taksi tersebut.
“Aku akan mendapatkanmu.” Ucap Dario tersenyum saat ia menjalankan mobilnya keluar dari gedung apartemen sewaannya itu.