PRIA ITU KEMBALI LAGI

1319 Kata
Saat melihat sosok Banyu di kantor Gemintang tadi, entah mengapa perasaan gelisah menerpa Novan. Setelah sekian lama dia menjauhkan Gemintang yang tidak bisa berhenti memikirkan Banyu. Tapi mengapa dia sekarang harus berada di kantor yang sama. Dia pun terpikir seseorang untuk menjalankan rencananya. "Halo... Pak Andre" "Halo, iy…iya Pak Novan" ucap Andre segan. "Ada hal yang perlu saya ketahui" "Apa itu pak?" "Apa benar ada karyawan baru bernama Banyu Sadewa?" "Banyu... Banyu..." mencoba mengingat-ingat, "Iya pak benar. Ada... baru aja masuk hari ini" "Terus Ibu Gemintang tau?" "Setahu saya, Ibu Gemintang malahan yang menyeleksi kandidat di akhir pak. Jadi beliau yg memutuskan kandidat yang lolos" "Oh begitu. Terima kasih informasinya." ucap Novan dengan rahang mengeras menahan amarah, sembari meremas kemudinya. Dia baru saja sampai di parkiran gedung perkantorannya. “Baik, pak." "Oh iya satu lagi, saya bisa minta tolong" "Boleh, apa itu pak" "Tolong kamu awasi dia yah. Setidaknya awasi pergerakannya saat dia bersama dengan Gemintang" "Kenapa emangnya pak?" "Apa perlu saya jelasin" "Eh gak usah pak. Mmm…maaf pak" "Iya, setelah panggilan ini saya tutup. Saya udah kirim ke rekening kamu. Buat ngopi, yah namanya ngawasin orang pasti butuh tenaga kan" "Waduh…gak enak nih pak. Tapi terima kasih banyak," dalam pikiran Andre tidak mungkin seorang Novan hanya mengirimkan nominal sedikit. Apalagi ini menyangkut Gemintang. Semua orang di kantor Gemintang tahu, bahwa bagaimana Novan sangat mencintai Gemintang. Bagaimana usaha Novan untuk membahagiakan Gemintang. Tapi perhatian Novan dibalas oleh Gemintang dengan biasa saja. Aku harus menikah secepatnya dengan Gemintang, batin Novan. *** Jam pulang kantor tiba. Banyu dan rekan kerjanya berjalan bersama. "Hei liat aduh romantis banget yah Pak Novan ke Bu Gemintang," ucap seorang karyawan perempuan melihat Novan membukakan pintu untuk Gemintang dan bersama-sama meninggalkan kantor. "Iya, mereka serasi banget yah," timpal karyawan perempuan lainnya. "Dasar kalian, gosip aja terus," potong karyawan pria. Sedangkan Banyu yang berdiri dari belakang hanya menatap nanar kedua pasangan itu. Pantas saja Gemintang sekarang bertunangan dengn Novan. Novan sekarang sudah sangat berbeda dengan Novan saat mereka sekolah. Novan menjadi pria tampan dan dewasa. Apalagi kekayaan keluarga mereka sepadan. Sungguh pasangan serasi menurutnya. "Beb, kamu balik ke apartemen atau aku anter ke rumah Mami?" tanya Novan yang menatap sesekali Gemintang sembari fokus menatap jalan. "Gak deh. Aku ke Apartemen aja. Aku capek banget. Lagi males ketemu Mami," alasan Gemintang. Gemintang seolah membuat jarak kepada keluarganya sendiri. Apalagi dengan Maminya yang selalu mendesaknya untuk segera menikah dengan Novan. Sebisa mungkin dia tidak bertemu keluarganya. "Ehm…gimana di kantornya?" tanya Novan. "Biasa aja. Nothing special" "Oh gitu. Kamu gak ngerasa harus ngomong sesuatu gitu ke aku?" "Ngomong apaan. Gak deh" "Oh iya" "Kamu kenapa sih. Emang ngomong apaan?" usut Gemintang. "Ya ngomong aku cinta padamu beb" canda Novan. "Lebay kamu. Udah, kamu perhatiin jalan aja" "Iya beb, pasti dong. Keselamatan kamu nomor satu" "Oh yah beb. Weekend ini, Mama ajak kamu dan keluarga makan bersama. Kamu bisa kan?" lanjut Novan lagi. "Iya boleh aja. Tapi makan keluarga biasa aja kan, gak omong aneh-aneh" "Maksud kamu?" "Aku gak mau kamu atau keluarga kamu bahas-bahas soal pernikahan. Atau mami aku bahas itu. Kamu tau kan harus jawab apa?" "Iya beb, aku ngomongnya kamu fokus karier dulu kan. Kita kan masih ada waktu dua tiga tahun lah. Gitu kan?" "Ehm gitu dong." "Iya Beb, aku nurutin apapun keinginan kamu. Asalkan kamu tetap disisiku," Novan mengambil tangan Gemintang kemudian menciumnya lembut. Seperti biasa tidak ada penolakan maupun jawaban dari Gemintang hanya tatapan kosong semata. "Makasih yah. Kamu gak capek apa anter jemput aku. Sebenernya aku bisa bawa mobil sendiri. Mobilku seringkali mogok karena lupa kupanasi" ucap Gemintang sesampainya di lobi apartemen. "Gak beb. Aku bisa kok. Bahkan kalau kamu kantornya di luar kota. Aku anterin kamu dulu" "Kamu bisa aja sih." "Aku langsung balik yah beb. Selamat istirahat" "Iya sampai ketemu besok. Hati-hati di jalan" "Iya beb." Ucap Novan sembari mengecup pipi Gemintang. Selama kurang lebih tujuh tahun bersama dengan Gemintang, tiga tahun lamanya bertunangan. Gemintang dan Novan hanya sebatas mencium pipi dan mencium kening Gemintang saja. Saat Novan ingin mencium bibir Gemintang, Gemintang selalu mengalihkan wajahnya dan menghindar. Tapi Novan tetap saja bersabar dengan sikap Gemintang, karena dia yakin suatu saat nanti Gemintang akan luluh padanya. Bahkan batu karang di pantai saja, lama-kelamaan akan terkikis oleh deburan ombak. "Halo Rani, kamu dimana?" "Hai kak Novan. Udah balik kantor. Lagi di jalan balik ke rumah nih. Kenapa?" "Ehm boleh ketemu gak. Di cafe dekat rumahmu, disitu aja. Bisa kan?" "Iya boleh aku tunggu disana," Aisyahrani adalah sahabat Gemintang sejak sekolah. Dia adalah tempat curhat Novan saat mengalami masalah dengan Gemintang. Gemintang, Aisyahrani dan Erika adalah teman sejak dari SMP hingga lanjut ke SMU. Sahabat yang tak terpisahkan. Semenjak pertunangan Novan dengan Gemintang. Mereka seperti menjadi kubu satu sama lain. Erika yang memihak Gemintang, sedangkan Aisyahrani lebih memihak Novan. "Hai…Kak, disini," sapa Aisyahrani saat melihat sosok Novan masuk ke dalam cafe. "Hai, maaf yah. Tadi macet banget soalnya" "Iya lagian aku sih gak masalah. Rumahku kan gak jauh dari sini" "Pesan apa?" tanya Aisyahrani. "Aku kopi hitam aja" "Mba, pesan kopi hitam satu, es cappucino satu" "Baik Mba," jawab pelayan cafe yang memang sejak tadi saat Aisyahrani duduk, tetap setia berdiri menunggu pesanan. "Gimana Gemintang?" tanya Aisyahrani. "Baik, dia sehat" jawab Novan singkat. "Terus kenapa dengan kalian. Ada masalah apa?" Aisyahrani tahu saat Novan ingin bertemu dengannya pasti itu berhubungan dengan Gemintang. "Kok kamu tahu aku ada masalah?" tanya balik Novan, "Apa Gemintang ngomong sesuatu?" tanya Novan lagi. "Iya tahulah. Kamu tuh kalau galau karena Gemintang ya larinya ke aku. Lagian Gemintang gak ngomong apa-apa kok. Feeling aja" "Emang kalian gak pernah ketemuan bertiga lagi?" selidik Novan. "Gak sih, palingan kami w******p-an bertiga di grup khusus aja. Aku sibuk, Erika juga. Apalagi Gemintang,” jawab Aisyahrani. "Oh gitu. Ehm... kamu masih ingat Banyu gak?" "Banyu?" tanya Aisyahrani sembari mengingat-ingat sosok yang disebutkan oleh Novan. "Iya Banyu Sadewa" "Banyu Sadewa itu yang atlet renang, tampan, tinggi dan idola cewek satu sekolahan," cerocos Aisyahrani. Perkataan Aisyahrani malah membuat Novan semakin tidak percaya diri. "Iya yang itu. Apalagi pujian kamu. Terus aja, keluarin semua," ketus Novan. "Hahahaha…sori-sori kamu ngambekan ih," ucap Aisyahrani merasa tidak enak. "Terus kenapa Banyu itu? Dia kan sejak kelas tiga dulu, kayak menghilang di telan bumi," ucap Aisyahrani lagi. "Iya aku ketemu dia" "Serius. Dimana?" "Di kantor Gemintang" "APA!!!" teriak Aisyahrani tidak percaya. Sontak saja pengunjung cafe berbalik ke arahnya. Dibalasnya dengan senyum mesem-mesem minta maaf. "Serius? Terus Gemintang tahu gak?" Tanya Aisyahrani lagi "Tahu. Tahu banget malahan. Dia yang terima Banyu kerja disitu" "APA.!!!" Teriak Aisyahrani lagi tidak percaya, Novan sontak menutup masing-masing telinganya dengan telunjuknya. "Kayaknya aku salah deh bawa kamu ke cafe. Cocoknya ke hutan aja. Biar kamu puas teriak-teriak gitu," sindir Novan. "Astaga, bener-bener nih. Kamu hati-hati deh. Kamu ingat kan berapa lama Gemintang move on. Eh sekarang malah cowok itu dateng lagi. Terus rencana kamu?" "Aku gak tau Ran. Aku bingung banget. Kamu tau kan aku gak bisa kehilangan Gemintang" "Iya…iya aku paham. Yah kamu pertahanin dong" "Pasti lah. Kayaknya weekend ini, aku pengen ngomong deh sama keluargaku dan keluarga Gemintang. Aku pengen menikah secepatnya." "Iy... iya. Selama ini satu-satunya jalan yang terbaik buat kalian. Aku pasti mendukung kok," jawab Aisyahrani. Tetapi tatapan matanya tidak bisa berbohong, Aisyahrani menatap Novan nanar tanpa Novan sadari. Ada sedikit rasa sedih dibalik senyum tulus Aisyahrani dengan perkataan Novan tadi. "Kamu udah makan malam belom. Gak kerasa nih. Keasyikan cerita, udah jam makan malem" "Gak usah deh. Aku balik aja" "Gak papa kok. Yuk. Kamu makan apa. Kamu sukanya sate yang di tikungan rumah kamu kan. Gimana kalau itu aja," usul Novan. "Iya boleh," jawab Aisyahrani sembari menganggukkan kepala. "Iya sekalian aku anterin kamu balik" "Makasih yah" "You're welcome princess," jawab Novan seolah-olah menunduk hormat. #Aku cinta Dia, Dia cinta Kamu, Kamu gak cinta Aku. Sungguh cinta tidak sebercanda ini#
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN