Bertemu Bella

1319 Kata
Bab 3 "Sudah kuduga kau tidak bisa percaya omongan laki-laki seperti itu! Dia pasti punya tujuan lain menikahimu!" Airin terdiam mendengar ucapan Bella. Setahu dia, Irfan menikahinya atas desakan Mamanya. "Tentang wanita bernama Amel itu ...." "Dia aktris yang baru merintis karir di dunia perfilman." "Pantas sepertinya aku pernah melihatnya," guman Airin. "Bukan hal yang aneh kalau para aktris seperti dia mendekati para pengusaha untuk mendukung karir mereka," ucap Bella sambil menyeruput kopinya. "Maksudmu, dia tidak benar-benar mencintai Mas Irfan?" tanya Airin dengan mata yang membulat. "Ayolah Airin, hari gini kamu masih ngomongin tentang cinta!" sahut Bella. Airin terdiam lagi. "Kalau mau, aku bisa langsung menghancurkan karirnya dalam sekali depak," ucap Bella lagi. "Jangan!" sahut Airin. "Aku masih ingin tahu sejauh mana hubungan mereka." Bella membuang napas, lalu menatap Airin. "Jangan-jangan kau masih percaya padanya?" "Bukan begitu. Aku ingin kau menyelidikinya lebih jauh, jadi aku punya bukti yang cukup kuat untuk menjatuhkan mereka." Bella membuang napas lagi. "Baiklah kalau itu maumu," ucapnya. "Oh, ya, aku sudah menemukan Dokter profesional yang cocok untukmu. Jadi, kapan kau mau melakukan operasi?" tanyanya kemudian. "Itu dia, aku belum menemukan waktu yang tepat," jawab bingung. Mereka saling diam beberapa lama. "Oh, iya, tentang kebakaran yang merenggut nyawa orang tuamu ... aku minta ijin padamu untuk menyelidikinya kembali." Airin tersentak kaget, dan seketika menatap Bella. "Kenapa tiba-tiba, Bell? Bukankah kejadian itu murni karena konsleting listrik?" "Ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku. Aku tidak akan tenang sebelum bisa mengetahuinya." Airin terdiam. Orang tuanya selama ini tidak pernah mempunyai musuh. Dugaan Bella pasti salah. Lamunan Airin buyar seketika saat gawainya tiba-tiba berdering. Matanya membulat lebar. Telepon dari Nyonya Mia, Ibu mertuanya. Airin cepat-cepat mengangkatnya. "Hallo, Ma." ""Hallo, Sayang, kamu di mana? Mama ke rumah kamu, tapi tidak ada orang," terdengar suara Ibu mertuanya itu dari seberang telepon. "A-Airin sedang belanja, Ma," jawab Airin membuat alasan. "Sama Irfan?" "Tidak, Ma. Airin sendirian," jawab Airin lagi. "Pulanglah, Mama tunggu." "B-baik, Ma." Airin menutup teleponnya. "Maaf, aku harus pergi," ucap Airin pada Bella. "Mau kuantar?" "Jangan, aku tidak mau orang lain melihatmu," ucap Airin lagi. Airin bergegas memesan taksi online, lalu secepatnya meluncur pulang. Tak lupa dia mampir di swalayan yang ada di dekat perumahan, untuk membeli beberapa barang. "Ya Ampun Airin, kenapa kamu pergi belanja sendirian? Irfan mana?" sambut Mama mertuanya begitu dia sampai ke rumah. "Eh, Mas Irfan ada pekerjaan, Ma," jawab Airin sambil melepaskan maskernya. "Keterlaluan si Irfan!" guman Mamanya. "Duduklah, Ma. Biar Airin bikinkan minuman untuk Mama," ucap Airin. Belum sempat Airin beranjak ke dapur, tiba-tiba pintu terbuka dan Irfan masuk ke dalam. Dia bergegas mencium tangan Mamanya dengan gugup. "Loh, kok pulang lagi, Mas?" tanya Airin heran. "Mama yang menelpon dia," sahut Mama mertuanya. Airin membulatkan mata terkejut. Wanita berpenampilan glamor itu menatap tajam pada puteranya. "Kemana saja kamu? Kenapa membiarkan Airin pergi belanja sendirian?" tanyanya. "Irfan ada meeting, Ma," jawab Irfan gugup. "Jangan bohong, kamu!" sahut Mamanya. "Mama baru saja menelpon sekretarismu. Tidak ada jadwal meeting hari ini, apalagi hari ini semua karyawan libur!" Wajah Irfan seketika memucat mendengar ucapan Mamanya. "Pergi ke mana kamu?" Airin tertawa geli dalam hati melihat adegan di depannya. Airin tahu Irfan sangat takut pada Mamanya. Apa sekalian saja dia bongkar kelakuan suaminya itu di depan Mamanya? Pasti seru. "Ayo, jawab! Kamu pergi ke mana?" Nyonya Mia tetap menekan putranya untuk mengaku. Irfan menelan saliva, lalu membuang mukanya. "Pergi dengan teman, Ma," jawab Irfan kemudian. "Teman kamu yang mana?" selidik Mamanya lagi. Irfan meringis menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Sudah, sudah. Mama duduklah, biar Airin buatkan minum," ucap Airin sambil mempersilahkannya duduk. Airin mengambil belanjaannya dan berjalan menuju dapur. "Jangan macam-macam kamu, Irfan!" Airin menghentikan langkah, urung menuju dapur. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas ruang tamu, mendengarkan apa yang mereka bicarakan. "Kamu kan tahu keluarga kita punya banyak hutang pada mendiang orang tua Airin!" ucap Mama mertuanya dengan suara yang tertahan. Deg! Jantung Airin berdegup kencang mendengar perkataan Nyonya Mia. Hutang? "Orang tua Airin kan sudah meninggal, Ma?" "Bodoh kamu! Semua itu masih tercatat dalam data notaris! Sekali Airin tahu, tamat riwayat kita. Makanya kamu jangan macam-macam!" "Ma, aku sudah bosan pura-pura baik terus padanya! Aku gak tahan lagi melihat wajahnya setiap waktu. Jijik, Ma!" "Tugas kamu cuma menjadi suami yang baik! Apa susahnya?" "Tapi sampai kapan, Ma?" "Sampai Mama bisa memastikan semua data itu hilang dalam kebakaran waktu itu!" "Tapi, Ma ...." "Diam, jangan membantah! Jika data itu masih ada, kita butuh tanda tangan Airin untuk membebaskan kita dari hutang itu!" Irfan membuang napas. "Baiklah, Ma. Tapi jangan halangi Irfan untuk menikahi Amel." "Irfan!" "Irfan mau membantu Mama. Mama juga harus mengerti Irfan dong!" Nyonya Mia membuang napas kesal mendengar ucapan puteranya itu. Dia takut puteranya itu nekad. Kalau sampai Airin tahu, hancurlah semuanya. Airin mengepalkan tangannya seraya memejamkan mata menahan sesak di d**a. Jadi ternyata seperti itu? Ternyata pernikahan ini hanya permainan semata. Apa mungkin kebakaran waktu itu juga ada hubungannya dengan hal itu? Airin membuang napas, lalu melangkah menuju ke dapur. Kecurigaan Bella ternyata benar. Kalau memang seperti itu kenyataannya, tidak ada pilihan lain untuk menyelidiki kasus itu kembali. Airin mengambil gawainya, lalu menelpon Bella. "Bell, aku mau kau menyelidiki sesuatu," ucapnya begitu Bella mengangkat teleponnya. "Ini berhubungan tentang catatan notaris Papa." "Kamu tahu sesuatu?" tanya Bella. "Selidiki saja dulu, akan kuceritakan sisanya nanti," ucap Airin. "Baiklah." Airin menutup telepon, lalu segera membuat dua cangkir teh. Dia membawanya ke ruang depan dan bersikap seolah tak mendengar apapun. "Maafkan Irfan, ya, Sayang. Dia bosan di rumah, makanya pergi bersama teman-temannya," ucap Mama Mertuanya saat Airin meletakkan cangkir itu di atas meja. "Lain kali kalau dia ulangi lagi, bilang sama Mama!" lanjutnya. Airin tersenyum, lalu duduk di samping mereka. "Seharusnya tidak perlu berbohong kalau ada meeting, Mas," ucapnya sambil menatap Irfan. "Maafkan Mas, Dek," jawab Irfan salah tingkah. Airin tersenyum miring. "Gak apa-apa kok, Mas. Mas pasti melatangku ikut karena takut teman-teman mengejekku, kan?" ucapnya. "Iya, Dek. Mas gak mau kamu terluka," jawabnya. "Nah, begitu dong, Irfan. Seharusnya kamu jujur dari awal. Airin begitu baik hati, pasti bisa mengerti. Menantu Mama memang yang terbaik," ucap Mamanya sambil merangkul Airin. Airin tertawa miris dari dalam hati. Keluarga ini sangat pandai beracting. Kenapa tidak menjadi pemain film saja? "Oh, iya, Dek. Minggu depan Mas harus ke luar negeri untuk proyek baru kantor," ucap Irfan sambil menyeruput tehnya. Mamanya terlihat mendelik padanya, tapi Irfan tak peduli. "Untuk berapa lama, Mas?" tanya Airin, penuh curiga dalam hati. "Mungkin sekitar sebulan, bisa lebih," jawab Irfan lagi. "Lama sekali, Mas. Apa memang harus selama itu?" "Maaf ya, Dek. Ini kan demi perusahaan juga." Airin terdiam. Irfan pasti berbohong lagi padanya. Dia harus menyelidiki hal itu lagi. "Kalau begitu biar aku bantu bersiap-siap ya, Mas?" ucap Airin kemudian. "Jangan, Dek. Aku gak mau kamu capek. Kan masih Minggu depan, jadi Mas bisa melakukannya sendiri," jawab Irfan, yang semakin membuat Airin curiga. "Kamu jangan khawatir, Airin," sahut Mama mertuanya. "Irfan gak akan macam-macam. Biar Mama yang nanti yang menyuruh orang mengawasinya." Irfan melirik kesal pada Mamanya. Airin hanya diam sambil berpikir bagaimana caranya mencari tahu. Malam itu Airin membuka laptopnya ketika suaminya sudah tertidur lelap. Tidak biasanya dia tertarik dengan kehidupan para artis. Tapi kali ini, dia benar-benar ingin tahu tentang wanita bernama Amel Angelina. Airin mengintip sosial media aktris itu, terlihat dia memamerkan sebuah cincin, dan tertulis caption di sana. "Yes, I will marry you " Airin membuka lagi status yang lebih baru. Tampak foto sebuah gaun pernikahan cantik dengan caption. "Sebulan lagi, kita akan benar-benar bersanding di pelaminan." Status dia yang terakhir, sebuah foto undangan pernikahan bertuliskan huruf besar I & A dia pamerkan dengan caption. "Menuju hari H." Airin menatap ke arah suaminya yang sedang tertidur pulas. Status dia tepat sekali dengan rencana kepergian suaminya ke luar negeri. Airin tersenyum miris. Rupanya mereka merencanakan pernikahan besar tanpa sepengatahuan dirinya. Baiklah, mungkin ini saat yang tepat. Airin mengambil gawainya, lalu menelpon Bella. "Bell, minggu depan ... aku ingin menjalani operasi. Tolong persiapkan semuanya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN