Pesta Pernikahan

1028 Kata
Amel tersenyum sambil menatap ke arah Irfan sejenak. "Belum, Mbak. Masih calon. Minggu depan kita mau melaksanakan pernikahan," jawab Amel lagi. "Oh, ya? Selamat, Mbak." "Terima kasih," ucap Amel sambil tersipu malu. "Kalau boleh tahu di mana resepsinya?" pancing Airin lagi. "Di hotel terbesar di kota ini, Mbak. Hotel Merry Land." "Wah, pasti calon suaminya kaya raya, sampai bisa menyewa acara di hotel mewah itu," Airin terus memancing, sambil tertawa geli dalam hati. "Tentu saja, Mbak. Dia pengusaha sukses di kota ini," jawab Amel sambil mengelus pundak Irfan dengan bangga. Airin melirik ke arah Irfan, yang entah mengapa terlihat begitu tegang. "Sayang, Mas mau ke toilet dulu, ya?" ucapnya pada Amel, dan buru-buru pergi meninggalkan toko itu. Amel mengerutkan kening ketika melihat Irfan bertingkah aneh. Irfan masuk ke dalam toilet pria dan mengambil gawainya. Entah mengapa dia ingin memastikan istrinya ada di rumah. Gawai Airin berdering. Airin membulatkan mata begitu melihat siapa yang menelpon, seraya menatap Bella. Bella mengisyaratkan untuk mengangkatnya, sambil mencoba mengalihkan perhatian Amel. "Lihat di sana, Nona. Ada produk skincare terbaru yang cocok untuk kulit cantikmu," ucap Bella sambil mengedipkan mata pada Airin. "Benarkah?" Amel langsung antusias, dan pergi mengikuti Bella. Airin cepat-cepat mengangkat telepon dari Irfan. "Hallo, Mas." "Kok lama sekali baru diangkat, Dek?" tanya Irfan dari seberang. "Aku baru keluar dari toilet, Mas," jawab Airin beralasan. "Ada apa, Mas? Kok suara Mas kedengaran gugup begitu?" "Kamu di rumah kan, Dek?" "Iya, ini lagi di dalam kamar. Kenapa Mas?" "Gak ada apa-apa, Dek. Cuma mau memastikan kamu baik-baik saja di rumah." "Memangnya Mas sudah mau pulang?" "Belum, Dek. Sepertinya masih lama, kerjaan Mas tambah banyak," jawab Irfan lagi. "Ya sudah, baik-baik di sana, Mas." "Kamu juga, Dek. Mas kerja lagi, ya?" "Iya, Mas." Irfan menutup telepon sambil membuang napas lega. Entah kenapa saat melihat wanita tadi dia jadi teringat pada Airin. Mana mungkin Airin bisa berubah cantik? Irfan mencuci mukanya, lalu kembali ke toko tadi. Airin sudah duduk lagi di tempatnya, bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Irfan mendekati Amel yang sudah selesai memilih apa yang dia butuhkan. "Sudah, Sayang?" tanyanya. "Sudah, Mas," jawab Amel manja. Irfan segera membayar apa yang dipilih oleh Amel, lalu mengajak Amel pulang. "Kami duluan ya, Mbak," ucap Amel pada Airin dan Bella. Airin membalasnya dengan senyuman manis. Irfan juga mengangguk sambil tersenyum menatap Airin. Sepertinya setelah menelponnya tadi sikap gugupnya hilang. Airin masih memperhatikan mereka berdua berjalan keluar dari toko. Tenanglah, Mas. Sebentar lagi kita akan bertemu lagi. Tunggulah, batin Airin. . . . Airin membuka matanya ketika seorang make up artis yang disewa Bella selesai memake over dirinya. Dia memperhatikan dirinya sekali lagi di depan cermin. Meskipun wajahnya belum cantik sempurna, tapi penampilannya pasti sudah cukup bisa menarik perhatian orang. "Kau sudah siap, Airin?" tanya Bella yang sudah berdiri di depan pintu ruangan itu. Airin tersenyum, seraya menatap Bella. "Bagaimana penampilanku?" tanyanya. "Apa kau ingin menggantikan mempelai wanitanya?" tanya Bella sambil menggelengkan kepala. "Tidak ada salahnya menunjukkan ke semua orang kalau mempelai prianya bukan orang yang setia, kan?" Airin balik bertanya. "Ya sudah, ayo ke sana. Acaranya sudah dimulai," ucap Bella lagi. Aula pertemuan hotel yang disewa khusus untuk acara resepsi pernikahan Amel dan Irfan itu sudah penuh dengan tamu undangan. Tampaknya Amel adalah aktris yang sudah cukup mempunyai nama, karena banyak artis dan aktor yang hadir dalam acara itu. Amel dan Irfan sudah bersanding bak ratu dan raja di hadapan para tamu undangan. Semua orang satu persatu mengucapkan selamat. Para artis menyumbang lagu sehingga acara itu tampak sangat meriah. "Kamu yakin istrimu tidak akan menonton televisi, Mas?" bisik Amel pada Irfan di sela-sela tepuk tangan saat teman Artisnya selesai menyanyikan lagu. "Tenang saja, Airin tidak pernah menonton televisi, apalagi berita, karena dia trauma pada berita kriminal," ucap Irfan dengan yakinnya. "Sosial media?" "Dia tidak punya. Sejak kebakaran waktu itu dia menutup semua sosial media miliknya. Apa yang mau dia tunjukkan? Wajah horrornya?" Amel tertawa mendengar ucapan Irfan. Tiba-tiba terdengar sedikit kegaduhan di antara para undangan, seperti saat ada aktor papan atas yang datang. "Siapa yang datang, Mas?" tanya Amel sambil memperhatikan para tamu yang memberi seseorang jalan ke depan sambil berdecak kagum. Irfan ikut memperhatikan seseorang yang berjalan ke arah mereka. Matanya membulat seketika melihat siapa yang datang. Amel ikut terbengong-bengong sambil menatap penampilan Airin dari atas hingga bawah. Airin berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke arah Irfan dan Amel, dan berdiri menghadap para tamu undangan di depan microphone. Dia tersenyum sambil menatap Irfan dan Amel yang masih melongo menatapnya. Airin menarik napas dalam-dalam, lalu menatap para tamu undangan yang perhatiannya sudah mengarah sepenuhnya padanya. "Selamat malam, semuanya," ucapnya dengan lembut, di depan pengeras suara. "Perkenalkan, saya adalah pemilik dari hotel Merry Land, hotel ini," lanjutnya sambil melirik ke arah Irfan dan Amel yang semakin terheran-heran menatap ke arahnya. Para tamu undangan yang hadir masih fokus menatap Airin yang berdiri di depan microphone. "Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kalian," ucap Airin seraya tersenyum manis. "Apa kalian tidak mengenaliku?" tanya Airin pada Irfan dan Amel. Irfan dan Amel membulatkan mata mereka, lalu saling bertatapan. Mereka masih bingung tentang siapa wanita yang berdiri di hadapan mereka itu. Apa mungkin dia seseorang yang mereka kenal? Sementara itu Bella mengawasi semua itu dari jauh. "Ayolah Airin, bongkar semuanya, permalukan mereka. Aku sudah tidak sabar ingin melempar kue pernikahan itu ke muka mereka berdua," gumannya sambil mengepalkan kedua tangan. Tiba-tiba pandangannya jatuh pada sosok pria yang berdiri tak jauh dari kedua mempelai. Mata Bella membulat dengan jantung yang berdegup kencang. Bukankah pria itu .... Bella berjalan mendekati pria itu, untuk memastikan dia tidak salah lihat. Benar saja, ternyata pria itu benar-benar Handoko, salah satu orang yang masuk daftar penyelidikannya. Kenapa dia bisa hadir dalam acara ini? Bella mendekati salah satu tamu yang ada di dekatnya. "Permisi, Nyonya," ucapnya lirih pada seorang wanita bergaun merah. "Oh, ada yang bisa kubantu?" tanya wanita itu ramah. "Apakah Nyonya tahu siapa Tuan yang berdiri di sana?" tanya Bella sambil menunjuk pada Pak Handoko. "Tentu saja. Dia adalah ayah dari mempelai perempuan," jawab wanita itu. Bella terkejut bukan main. Handoko adalah ayah dari Amel? Gawat, kalau sampai Airin membongkar identitasnya di sini, dia bisa jadi incaran mereka yang berikutnya. Dia harus cepat menghentikan Airin!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN