Saksi Kunci, Rey

1161 Kata
Klek' Rey membuka pintu utama kediaman keluarganya,setelah beberapa hari setelah insiden yang berusaha ia lupakan, “Becca menjadi seorang penghibur di sana, Mr Rudi” Samar-samar suara itu terdengar di telinga Rey, dan memaksa rasa penasarannya muncul ke permukaan. “Adik pulang!” suara cemprengnya membuyarkan perhatian Rita dan langsung mengubah ekspresi wajahnya, “Rey, sayang. Sini, nak. Kamu selama ini tinggal di mana?” Rita menyambut dan langsung memeluk anak bungsunya, yang selama ini sangat ia rindukan. Sementara pria yang melihat itu semua, hanya bisa menyaksikan momen haru di depannya. Ia sudah mengetahui jika itu adalah Rey, adik kesayangan dari temannya. Dan dirinya juga ikut lega sekaligus bahagia, karena mengetahui jika Rey telah pulang ke rumah. “Hmm, siapa ya?” Tanya Rey, yang terdistrack dengan ingatan, jika ada satu orang yang tidak ia kenali, sedang bercengkrama dengan ibunya. “Hal—“ “Dia Rian, teman kakakmu di Singapore. “ Rita menginterupsi omongan Rian yang hendak memperkenalkan dirinya. Membuat Rian menarik kembali uluran tangannya yang sempat ia angkat, “Hai, senang bertemu denganmu. Selama ini saya hanya mendengar cerita dari Becca.” Suara kikuk dari Rian membuat Rey melipat kedua tangannya, “Kau yakin teman Becca?” Ketus Rey. Ran tersentak dengan pertanyaan dari Rey, yang seolah mengetahui rencananya dari Becca. Tapi, dirinya masih belum terlalu yakin dengan fikiran negatifnya, karena ia merasa Becca tidak mungkin bercerita perihal kepergiannya pada Rey. Toh juga Rian sendiri, tidak memberitahukan kemana dirinya akan pergi pada Becca, “Sorry?” Ujar Rian, berusaha membalas dengan suara se-tenang mungkin pada Rey, agar gelagat khawatirnya tidak mudah terbaca. BRAKKK Rasa terkejut Rian terkalahkan dengan rasa lega, karena akhirnya bisa lepas dari tatapan mencekam dari Rey yang masih belum percaya jika dirinya adalah teman dari Becca. “SELAMAT SIANG BAPAK RUDI!” Rey langsung berteriak dengan penuh amarah, saat melihat ayahnya dengan wajah menahan amarahnya. “Diam kau! Dimana Rebecca sekarang?!” Suara ketus Rudi mendominasi, membuat nyali Rian kembali menciut. Entah kenapa, membuat rasa bersalahnya muncul kembali, dan teringat pad Becca yang mungkin saja sedang menerima amarah dari sang ayah. ‘Kau salah, Rian! Becca saat ini sedang bermesraan dengan Randi.’ Seolah ada bisikan ghaib bersifat negative, dan menghilangkan semua sisi baik dari dalam dirinya. “Sabar, Pah. Malu dilihatnya, ada Rey juga dan orang yang baru saja kau temukan.” Rita langsung mendekati suaminya, untuk menyuruh sedikit meredam rasa amarahnya kini. Melihat itu semua, Rey kembali dibuat malu dengan sikap ayah kandungnya sendiri, yang seolah tidak pernah tahu dan bisa meredam emosinya. Meskipun ada orang asing di depannya, tapi itu semua tidak membuat pria paruh baya itu menghargai siapapun. “Mah aku naik. Aku muak dengan sikap suamimu.” Ujar Rey, seraya berlari membawa tas ransel miliknya. Meninggalkan Rian sendiri, yang tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya, dirinya sangat tidak nyaman melihat perlakuan Rudi yang terkesan terlalu meluap-luap. Apalagi sampai membentak istrinya sendiri, dengan perkataan yang tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang suami. Namun apa boleh buat, semua ini juga disebabkan oleh rencana Rian yang memodifikasi cerita kehidupan Becca elama di Singapore. Rian juga tahu betul, jika saat ini mungkin Rudi kecewa, marah, bahkan sedih. Merasa dirinya telah gagal mengurus anak sulungnya, hingga ada kabar miring yang terdengar dan bahkan disampaikan langsung oleh temannya. “Kita susul anak kurang ajar itu!” Rudi kembali berteriak pada Rita, hingga membuatnya ingin menarik Rita dan membawanya ke tempat yang aman. Namun, siapa dirinya hingga berhak untuk melakukan itu semua? Bahkan dirinya berada di sini saja tidak pantas, jika mereka mengetahui akal busuknya. “Nak, maafkan suami tante, ya.” Suara lirihan itu membuat Rian tak kuasa meneteskan air mata, “Baiiikk-tannte” Rian membalas dengan suara terbata-bata. ** Sementara di tempat lain, Rey yang langsung menarik selimutnya untuk meredam amarahnya, “Kenapa aku harus terlahir di keluarga ini.” Batinnya menggerutu dan menyalahkan semesta, karena berlaku tidak adil padanya. Ia mengambil ponsel dari slinbagnya, dan langsung teringat pada Becca. Dirinya ingin memberitahukan jika ada orang yang tengah mengaku jika ia adalah teman dari Becca. Namun Rey sama sekali tidak mempercayai orang tersebut, karena merasakan ada sesuatu yang aneh dan mengganjal di hatinya. Serta banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan pada Rian tadi.  tapi semua itu gagal, dirusak oleh sang ayah yang sangat tidak mencerminkan seorang pengusaha professional, yang meluapkan semua amarahnya sekaligus. “Hallo, Rey. Ada apa?” Suara Becca terdengar sangat parau di telinga Rey kala itu, membuat ia ragu-ragu untuk mejelaskan semua kejadian hari ini. ‘apa dia sudah tahu? atau dia agi ada masalah?’ semua pertanyaan bekeliaran di kepala Rey, dan tidak tahu harus berbuat apa. Seketika fikirannya kosong entah kenapa, padahal banyak hal-hal yang harus ia sampaikan dan jelaskan pada Becca. Namun apa boleh buat, dirinya juga harus mengetahui kondisi yang pas, dan menunggu moment ang pas untuk semua itu. Rey menyadari jika Becca sudah banyak tekanan saat kepergiannya ke Singapore, dan sebagai mantan manager dari Rebecca Hardinata, ia juga mengetahui dan sangat afal bagaimana kondisi hai Becca, walaupun hanya dengann suara. “Rey?” “Becc, pacarmu memang nomor 1, tidak ada duanya..” Rey mengubah haluan, dan membanggakan sosok  calon kakak iparnya. Dan semua itu berhasil membuat suara Becca terdengar riang kembali, saat ia mencba membicarakan kehidupannya selama di hotel. Semua keluhan bercampur rasa bahagia, Rey utarakan hingga membuat rekor baru untuknya sendiri. Karena siapa sangka, jika seorang Rey sudah berada pada panggilan telefon selam 30 menit, yang padahan sebelumnya, ia menelfon hanya sebatas 5 menit. [“Rebecca, sayang. Tolog kesini sebentar.”] Suara baritone itu membuat Rey langsung berpindah tempat ke kamar mandi pribadinya, “Tolong video call, Becc. Aku mau berterimakasih langsungg pada Kak Randi.” Pinta Rey, seraya menjatuhkan b****g ke bangku kecil yang ada di toiletnya. Ia langsung mengalihkan panggilan ke video call, yang padahal Becca sendiri belum memberikan jawaban apapun. DEG ‘omaygat, makhluk sempurna nan tampan seperti ini kenapa cuman ada di Negara orang.’ Batinnya kemali menggerutu, mengeluh karena dirinya tidak pernah menemukan seseorang di negaranya sendiri, yang tampan setara dengan Randi. “Hai, Kak Randi” “Hai, Rey….” Balas Randi dengan wajah yang baru dilihat oleh Rey. Kacamat yang menggantung di wajanya, membuat charisma Randi terpancar sempurna, bahkan membuat Rey berdoa jika mau mendapatkan kekasih seperti Randi. “Bagaimana sekolahmu, kau tadi sekolahkan?” Mendengar pertanyaan itu membuat otak Rey yang pintar, langsung membuat percakapan agar terlihat natural. Yang padahal, jika hari ini Rey bolos sekolah karena terlalu letih dengan semua tugas dan kursus untuk memasuki universitas. Namun semua itu bisa ia tutupi dengan sempurna, dan malah bercanda dengan Randi perihal body guard yang ia sewa untk menjaga Rey. “Terus ssaja kau lakukan itu semua, di depan single ini.” Cibir Rey,saat melihat Becca yang berada di pangkuan Randi. Membuat Becca mengejek dengan sangat puas, hingga membuat hati Rey lega, karena ia tidak perlu mencemaskan kehidupan Becca jika ia bersama Randi, orang yang sangat ia percaya bisa melindungi Becca dari masalah apapun. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN