Peresmian

1802 Kata

Jantung Ghea berdegup liar ketika jaraknya dengan ruang inap Reana tinggal tersisa beberapa langkah. Bukannya apa-apa, Ghea hanya tak siap dengan kemungkinan akan bertemu Bude Maya dan terlibat pembicaraan seperti tempo hari. Selain itu, kedua orang tua Zebra juga belum tahu perihal latar belakang Ghea. Ghea hanya sangsi jika respons mereka akan sama dengan Bude Maya. Remasan tangan Zebra di jari-jarinya membuat Ghea menoleh. Zebra sedang menatapnya dengan kening berkerut. “Kenapa kamu kelihatan tegang gitu?” “Eh.” Ghea menggigit bibir bawahnya, mengalihkan wajah. “Enggak kok. Perasaan Mas Zebra aja kali.” Zebra menyelipkan rambut Ghea yang terurai ke sisi telinga. “Beneran?” Ghea hanya mengangguk. Kali ini setengah menarik Zebra agar lekas masuk. Ya, tidak apa-apa. Ghea yakin bahwa di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN