Semakin kuat Arif mencekik leher Olin, semakin Olin tak juga menunjukkan ketakutan. Air mata Olin memang mengalir, tapi sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Arif menunggu-nunggu seandainya Olin memohon untuk berhenti, maka Arif akan melepaskannya di detik yang sama. Jika ini yang diinginkan Olin, bukankah Arif harus mengabulkannya? Ya, karena itulah yang Olin minta. Mati, mati, mati ... Hanya itu yang ada di benak Arif saat ini. Ia telah gagal, citra dan nama baik yang susah payah dibangunnya telah rusak. Jabatannya dipertaruhkan, masa depannya bisa jadi suram. Lalu untuk apa Arif tetap melanjutkan hidup ini? Setelah membunuh Olin, ia bisa menghabisi dirinya sendiri. Di saat Arif telah mantap dengan keputusan itu, lututnya yang menempel di samping perut Olin me

