Arif Bijaksana menyeringai puas di balik meja kerjanya, usai menerima sederet foto yang dikirimkan oleh salah seorang anak buahnya yang ia kirim diam-diam untuk membuntuti Inge. Bagus, semua berjalan lebih cepat dan lebih lancar dari dugaannya. Di ponsel rahasia Arif kini telah ada beberapa foto Inge dan Kenang dalam pose yang sekali lihat seseorang langsung tergigiring ke satu opini. Arif merasa harus menyiapkan senjatanya sendiri, ia tidak bisa hanya pasrah dikendalikan oleh Inge. Arif juga harus memiliki sesuatu yang dapat membuat Inge tak berdaya. Lama memikirkannya, ide ini tercetus begitu saja saat dengan angkuhnya Inge berkata akan bertemu dengan Kenang. Siapa sangka, hubungan keduanya ternyata cukup akrab padahal lama tak saling kontak. “Tidak lama lagi, Lin,” gumam Arif sendiri

