"ih, sialan aku udah serius dengerin" kata Dinda ketus dan memajukan sedikit bibirnya
sore itu kami berada di kampus hingga pukul lima, hujan pun sudah mulai mereda, aku Dinda dan para mahasiswa lain mulai bersiap untuk pulang
"ayo Din kita pulang, hujannya sudah reda" kataku mengajak dinda
Dinda hanya mengangguk kemudian bangkit dari duduknya, kami berjalan ke parkiran Dinda menuju mobilnya dan aku menuju motorku
dari kejauhan aku bisa melihat Dinda yg perlahan mulai menyetir mobilnya meninggalkan parkiran kampus, aku baru saja tiba di tempat motorku terparkir tadi pagi, saat aku duduk di atas motor sambil mencari kunci di dalam tasku, tampa sengaja lutut ku menyenggol sesuatu yg ada di gantungan depan motorku, seketika aku terkesiap dan penasaran
"itu apa ya?" pikirku dalam hati, tapi tanganku masih terus berusaha menemukan kunci di dalam tasku, akhirnya aku menemukannya dan segera ku masukkan kedalam lubang kunci, sebelum menghidupkan motor rasa penasaranku sudah memuncak, aku segera meraih benda yg terbungkus kantong keresek hitam dan tergantung di depan motorku entah sejak kapan
"tadi pagi rasanya gak ada" batinku, sambil berusaha menebak-nebak benda apa itu, saat ku buka di dalamnya ada sebuah kotak yg dibalut plastik hitam bertuliskan namaku
"apa iya kerjaan kurir JNT?" tanyaku dalam hati, ah sudahlah mau siapa yg taruh ini barang, yg jelas ada namaku di sana berarti itu buat aku jadi aku bawa pulang aja" kata ku dalam hati
. . .
setelah sampai di rumah aku langsung mandi, beberapa saat kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan selembar handuk kimono dan selembar handuk lain yg menutupi rambutku
aku mendekati kotak tadi yg ku letakkan di atas meja, sambil menerka apa isi dari kotak itu. Belum sempat aku membukanya ku dengar suara bunda memanggil ku dari bawah
"Riri, makan dulu sayang" suara panggilan buda yg terdengar begitu keras sampai di kamar ku
"iya, sebentar bunda ini lagi ganti baju" jawabku membalas panggilan bunda sambil melanjutkan memakai baju
setelah selesai aku turun dari kamar dan menuju meja makan, terlihat ayah, bunda, dan nenek yg sedang membincangkan sesuatu entah apa yg mereka bicarakan
"hai sayang" sapa bunda yg pertama menyadari kedatangan ku
"hai ayah, hai bunda, hai nenek" kataku menyapa semuanya
"selamat ulang tahun ya sayang" ucapan ayah yg membuat ku senang sekaligus terharu
"makasih yah" jawab ku singkat
"Riri mau kado apa dari ayah?"
"gak usah yah Riri gak mau apa-apa, Riri cuma minta do'a dari ayah, bunda dan nenek, biar Riri selamat dan sehat, terus Riri minta semuanya tetep dan makin sayang sama Riri" jawabku dengan wajah sumringah dan penuh semangat
"anak ayah udah besar, udah punya pacar belum ya?" tanya ayah menggodaku
"ishhh, ayah sama aja kayak bunda sama nenek" jawabku pura-pura jutek
ayah, bunda dan nenek hanya cekikikan melihat aku yg tersipu
"kenapa sayang, anak ayah cantik gini gak mungkin gak ada yg suka" kata ayah sambil mengelus rambutku
"gak ada ayah, kalaupun ada Riri belum mau pacaran, masih kecil" jawabku sambil berkacak pinggang menegaskan jawabanku
entah kenapa ayah dan yg lainnya justru tertawa mendengar jawabanku
. . .
selesai makan aku pamit untuk ke kamar, ayah memanggil ku dan bilang
"Riri kalau mau durian ayah sudah sisain tuh di kulkas" kata ayah yg tau bahwa aku suka sekali buah durian
"yeiiii. . . makasih ayah" teriakku kegirangan
"sama-sama sayang" jawab ayah singkat
setelah itu aku naik ke atas dan membawa durian dalam box kecil ke kamarku, aku duduk disisi ranjang dan memakan durian yg rasanya mantap, teksturnya yg lembut dengan wangi khas durian bercampur dengan rasa manis yg terasa di lidahku
"nikmat sekali buah ini" batinku
tiba-tiba aku teringat kotak yg tadi pagi ku temukan, segera aku mengambilnya karena penasaran kemudian aku putuskan mengambil gunting dan merobek plastik hitam yg membungkus kotak itu, setelah itu aku melihat kotak kecil berwarna putih seukuran kotak ponsel. Segera ku buka kotak itu dan aku menemukan sepucuk surat serta sebuah kalung berliontin huruf "R" seketika aku terpana karena kalung itu begitu indah, bukan dari emas atau permata tapi bentuknya indah, tekstur rantainya yg unik dengan kilaunya yg sederhana dan huruf "R" yg juga unik terbentuk di tengah rantai menambah eksotis tampilan kalung itu. Aku membuka surat itu dan membaca isinya
. . .
"sejak pertama mentari terbit di sekolah kita, menyilaukan mata dengan terangnya. Sejak itu aku mengagumimu"
"Saat bunga indah bermekaran di sekolah kita, memancarkan wangi semerbak yg menggoda. Saat itu aku mengagumimu"
"saat tetes embun di pagi hari kini terkikis sinar mentari, menyisakan kehangatan dan udara segar. Aku masih terus mengagumimu"
"ijinkan aku mengagumi hingga senja, malam, bahkan hingga ku terlelap dalam tidurku, karena bagiku kamu yg terindah"
"selamat ulang tahun Riri, semoga senyuman akan selalu mengisi harimu"
"Pengagum Rahasia Mu . . ."
. . .
setelah membaca isi surat itu untuk pertama kalinya aku merasa hatiku penuh sesak, ada rasa yg bercampur, senang, malu, penasaran, bingung pokoknya banyak deh
"kerjaan siapa ini?" tanyaku dalam hati
"kok aku degdegan ya?" aku terpana beberapa saat aku gak tau apa yg aku rasain, detak jantungku makin cepat
"aku kenapa ini?" tanyaku pada diriku sendiri
yg terfikir di benakku cuma satu nama
"Dinda" pikirku
aku langsung ambil hp dan mengetik nama dinda di kontak
"tuuuuuuuut, tuuuuuuuut, tuuuuuuuuuut" suara panggilan di ponselku yg masih menunggu diangkat
"halo Ri" kata Dinda dari seberang telepon
"halo Din, kamu ngerjain aku ya?" itu kata pertama yg keluar dari mulutku
"maksudnya?" tanya Dinda dengan nada bingung
"kamu ngerjain aku nggak?"
"ngerjain gimana Riri?"
"tadi sore pas pulang dari kampus . . ." aku bercerita panjang lebar tentang kotak yg aku temukan dan isinya
"Dinda, kamu gak ketiduran kan?" kataku di akhir ceritaku yg panjang lebar
"emh . . . hampir!!!" kata Dinda jahil
"ishhhhhh, Dindaaaa" kataku merengek manja
"becanda kali Ri, jadi ceritanya ada yg punya pengagum rahasia nih?" Dinda masih terus menggodaku
"serius Din, ini kerjaan kamu ya?" kataku menuduh
"ehhhh . . . bukan Ri, coba deh kamu ingat-ingat siapa yg selama ini berusaha deketin kamu!"
"siapa ya Din?"
"Hendra kali!"
"masak iya sih?"
"iya mungkin Hendra kan dari dulu suka sama kamu, dia juga sering tanyain kamu sama aku dan Adam" penjelasan Dinda membuat ku punya sedikit bayangan tentang pengirim kotak yg kita sebut saja Mr X
"tapi Din, bisa gak itu si Wahyu? dia juga pernah ngirimin aku surat waktu kita kelas dua SMA" kataku menambah daftar calon Mr X
"bisa juga sih Ri, udah sekarang bobok aja dulu, besok pagi aja kita bicarakan di kampus, aku udah ngantuk nih mata udah lima watt" keluh Dinda yg ku telepon malam-malam
"ok deh, tapi besok bantuin ya?"
"iya pasti"
"janji?"
"janji bawel, udah gih bobok" bentak dinda dengan suara keras, tapi aku justru tersenyum saat mendengarnya
"iya sayang ku, daaaaah" kata terakhirku sambil menekan tombol merah di ponsel dan . . .
bersambung . . .
semoga suka sama ceritanya, tunggu update selanjutnya ya! samapi jumpa di episode 4