Sementara di luar kamar, Dewa Zhao Yang memutar otaknya bagaimana mengusir kedua Dewi yang kesemsem berat ke Dewa Channing yang sekarang memeluk Stellina.
“Zhao Yang.” Dewi Diana menegur dengan seenaknya, padahal kedudukan Dewa Zhao Yang di atasnya,”Apa bisa Aku bertemu Dewa Channing? Aku sudah mendengar kabar mengenainya yang bangkit kembali, dan sudah berada di Kerajaan Dewa 13 Alam ini.”
“Maaf Dewi Diana,” Dewa Zhao Yang bicara, “Dewa Channing masih tidur. Hal lain, kesehatan Beliau belum pulih, jadi sementara ini tidak bisa dikunjungin siapa pun kecuali Yang Mulia Kaisar Agung, Tuanku Imam Bentley, Dewa Erwin, Saya, dan Flaust.”
“Kalo Saya mau mengunjuginnya apa Dia bisa menolak saya?”
Di Kamar, Dewa Channing mendengar kasak-kasuk ini. Dia tampak kesal, sebab tidak menyukai Perempuan mengejar-kejar cintanya. Apalagi Dia tahu Dewi Diana sudah punya Tunangan, dan ditidurin tunangannya berkali.
Stellina datang membawa Handuk dan pakaian bersih untuk Dewa Channing.
“Yang Mulia.” Stellina menegur Dewa Channing yang duduk di tepi tempat tidur, “Silahkan bajuya diganti dulu.”
“Bantu Aku mengganti bajuku ya.”
Stellina melongo mendengar ini.
“Kenapa?” tanya Dewa Channing memandang Stellina, “Kamu kan bertugas merawatku, berarti termasuk menggantikan bajuku ini.” Ditunjuk bajunya yang basah kuyup. Lalu main melepas kemeja dari badannya.
Stellina menelan Salivanya, sambil memejamkan kedua matanya. Dia yang belum pernah berhubungan dengan Pria, kecuali dengan Dewa Jian Ming kakaknya, merasa malu melihat d**a bidang Dewa Channing yang sangat indah ini.
Dewa Channing mendekati Stellina, dipijat sedikit hidung Stellina, agar Stellina membuka kedua matanya. Stellina terpaksa membuka kedua matanya, menemukan wajah Dewa Channing sangat dekat di hadapan wajahnya. Matanya juga melihat d**a bidang Dewa Channing, sampai dia menelan salivanya.
“Semalam,” Dewa Channing bicara pelan sambil menatap Stellina, “Saat Kamu demam tinggi, membuatmu banjir keringat,” dibilang kejadian semalam ke Stellina, “Aku yang menggantikan pakaian di badanmu.”
Stellina langsung mendekap badannya dengan kedua tangannya.
“Aku tidak menyentuhmu, Rubah kecil.” Dewa Channing paham gerakan Stellina ini, mengira Dia menyentuh Stellina, “Jadi sekarang giliranmu menggantikan pakaianku. Luar dalam.” Dijawil sayang hidung Stellina.
Stellina pelan mengangguk, tidak berani membantah. Dia pun melepas sisa pakaian di badan Dewa Channing, bikin dia kembali menelan salivanya sebab melihat keindahan badan Dewa Channing ini, yang semua wanita sangat ingin melihatnya. Namun hanya Stellina yang diizinkan melihatnya.
Dewi Diana mendengar suara Stellina, langsung menggusur Dewa Zhao Yang dari pintu, kemudian main masuk ke dalam kamar. Dewa Zhao Yang tergesa menyusul Dewi Diana. Peri Mimina pun bergegas menyusul kedua Dewa itu.
“Yang Mulia Dewa Channing!” seru Dewi Diana segera masuk ke dalam Ruang tidur Dewa Channing, dan
JRENGG
Dewa Channing sedang memeluk Stellina, dimana bertelanjang d**a saja, dan Stellina menggenakan sehelai handuk di badan. Padahal aslinya tidak begitu. Stellina memakai Kemeja dan celana boxer, dan Dewa Channing memakai celana boxer dan kaos. Stellina cepat memasangkan pakaian ke badan Dewa Channing dengan Six Sensenya, biar tidak tergoda ingin dicumbu Dewa tampan ini.
“Astaga!” pekik Dewi Diana spontan saja.
Stellina mendengar suara Dewi Diana, segera bersembunyi dibalik punggung Dewa Channing.
Peri Mimina menutup kedua mata dengan kedua tangannya. Dewa Zhao Yang memalingkan pandangan ke arah lain.
“Dewi Diana?” Dewa Channing menyebut nama Dewi Diana, “Ada perlu apa sepagi ini? Kenapa main masuk ke Ruang tidurku ini? Mana sopan santunmu ke Aku yang Perdana Menteri?” ditegur tajam Dewi Diana.
Dewi Diana glegepan ditegur Dewa Channing,
“Maaf Yang Mulia, Hamba mendengar Anda sudah kembali ke Istana ini.” Dewi Diana menjelaskan, “Jadi Hamba mau memberi salam ke Anda.”
“Apa Zhao Yang tidak bilang kalo Aku sedang bersama dengan Kekasihku saat ini?” Dewa Channing melihat ke Dewa Zhao Yang yang menjadi kecut melihatnya mendamprat Dewi Diana,
“Zhao Yang!” dipanggilnya Dewa Zhao Yang, “Bukan kah sudah kubilang tidak boleh ada yang mengangguku saat bersama kekasihku?” ditegurnya Dewa Zhao Yang lalu melirik Stellina yang merapat di punggungnya.
Dewa Zhao Yang langsung setengah berlutut,
“Maafkan Hamba, Yang Mulia. Hamba sudah mengatakan bahwa Anda tidak bisa diganggu, karena sedang memulihkan diri. Namun Dewi Diana memaksa masuk kemari, sehingga menganggu Anda bersama Dewi Stellina.”
“Dewi Stellina?” Dewi Diana mendengar ini, “Jadi Perempuan itu, seorang Dewi?” ditunjuk Stellina yang masih merapat dipunggung Dewa Channing.
“Iya.” Sahut Dewa Channing, “Mana mungkin Aku bercinta sama Manusia?”
“Tapi dari yang kudengar, perempuan ini jelmaan Raja Iblis, karena membuka Segel Bravee. Perempuan ini juga melanggar Aturan Tuanku Imam Bentley yang melarang siapa pun masuk ke Ruang Es di Gunung Kramat.”
“Kalo semua itu benar, kenapa Aku bersamanya saat ini? Kamu pikir bisa Dewa bercinta sama Iblis? Otakmu korslet rupanya.”
Dewi Diana terdiam ditegur pedas Dewa Channing. Dia tahu Dewa Channing tidak takut menegur pedas siapa pun, termasuk Kaisar Agung.
“Zhao Yang!” seru Dewa Channing ke Dewa Zhao Yang, “Bawa Dewi Diana ke Tuanku Imam Bentley, laporkan kelancangannya menerobos masuk ke Kamar Aku.”
“Tunggu dulu!” sergah Dewi Diana cepat, “Kenapa Aku tidak boleh kemari?”
“Kenapa katamu? Kamu siapa, Dewi Diana? Kamu pikir dirimu kekasihku atau istriku? Kamu hanya Dewi Level C yang tidak tahu diri. Kamu punya tunangan, tapi masih berani mendekatiku!”
PLAKKK..
Dewi Diana berasa ditampar keras oleh Dewa Channing saat ini.
“Hal lain,” Dewa Channing melanjutkan, “Aku ini Perdana Menteri, yang mau menemuiku harus atas izinku yang kusampaika langsung ke Zhao Yang. Kamu sudah berani melanggar aturanku itu!”
PLAKK.. sekali lagi Dewi Diana berasa kena tamparan keras dari Dewa Channing.
“Zhao Yang!” jerit Dewa Channing lantang, “Bawa Dewi Level C ini ke Tuanku Imam Bentley. Bawa juga Peri Mimina ke sana. Biar Tuanku Imam Bentley memberi keduanya pelajaran sopan santun dan aturan yang berlaku di Kerajaan Dewa 13 Alam ini!”
“Aku tidak mau!” Dewi Diana dengan berani menolak, “Aku tetap di sini, selama Siluman itu di sini.” Ditunjuknya Stellina dengan tatapan cemburu buta. “Aku tidak boleh membiarkan Siluman ini menggodamu. Bisa rusak reputasimu sebagai Perdana Menteri.”
“Baik itu pilihanmu?” Dewa Channing menjadi geram, perlahan diangkat tangan kirinya ke atas, bersiap melepas Six Sense untuk membawa Dewi Diana ke Aula Hukuman dan menerima hukuman cambuk dari Dewa Flaust Ajudannya.
“Tahan Yang Mulia!” terdengar suara Imam Bentley, lalu muncul sosoknya, “Yang Mulia,” didekatin Dewa Channing yang menarik kembali tangan kirinya dari udara, “Biar Hamba yang menyelesaikan ini.” Ujarnya lalu menengadahkan telapak tangan kanannya di udara, sekejap ada Kendi di sana, lalu dibuka tutupnya, tidak lama Dewi Diana dan Peri Mimina terserap masuk ke dalam Kendi, dan langsung ditutupnya Kendi itu.
“Beres kan?” kekehnya, “Sudah Anda tenang saja dirawat Dewi Stellina.” Dilirik Stellina yang masih bersembunyi dengan merapat di punggung Dewa Channing, lalu bicara ke Dewa Zhao Yang, “Zhao Yang, atur beberapa Ajudan, tempatkan di depan kamar Dewa Channing dan kamar Dewi Stellina. Lalu tambah Pengawal di Gerbang masuk Istana Timur ini. Tegaskan ke mereka, siapa pun dilarang masuk ke Istana Timur tanpa izinku atau Kaisar Agung. Paham, Zhao Yang?”
“Paham Tuanku Imam Bentley.”
Lalu kedua pria ini pergi.
Dewa Channing pelan menarik Stellina keluar dari punggungnya, dibawa mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur. Kedua tangan Dewa Channing menggenggam lembut kedua tangan Stellina. Stellina mengamatin Dewa Channing.
“Maaf ya Kamu jadi melihatku marah.” Dewa Channing tahu Stellina ketakutan melihatnya marah.
Stellina tersenyum tipis, “Yang Mulia jangan marah lagi ya. Kalo marah bisa membuat kesehatan Anda menjadi tidak baik. Yang Mulia masih terluka dalam.”
Dewa Channing mendengar ini, menjadi terharu, ingin rasanya dia peluk Stellina. Tapi Stellina saat ini sudah sadar diri sepenuhnya, kalo Dia peluk, Stellina bisa tidak nyaman bersamanya.
“Yang Mulia.”
“Baik Dewi Perawat, Hamba patuhin nasehatmu.”
“Terima kasih, Yang Mulia.”
“Iya, Dewi Perawat.” Dewa Channing tersenyum, “Ah ya selama merawatku, kamu tidak boleh kemana pun tanpa izinku. Kalo pun mau plesiran, minta Flaust dan Irva menemanimu. Mereka berdua bisa diandalkan menjadi teman baikmu di sini.”
Stellina menganggukan Kepala. Entah kenapa Dia bisa patuh sama Dewa Channing.
“Lalu,” Dewa Channing melanjutkan, “Tugasmu hanya merawatku, tidak mengerjakan yang lain, seperti beberes Istana ini. Nanti Kubawa Kamu ke Imam Bentley untuk mendapat Jadwal minum obatku. Soal makanan untukku, kamu tinggal minta ke Irva, tidak kamu yang memasak.”
Stellina menyimak semua ini dengan serius.
“Kemudian, saat Aku istirahat, Kamu bisa melakukan kegiatan yang kamu suka, seperti Menyulam.”
“Menyulam?”
“Iya. Kata Ibumu, Kamu bisa menyulam.”
“Ibu melarangku Menyulam, takut Aku tertusuk Jarum. Kalo tertusuk Ja,” Dia tidak melanjutkan sebab Penciuman Rubahnya yang tajam mencium bau badan Dewa Zhao Yang yang Jelmaan Cheetah. Matanya pun melirik ke Jendela, tempat Dewa Zhao Yang bersembunyi menguping.
Dewa Channing juga tahu Dewa Zhao Yang menguping, berdehem keras.
“Ehemm!” dehemnya, “Zhao Yang! Sejak kapan Kamu menjadi Tukang Nguping? Mau ya Saya kembalikan Kamu ke wujud Aslimu, dan tidak bisa lagi berubah menjadi Dewa Level B?”
Dewa Zhao Yang merutukin dirinya. Dia sebenernya tidak bermaksud menguping. Mau bertemu Dewa Channing untuk bilang sudah membawa Jadwal dan obat-obatan untuk Dewa Channing dari Imam Bentley. Dia segan mengetuk Pintu, jadi melihat dulu dari Jendela, Dewa Channing sedang apa sama Stellina.
“Maaf Yang Mulia.” Terdengar suara Dewa Zhao Yang, “Hamba tidak bermaksud menguping. Hamba segan mengetuk Pintu, bermaksud melihat dulu Yang Mulia dan Dewi Stellina sedang apa. Hamba mengantar Jadwal dan Obat-obatan Anda dari Tuanku Imam Bentley.” Lalu tangannya memamerkan barang titipan Imam Bentley, tapi dia masih bersembunyi dibawah Jendela.
Dewa Channing menjentikan sekali jari tangan kanannya ke udara, dan sekejap barang-barang itu ada dipangkuan Stellina.
“Ya sudah, kembali ke pekerjaanmu.”
“Yang Mulia belum memberi Saya Tugas. Yang Mulia baru kembali ke Istana ini.”
“Selama Saya tidak ada, Kamu diberi tugas apa sama Kaisar Agung?”
“Membantu Tuanku Artos mengerjakan tugas-tugas Anda sebagai Perdana Menteri.”
“Kalo begitu, bawa kemari semua Laporan yang pekerjaan yang sudah Dewa Artos kerjakan itu.”
“Tapi Yang Mulia kan masih dalam pemulihan. Masa sudah kerja?”
“Bawel Kamu, kerjakan saja. Hal lain, ada Stellina bersamaku, jadi tidak masalah Aku kerja.”
“Baik Yang Mulia.”
“Panggil juga Flaust menemuiku nanti bersamamu.”
“Baik Yang Mulia.” Dewa Zhao Yang segera pergi. ‘Jadi, kalo ada Dewi Stellina,’ bisik hatinya, ‘Yang Mulia tidak akan letih, tetep bisa Kerja, sambil memulihkan diri?’
+++
Stellina mengancingkan setiap Kancing di bagian depan Seragam Dewa Channing. Mereka berdua sudah mandi, tapi tentu di kamar mandi masing-masing. Stellina pun sudah mengenakan Seragam khusus dari Dewa Channing di Istana ini. Stelan Blouse lengan reglan dengan rok A-Line ke bawah. Rambut panjang Stellina di ekor kuda, lalu digulung menjadi Cepol, diberi hiasan Korsase Bunga.
Dewa Channing mengamatin Stellina, merasa bahagia diurus Stellina. Dia merasa sedang diurus istri.
Stellina sudah selesai mengancingin semua Kancing bagian depan Seragam di Badan Dewa Channing, lalu merapihkan Seragam itu sejenak, baru diambil sebotol Parfum, dienduskan ke hadapan Dewa Channing,
“Yang Mulia, ini kah Parfum yang mau Anda pakai saat ini?”
Dewa Channing bukannya mengendus permukaan Alat Penyemprot Parfum, mendekatkan wajahnya ke sisi leher Stellina, diendus wangi badan Stellina.
“Hmmm!” Dia merasa harum di badan Stellina seperti wangi beberapa jenis Bunga langka yang hanya tumbuh di Taman Istana Kerajaan Dewa 13 Alam. ‘Kenapa harum badanmu mengingatkanku dengan harum badan Dewi Faratta?’ bisik hatinya, ‘Apa Kamu putrinya? Sebab setahuku Dewi Estella tidak pernah menikah demi menjaga cintanya untuk Cheng Ti.’
“Yang Mulia.”
“Parfum Kamu harum sekali?”
“Hamba tidak pakai Parfum, Yang Mulia. Ini bau badanku sedari lahir.”
“I see.” Dewa Channing paham, ‘Sepertinya Kamu putrinya Dewi Faratta. Dewi Faratta salah satu Dewi yang diberi berkah memiliki bau badan dengan wangi beberapa jenis Bunga langka. Dulu Aku sempat menyukai Dewi Faratta, namun Dewi Faratta mencintai Cheng Ti. Aku pun mundur, tidak sempat sama sekali mengatakan menyukainya. Apa Alam Semesta kini memberiku pengganti Dewi Faratta yaitu Kamu Stellina?’
“Yang Mulia, bagaimana dengan Parfummu ini?”
“Apa saat ini bau badanku perlu ditambah Parfum?”
Stellina spontan saja mengenduskan hidungnya ke badan Dewa Channing. Bikin Dewa Channing tersenyum geli, pengen sekali mendekap Stellina, dan dihadiahin ciuman mesra.
“Menurutku.” Stellina bicara, “Tidak perlu Yang Mulia. Badan Anda wangi. Apalagi sudah memakai Deodorant.”
Dewa Channing tersenyum lagi. Entah kenapa Dia yang pendiam, saat bersama Stellina bisa nyaman berkicau.
“Baiklah Dewi Perawat.” Dewa Channing bicara, “Hamba tidak perlu disemprotkan Parfum.” Diambil botol Parfum dari tangan Stellina.
Lalu terdengar suara Dewa Zhao Yang memanggil Dewa Channing dari Jendela kamar ini. Suaranya pelan.
“Yang Mulia! Yang Mulia, ini hamba, Zhao Yang.”
Dewa Channing mendecak kesal mendengar suara Dewa Zhao Yang. ‘Lagi-lagi Zhao Yang,’ gerutunya merasa Dewa Zhao Yang menganggu pendekatannya ke Stellina.
“Ada apa Zhao Yang?”
“Maaf sudah waktunya Anda menghadap Yang Mulia Kaisar Agung dan Tuanku Imam Bentley.”
“Iya Zhao Yang bawel.”
Dewa Zhao Yang menepuk Jidatnya, ‘Sekarang Dewa Channing menyebutku BAWEL. Apa Aku mengganggu saatnya mesraan sama Dewi Stellina?’
+ TO BE CONTINUE +