gadis itu, suaranya selalu terngiang di kepalaku.
"astaghfirullohhal'adim" lagi2 aku mengelus dadaku, ku lafalkan istigfar untuk memohon ampun pada rabku, karna sudah lancang memikirkan ahwat yg bukan muhrimku.
*aku harus segera menemui ayah & ibunya untuk meminangnya* batinku mantap.
ku buka lagi daftar biografi dari gadis yang sudah begitu lancang mengacak2 fikiranku sejak di majelis kemarin, beruntung punya sodara, sahabat, sekaligus patner yang begitu bisa di andalkan.
****
sore itu aku & asistenku, sekaligus pemain kibord yang selalu setia menemani kemanapun aku mengisi pengajian dia pasti dengan setianya menemaniku. ya dia adalah mas aji suami dari kakaku mba nur, tadinya kami bersahabat saat bertemu dibpesantren saat kuliah dulu, dunia memang sepertinya sesempit itu.
aku menikmati pemandangan jalanan yg cukup tenang sore itu, seakan semesta sedang memberiku waktu untuk berfikir, apakah langkah yg ku ambil ini sudah benar?
melamar gadis yang sama sekali tidak ku kenal & dia juga sama sekali tidak mengerti diriku. aku dengan segala egoku membuat gadis itu mengiyakan segala yg ku kehendaki lewat penawaran yg sedikit memaksa yg di lakukan oleh kakakku mba nur.
"gus," panggilan dari kaka iparku yg sudah lebih dari sodara itu menyadarkanku dari segala fikiran yg tengah berkecamuk di kepalaku.
"kenapa mas, kenapa mas panggil aku gus?" aku menyipitkan netraku karna aku tak suka lelaki di sampingku itu bersikap formal jika sedang tidak ada orang.
"ya sampean di tanyain diem aja, orang mau nglamar anak orang ko, kaya mau mendatangi panggilan sidang skripsi aja, mukanya bawaannya tegang"
kuhela nafasku panjang untuk mengurangi perasaan yang entahlah, yang sejak tadi memenuhi isi kepalaku.
" menurut mas bagaimana?"
"bagai mana apanya to?"
" tentang gadis yang akan kita lamar?"
" enak saja kita, ya kmu toh, ko pake kita2aan, itu gimana ceritanya?" masku menjawab pertanyaanku sambil ber-sungut kesal.
aku yg tidak sadar dengan pertanyaakupun ikut terkekeh di buatnya.
"ohooooo, tenang dong mas, ya salah sedikit kan wajar nmanya juga manusia, jadi gimana?" aku menaikan sebelah alisku & kembali bertanya padanya.
terlihat laki2 yg sudah dari kemarin tidak habis fikir dengan yg aku lakukan, menghela nafasnya berat.
" mas tidak tahu, kita jalan saja dulu. nanti juga kita akan tau hasilny" jawabnya.
****
setelah perjalanan panjang yg cukup memakan waktu kita sampai di tempat tujuan tepat saat adzan magrib berkumandang. kamipun turun untuk melaksanakan solat maghrib dulu sebelum beranjak ke tempat yg akan kami tuju. ada sedikit debaran aneh yg baru aku rasakan sekarang, jantungku berdetak lebih cepat, rsanya oksigen yg ku hiruppun semakin susah memasuki rongga pernafasanku. padahal kami sedang ada di tempat terbuka yg cukup luas, entah kenapa baru sekarang aku merasa gugup.
"bay" panggilan kaka iparku membuatku menoleh saat kita baru saja keluar dari solat berjamaah di masjid.
"iya mas" aku menoleh pada kakaku.
" kamu sudah mantap & yakin?"
" insyaalloh mas" jawabku mantap meski hatiku sedang tidak tau apakah aku yakin atau tidak.
" baiklah, yuk kita jalan. kalo kata bapak tadi yg solatnya bersebelahan dengan mas rumahnya tidak jauh dari sini, rumah berwarna hijau dengan pohon jambu di depannya"
aku mengekori masku itu, yg ternyata sudah bertanya pada warga yg tadi solat berjamaah dengan kita tadi.
*****
setelah memasuki gang & bertanya kembali pada salah satu warga yang lewat, akhirnya dua pemuda beserta sopir mereka sampai di pelataran yg cukup asri. terlihat bangunan yg sederhana tapi cukup luas.
"asalamu'alaikum" ucap mas aji sembari mengetuk pintu, aku & pak leman supir kami menunggu di belakang mas aji.
"asalamu'alaikum" sekali lagi mas aji kembali mengucap salam & mengetuk pintu karna blm ada jawaban dari dalam. jantungku kembali berpacu lebih cepat dari biasanya, rasanya sulit sekali di jelaskan. seperti rasa baru yang begitu asing yang dengan senang hati datang & berganti begitu saja.
"wa'alaikumsallam" jawab seorang perempuan yg hanya sayup terdengar dari luar, tak lama kemudia perempuan yang belum terlalu tua namun juga tidak lagi muda muncul dari balik pintu. dahinya mengernyit memindai kami bertiga dari ujung kaki hingga ujung rambut, begitu bergantian. dari raut wajahnya jelas tersirat tanda tanya besar.
" siapa ya?" tanyanya pada kami.
" saya aji bu, ini adik ipar saya baihaqi & sopir kami pak leman.
" asalamu'alaikum bu" sahutku kemudian, yg di ikuti anggukan dari pak leman di sebelahku.
"apa benar ini rumah mba gendis" tanyaku kemudian.
"wa'alaikumsallam, oohh iya benar. mari silahkan masuk" kemudian wanita itu mempersilahkan kami semua untuk masuk, kami duduk di ruang tamu, di sambut begitu apik oleh wanita yang membukakan pintu itu.