pagi begitu cerah, mentari se-akan ikut memancarkan kebahagiaannya, hebusan udara terasa begitu menenangkan penuh kelegaan, seperti perasaanku saat ini.
ya setelah kemarin sore aku menemui orang tua calon istriku,ah rasanya bahagia sekali menyebutnya dengan sebutan calon istri,
tanpa terasa senyum kembali tersungging dari bibirku tanpa permisi.
setelah beberapa hari lalu aku di landa kegelisahan yg luar biasa, yang baru pertama kali aku rasakan sepanjang hidupku, terlebih ini tentang se-orang perempuan, ya perempeuan yang kujumpai tanpa sengaja, yg ku gali & ku korek infonya tanpa permisi.
aku memutuskan menceritakan kegelisahanku kepada abi & umi.
flash back on
***
sore itu aku menghampiri abah & umi yang sedang berbincang ria menikmati suasana sore di ruang keluarga. ku dudukan tubuhku di samping wanita yg melahirkanku, cinta pertama dalam hidupku, ku genggam jemari lentik yang tak lagi muda.
beliau menoleh dan menatap wajahku dengan begitu intens "ada apa lee? ada yang sedang kamu fikirkan?"
seperti punya telepati pada putranya ini, beliau memang selalu mengerti kebiasaanku saat aku sedang gelisah.
ku hela nafasku kemudian ku hembuskan perlahan, untuk menetralisir rasa gelisah yang semakin menjadi.
"umi, abi, Haqi mau bicara kalih panjenengan"
abi memperbaiki posisi duduknya lalu menatapku dengan serius.
"katakan le, kami tentu dengan senang hati akan mendngarkannya. apapun itu"
umi mengelus punggung tanganku lembut.
"katakan nak"
"Haqi merasa gelisah karna se-orang perempuan"
"mashaalloh le, putra umi sedang jatuh cintakah?"
kuhela nafasku lagi, mengambil oksigen se-banyak2nya untuk kembali melanjutkan ceritaku.
"Haqi tidak tau umi, yang jelas berapa hari terahir suaranya selalu terngiang memenuhi ingatan haqi, membuat haqi gelisah dan tidak bisa konsentrasi"
"haqi kenal dengn dia,? atau umi sma abi juga kenal" kini suara abah yg bertanya.
aku menggeleng"haqi baru bertemu tanpa sengaja kemarin di pengajian akbar, dia salah satu fokalis di grup hadroh ternama. haqi sudah meminta mba nur untuk mencari tau tentang dia, dia masih lajang" terangku.
" istihoroh le, minta petunjuk sma alloh" saran abi.
"iya nak, barangkali dia adalah jodohmu. jika sudah takdir siapa saja tidak akan pernah bisa lari lagi".umipun sependapat.
" njih umi abi, haqi pamit mau naik dulu ke kamar ada yg harus di kerjakan"
akupun berlalu meninggalkan beliau berdua.
setelah selesai mengerjakan pekerjaanku yg ku bawa ke rumah abi dan umi, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, membaca doa dan kemudian terlelap, hingga tak terasa alarm di handfoneku membangunkanku dari tidurku, gegas ku raih benda pipih di atas nakas lalu melihat jam, pukul 1:00 dini hari, aku segera gegas bangun dari tidurku melaksanakan perintah abi dan umi. setelah solat berahir aku sambung dengan membaca alqur'an, tapi entah kenapa netra ini begitu berat dan tanpa sadar aku sudah kembali terlelap.
ketika ku terbangun aku sudah berada di depan rumah, bangunannya begitu asing, ketika aku sedang sibuk mengamati setiap sudut bangunan rumah itu, tiba2 pintu rimah terbuk, menampilkan wajah ayu, yang selama ini berhasip membuatku gelisah.
"GENDIS" ketika baru kusebut nama gadis itu alarm ponsel kembali berbunyi, membuatku kaget dan langsung terban rupanya hanya mimpi" aku mengusap dadaku yang sedang bergemuruh hebat, mimpi itu seperti nyata.
"inikah petunjuk darimu rab" ujarku dalam hati.
flash back off.
***
di tempat lain Gendis tengah menatap selembar kertas, lengkap dengan foto & biodatanya, bahkan lengkap dengan hasil isthoronya.
" mah, ini apa?" tanya gendis tak mengerti dengan maksud mamah dan papahnya.
"biodata calon suamimu, nanti dia bakal datang menghitbahmu" tutur wanita itu santai.
"what??? calon suami??" gendis seketika memicingkan matanya tak percaya.
"hish yang sopan sma orang tua" mamhnya menjentik jidat anaknya yg sudah berlaku sembarangan itu.
" mah, plis dong udah berapa kali gendis bilang sama mamah si, gendis mau puas2in dlu mas muda gendis" keluhnya gusar.
" ndo kamu sudah 25 tahun, sudah berapa kali kamu menolak lelaki yg ingi menikahimu, kali ini tidak ada penolakan, ayo siap2 nanti habis dzuhur rombongan dari keluarga nak baihaqi akan datang"
kemudian bu aisyah beranjak meninggalkan putrinya, yg masih shok itu. dia tidak mau ber-lama2 berada di kamr putrinya, atau putri sulungnya itu akan memberikan sejuta alasan.
"haaaaaaaaaah" terdengar helaan nafas begitu penuh beban, gendis kemudian bergegas mengganti pakaian yg mamahnya berikan, ia sudah pasrah karna kali ini mamahnya seperti tak memberi dirinya celah bahkan untuk sekedar sedikit bertanya.
baru saja dia selesai mengganti baju dan memoleskan sedikit make up di wajahnya pintu kamar terbuka. kali ini adik bungsunya yg menghampirinya ke kamar.
"mbak gendis sudah selesai?"
"haaaaaaah" lagi2 gendis menghela nafas dalam sebelum dia menjawab pertanyaan adiknya.
"mba gebdis oke"
"mba oke dek, mba juga sudah siap"
" udah saatnya mbak turun"
"emang rombongan lamaran udah datang?"
"udah ka, tinggal nunggu kaka aja"
kemudian gendis keluar kamar & mnuruni tangga dengan di gandeng dengan adik bungsunya sifa.