3 ~ Bukan Café Manusia

2137 Kata
Pagi ini aku berangkat ke kampus, setelah berkonsultasi dengan dosen pembinaku dan juga dengan Edward. Yang menjadi tempat penelitianku adalah desa Ramberg, salah satu desa yang berada di pulau Lofoten. Salah satu pulau terpencil yang ada di negeri kepingan surga, Norwegia. Katanya, di pulau itu masih menyimpan banyak tempat-tempat yang menyimpan sejarah. Aku cukup senang dengan hal itu, namun entah kenapa aku merasa ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Cukup panjang, hingga aku bingung apakah harus pergi atau tidak. “Kirey?” Aku menatap sosok gadis dengan kacamata tebal datang menghampiriku, aku masih menatapnya. Gadis ini terasa cukup familiar, aku menatapnya. “Ada apa?” “Aku Vira, kamu tidak ingat?” “Vira?” ulangku, gadis itu mengangguk. Entah ingatanku yang hanya kebanyakan Short term memory atau ingatan jangka pendek. Atau memang aku yang tidak kenal dengan gadis ini, tapi aku benar-benar tidak ingat sama-sekali siapa gadis ini. Begitu aku hendak bertanya lagi, tiba-tiba aku ingat. “Eh Vira? Kenapa?” ujarku. Akhirnya aku ingat, gadis ini adalah sahabatku sendiri sejak mulai dari semester pertama kuliah di sini. Namun karena sibuk beberapa bulan ini, kami sepertinya lost kontak sehingga aku bisa melupakannya. Selain itu, beberapa bulan ini juga aku sering mengikuti lomba meskipun sudah tingkah akhir. “Akhirnya penyakitmu tidak kambuh lagi Na hahaha, aku sudah menduga kau lupa denganku. Padahal kita hanya tidak berjumpa 3 bulan saja!” Aku menggaruk kepalaku yang sedikit gatal, Vira tau akan penyakitku satu itu. Penyakit sering lupa nama orang. Bahkan, aku sering salah mengingat nama Vira selama duduk di tahun pertama. Namun gadis ini tidak pernah marah ketika aku salah memanggil namanya. “Kau masih ingat juga ternyata!” “Bagaimana bisa aku lupa dengan semua kebiasaanmu Na? Astaga, kau ini ada-ada saja!” “Eh ada apa?” tanyaku  lagi pada Vira. “Apa kamu sudah ketemu tempat penelitianmu?” Aku mengangguk, “Aku di Ramberg!” seruku, namun bukan hanya aku saja. Tapi juga dengan Vira. Aku menatap Vira dengan kening yang berkerut, gadis itu juga sama. “Tunggu dulu, jangan bilang kita sama!” seruku sembari menatapnya dengan tatapan senang, terkejut dan juga bingung. Setahuku, hanya aku saja yang bersedia pergi ke sana. Itupun karena Edward mau menemaniku. Jika Edward menolak permintaanku sebelumnya, kemungkinan aku akan mencari lokasi lain yang lebih aman. “Iya, aku juga akan penelitian di sana!” “Akhirnya, aku punya teman selain Edward juga” seruku girang dan langsung memeluk Vira. Gadis itu juga membalas pelukanku dan tersenyum senang. “Kirey!” Mendengar ada suara asing yang memanggilku, aku melepaskan pelukan hangat kami tadi. Aku berbalik badan dan menatap siapa yang mendekat ke arahku. Dia Harry, aku menatapnya dengan tajam. Masih kesal karena semalam, sebelum lelaki itu meninggalkan rumah. Dia masih sempat-sempatnya untuk memukul kepalaku. Aku paling tidak suka ada yang memukul kepalaku, entah kenapa dan sejak kapan. Tapi aku sensitif jika sudah bersangkutan dengan bagian kepala. “Ada apa?” ujarku begitu Harry duduk di depanku dan juga Vira. Aku menatap Vira yang memperhatikan Harry sejak tadi, seolah terkagum dengan Harry. Aku menyikut lengan Vira, gadis itu hanya memasang cengirannya padaku. “Aku dengar kau akan penelitian di Ramberg, apa itu benar?” Aku mengangguk, lalu menatap Harry yang menghela nafasnya. “Ada apa? Kau tidak perlu ikut denganku Harry, urus saja kuliah doktermu itu. Agar kau lekas tamat dan bisa berguna bagi manusia!” “Ck, kau ini selalu saja sama! Aku hanya mengkhawatirkanmu dan juga Edward, kau tau kan desa itu sedikit berbahaya dan masih terkenal banyak hal mistis di sana. Ini, bacalah sebentar!” Aku menerima tablet Harry, “Ini adalah kasus 5 tahun sebelummu Kirey. Mahasiswa Arkeolog yang melakukan penelitian di desa itu dikabarkan tidak kembali dan tidak pernah ditemukan. Pihak kampus sudah mencarinya selama bertahun-tahun, namun karena tidak membuahkan hasil. Mereka akhirnya membuat berita bahwa dia menghilang begitu saja. Aku juga mendengar dari beberapa temanku yang dekat dengan daerah itu, mereka bilang daerah itu memang cukup banyak menyimpan rahasia yang tidak pernah berhasil dipecahkan!” “Bagus, itu malah akan semakin menarik Harry. Bukankah begitu Ra?” seruku menatap Vira. Vira terlihat pucat sembari menatap tablet Harry, aku menatap Vira dengan kening berkerut. Kenapa wajah Vira terlihat tidak menunjukkan aura semangat seperti ini? Aku menyikut lengan Vira lagi, gadis itu lekas menatapku dengan wajah pucatnya. “Aku tidak berpikir ini baik Na, aku jadi terpikir hal lain setelah membaca berita ini!” ujarnya sembari memberikan tablet itu pada Harry “Tunggu dulu, apa kau juga penelitian di tempat itu?” “Ah iya, aku Vira, temannya Kirey!” “Aku Harry, sepupu Kirey. Aku sepertinya juga pernah melihatmu dengan Kirey, tapi apa itu sekitar beberapa bulan lalu? Aku tidak ingat jelasnya!” “Ah benar, itu sekitar 3 bulan lalu. Sebelum semuanya sibuk dengan kesibukan masing-masing, terlebih aku dan Kireyna juga tidak memiliki jadwal kuliah yang sama. Aku keseringan masuk malam!” Harry mengangguk lalu menatapku, “Aku sudah memperingatimu Na , jika kau mau. Aku bisa membatalkan tempat penelitianmu!” Aku menggeleng, “Aku akan tetap ke sana Harry, ayolah, ini akan jadi pengalaman yang istimewa bukan? Lagi pula di sana tidak akan ada monster besar, atau gorila besar yang tiba-tiba menyukaiku kan? Tempat itu normal saja, hanya saja mereka yang menyebar rumor tidak benar itu!” ujarku, entah kenapa aku bisa menyingkirkan kekhawatiranku juga. “Dasar pembohong, padahal jelas sekali kau terlihat ketakutan juga untuk pergi ke sana. Ayolah Kirey, aku bisa membantumu untuk membatalkan ini. Kau bisa mengambil tempat penelitian di sekitar sini saja, lagi pula ini hanya penelitian! Kau juga bisa membayar perut mereka agar tidak usah ikut penelitian Na. Itu jauh lebih baik untuk orang pemalas sepertimu!” “Jika tidak ada hal lain yang ingin kau katakan, aku pergi dulu, aku akan pergi besok. Jadi aku akan menyiapkan beberapa pakaian yang harus aku bawa!” “Kirey!” tahan Harry sembari menahan lenganku, “Maaf jika menyinggung perasaanmu. Tapi tempat ini benar-benar tidak baik untukmu, aku takut kau juga akan menghilang seperti kejadian 5 tahun silam. Apa kau pikir hal ini akan semudah yang kau pikirkan?” Aku menatap Vira yang menatap Harry dengan penuh rasa kekaguman, cih, kenapa Vira jadi seperti ini? Jangan bilang dia sepertinya tertarik dengan Harry, aku lalu menatap Harry. “Apa kau jadi ikut denganku besok Ra? Jika tidak, aku akan berangkat lebih dulu, kau punya waktu untuk memutuskan untuk ikut atau tidak bukan?” “Ah, aku rasa apa yang Harry bilang ada benarnya Na. Aku akan pergi ke dewan kampus saat ini, aku ingin menukar tempat penelitianku saja. Aku terlalu takut untuk menghilang juga, kau pasti tau ayah dan ibuku juga pasti tidak akan setuju jika mengetahui hal ini!” Aku melongo, menatap punggung Vira yang sudah menjauh dan segera menuju ruangan dekan. Aku memejamkan mataku sebentar, lalu menatap Harry yang masih menahanku. Aku melepaskan tangan Harry, “aku akan tetap pergi Harry, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu!” “Kau lebih bodoh jika pergi Na!” “Sesukamu saja Harry!” teriakku dari kejauhan *** Aku melangkah memasuki café di salah satu pelosok gang, lokasinya cukup tersembunyi namun dekat dengan kampusku. Begitu aku melangkah masuk, aku sadar ada beberapa tatapan mata yang tertuju padaku. Aku masih tetap berpikiran itu normal, karena itu hak pengunjung juga kan? Aku duduk di salah satu sudut meja, lalu tidak lama salah-satu pelayan mendekatiku sembari memberikan buku menu. “Apa kau manusia?” Bruk—aku lekas mengambil buku menu yang terjatuh, aku terlalu terkejut mendapati pertanyaan sosok pelayan satu ini. Aku menatapnya, lalu menatap beberapa tatapan mata yang juga tertuju padaku. “Apa Anda adalah Vampire?” ujarku bertanya balik “Ahhh, maaf, jadi apa yang ingin Anda pesan?” seru pelayan itu segera mengambil buku catatannya Aku menggelengkan kepala, menatap buku menu itu. Lalu pilihanku tertuju pada jus alpukat, pilihan yang tepat di sore hari ini. Usai memesan, aku mengembalikan buku menu, lalu mulai meletakkan laptopku di atas meja. Anehnya, aku merasa bahwa mereka—pengunjung café—masih tetap memperhatikanku. Aku mengerutkan kening aneh, kenapa aku merasa ada hawa-hawa aneh di sekitarku? Aku lekas menatap dan baru saja tersadar bahwa ada sosok lain yang duduk di sebelah bangkuku. Tatapanku terpaku pada rahang tegas sosok itu, rasanya aku pernah bertemu dengannya. Namun di mana? Aku segera mengembalikan pandanganku saat lelaki itu menatapku dari sudut matanya. Meski tidak bergerak sama sekali, tapi aku sadar sepertinya dia tau bahwa aku sedang mencuri pandang ke arahnya. Beberapa menit kemudian, pelayan tadi membawakan pesananku dan segera kembali. Aku menggunakan kesempatan itu untuk melirik lelaki tadi. Kulitnya begitu putih dan sangat kontrak dengan baju hitam yang dikenakan. Aku kembali fokus pada tujuan utamaku datang kesini, mengerjakan tulisanku. Sejak dulu, aku sudah suka menulis berbagai cerita menarik. Dan karena tadi aku sama-sekali tidak menemukan ide untuk menulis beberapa kata. Aku pun memutuskan untuk pergi ke café. Aku hanya iseng saja pergi ke sini, sekaligus baru pertama kali melihat café ini. Sebelumnya, aku memang tidak pernah mendatangi café ini. Aku mulai menulis beberapa kata, namun aku merasakan tempat duduk di depanku bergeser. Aku menatap lelaki tadi yang beranjak dari tempatnya. Aku menatapnya, kenapa tiba-tiba sekali lelaki ini berpindah tempat? Aku mengabaikan hal itu, terlebih saat lelaki ini duduk di hadapanku. Tatapan beberapa orang lain yang sejak tadi terus menatapku juga sudah tidak lagi tertuju padaku. Ruangan ini benar-benar hening, tidak ada suara music apa pun. Bahkan pelayan yang sedang mengantarkan beberapa makanan aneh mengerjakannya tanpa membuat keributan. “Apa kau Kireyna?”   Aku kembali menatap sosok di depanku, lalu mengangguk. “Apa kau mengenalku? Aku bermasalah dalam mengingat wajah orang!” ujarku, setidaknya aku harus lekas memberitahunya, untuk menghindari salah paham jika memang dia mengenalku. “Tidak!” Aku mengerutkan keningnya, “Tidak?” ulangku dan lelaki itu mengangguk “Aku hanya membaca bukumu itu saja, cepat masukkan semua barang-barangmu itu. Cepat!” serunya dengan menuliskan di bukuku juga. “Kenapa?” seruku pelan Lelaki itu hanya menatapku dengan tajam, dan entah kenapa aku menurutinya. Aku memasukkan semua barang-barangku ke dalam tas. Lalu dengan segera dia menarik tanganku keluar, aku bahkan tidak tau apa yang terjadi. Karena lelaki itu sudah memasukkanku ke dalam mobilnya dan lekas pergi dari sana. Aku menatap ke belakang, aku membulatkan mataku begitu melihat bahwa ada beberapa orang berlari di belakang kami. Aku menggelengkan kepala, lalu menutup mataku. Lalu membuka mataku kembali, “ARGHHHH!” teriakku begitu sadar bahwa orang yang tadi mengejar kami sudah berada tepat di sampingku. Bruk—kaca mobil di sampingku retak. Aku menatap sosok pemuda di sampingku yang tetap memencet pedal gas mobilnya dengan semakin cepat. Aku merasakan bahwa darahku terasa berhenti mengalir, ini benar-benar tidak mimpi. “Pegangan!” serunya lalu dengan tiba-tiba memutar balik mobilnya. Aku merasakan dunia berputar 360°, lalu tidak hanya sampai di sana. Lelaki itu juga langsung memencet pedal gas mobil lagi dan Bruk—lelaki itu menabrak orang-orang tadi. DarᾸh segar langsung mengotori kaca depan, tidak hanya di sana, aku menatap sosok di sampingku yang hendak keluar. Aku menahan tangannya dan menggelengkan kepala. “Jangan keluar sampai aku kembali, paham?” Aku mengangguk, lalu menatapnya yang keluar. Lelaki itu dengan cepat memisahkan tubuh manusia itu dari badannya. Aku terdiam kaku di tempatku, tidak bisa berkata apa-apa sambil menahan agar aku tidak menangis. “Aaaa!” teriakku begitu sosok itu terlempar ke kaca mobil dengan badan yang terpisah. Aku merasakan kepalaku yang begitu pusing, lalu tidak lama aku benar-benar mengeluarkan semua isi perutku di dalam mobil sosok ini karena takut bahkan hanya untuk keluar. Lalu tidak lama, aku tidak lagi tau apa yang terjadi. Karena kepalaku benar-benar pusing dan perutku tetap mual melihat bagaimana lelaki itu memisahkan manusia itu, yang aku yakin bukanlah manusia dari tubuhnya. “Kirey?” Harry yang baru saja datang segera menatap ke dalam mobil, “Apa yang terjadi dengan Kirey?” “Dia salah masuk café, aku juga tidak tau kenapa dia bisa melihat café itu! Beruntung aku melihat namanya dari buku di tasnya, dan segera menariknya keluar sebelum mereka semakin banyak!” Harry hanya diam saja sembari menatap Kirey yang sudah tidak sadarkan diri. Lelaki itu memindahkan gadis itu ke dalam mobilnya, lalu menatap sosok tadi. “Apa Trovald sudah ada tanda-tanda kembali?” Sosok itu menggeleng, “tidak sama sekali, aku sudah hampir menyerah dengannya. Tapi mari bicarakan hal ini nanti, aku akan menyusul di belakang kalian!” “Baik!” seru Harry lalu segera memasuki mobilnya dan segera menuju rumah Edward yang sudah cemas sejak tadi. Harry sesekali menatap ke belakang, mobil Logan masih tetap mengikuti mereka dari belakang. Lalu Harry menatap Kirey, jika Kirey bahkan sudah bisa melihat café untuk makhluk astral itu. Itu artinya bahwa keadaan Kirey semakin tidak baik. Terlebih, dia dan juga Edward masih belum menemukan petunjuk jenis dari Kirey. Mereka hanya menyimpulkan untuk sementara, bahwa Kirey itu sama dengan Edward. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN