ADIK DAN CALON KEPONAKAN

1701 Kata
   Cklek Mendengar suara pintu di buka, Shania langsung menarik diri. Ia melirik ke pintu, melihat Mama nya masuk sambil menggandeng Devin. "Kamu ini, pamit beli es krim kok bisa nyasar ke toko mainan sih " gerutu Veranda, memasuki ruangan nya. "Bagus Ma " jawab Devin, anak itu juga memegang satu kotak lego. "Baru lagi, Vin ?" Tanya Shania, merapikan Jas yang di kenakan Khalif. Ia menahan tawa melihat muka Khalif sudah semerah tomat. Cowok itu salah tingkah, hampir saja mereka ketahuan. Shania mengusap bibir Khalif, membuat cowok itu kaget. Dan mendelik kesal saat melihat Shania menahan tawa. "Ma, ini kayak nya jas nya sedikit kebesaran deh " ujar Shania, menunduk mengamati jas abu - abu metalik yang sedang di kenakan Khalif. "Mama juga sempat duga sih, nanti Mama kecilin deh. Kamu tolong ukur ulang ya " ujar Veranda. Shania mengangguk. Ia melirik Khalif dengan kedipan mata genit nya, yang membuat Khalif langsung membuang muka ke arah cermin. "Kamu diam aja, Lif. Kenapa ?" Tanya Ve, heran karena Khalif terus berdiri tidak bergerak. "Hah ? E..enggak Papa tante " jawab Khalif, gugup sendiri. Shania yang sedang mengambil meteran pengukur jahit di lemari Mamanya menahan tawa nya. "Kok muka kamu merah, Lif? Kamu sakit ?" "Hah ? Enggak kok Tante, " jawab Khalif salah tingkah. "Kak, Kok Rezky sama Adek bayi gak pernah di ajak ke rumah lagi ?" Celetuk Devin, membuat Khalif dapat bernapas lega. "Mereka kan sekolah, kamu aja yang main kerumah mereka, gimana ?" Tanya Khalif, pada Devin. Devin menoleh pada sang Mama. "Ma, Devin boleh gak main ke rumah Rezky sama adek bayi ?" "Boleh kok, nanti pergi sama Kak Shania " "Kakak nanti mau kerumah adek bayi ?" Tanya Devin dengan mata berbinar. Shania hanya mengangguk, ia melingkarkan meteren di lengan Khalif, lalu di punggung pria itu. Shania terlihat sudah terbiasa dengan hal tersebut. Ve sudah mengajarkan nya beberapa hal. Dan juga mempelajari di kampus nya. Setelah selesai melakukan fitting baju pengantin. Dan juga mengobrol sebentar. Khalif dan Shania langsung pamit lebih dulu. Dan Devin ikut keduanya. Sedang kan, Ve memilih menunggu Keynal menjemput nya. *** Jam delapan malam mobil Khalif memasuki pekarangan rumah abang nya. Bersamaan dengan Rezky, yang baru saja pulang ngaji itu terlihat dari peci putih di kepala dan juga ransel, anak itu menggunakan sepeda kecil yang hampir menyamai tubuh mungil nya. Tapi,sudah roda dua. "Assalammualaikum " salam Rezky, ia turun dari sepedanya. Dan dengan langkah kecil menghampiri Khalif dan Shania. Lalu menyalami keduanya. "Lho, kok kamu ikut kesini " ujar Rezky, melihat Devin yang di gendong Khalif. "Iya, Devin katanya mau main sama kamu dan Bilqist. " "Bukan, Devin mau main nya sama Bilqis aja " saut Devin, meralat. "Oh.. adek gak ada. Di bawa Nenek ke bandung. Besok baru pulang. " jawab Rezky, dengan senyuman lebar nya. "Yaudah, main nya sama Rezky aja. " ujar Shania, mengusap kepala adik nya yang terlihat kecewa karena tidak bisa bertemu dengan adek bayi yang sudah mencuri perhatian nya. Dengan terpaksa Devin mengangguk. "Turun " ucap Devin, Khalif menurut, ia menurunkan Devin. "Kamu bisa main, apa? Aku punya banyak mainan " ujar Rezky, sambil melangkah masuk kedalam rumah. "Assalammualaikum, Mama, Ayah.. abang pulang.. yuhuuu!! " seru Rezky melangkah semakin dalam. Khalif hanya menggeleng kepala melihat kelakuan keponakan nya. "Bang, gak boleh teriak - teriak ah. " tegur Kinal, yang baru saja keluar dari dapur. "Eh, ada Shania ada Devin juga " ujar Kinal, ia berjongkok mencubit gemas pipi Devin ketika Devin menghampirinya dan ikut menyalami tangan Kinal mengikuti Rezky. "Ma, abang mau main sama Devin, boleh ya ? " "Boleh kok sayang, tapi makan dulu ya. Devin, udah makan ? Yuk makan dulu " ujar Kinal. Devin mengangguk dengan semangat. "Shan, Lif makan dulu yuk " ajak Kinal. Keduanya mengangguk. "Abang, panggilin Ayah sama Om Afdhal dulu di atas cepat, mama suruh makan bilang " "Siap, Nyonya " ucap Rezky, lalu berlari menaiki tangga. Sedangkan Kinal menuntun Devin untuk menuju meja makan di ikuti Shania dan Khalif. "Afdhal di sini juga kak ?" Tanya Khalif, menarik kursi untuk Shania. "Iya, tadi siang kesini. Muka nya kusut banget. Kayak nya capek banget. Katanya sumpek di kosan " jawab Kinal, ia menduduk kan Devin di dekat nya. "Afdhal, siapa ?" Tanya Shania, penasaran. "Ah, ya. Kamu belum pernah ketemu ya. Adik aku. Sekarang lagi kuliah di jakarta. " jawab Khalif. Shania hanya ber oh saja sambil mengangguk. "Devin, suka lauk apa?" "Ayam goreng " saut Devin, Kinal tersenyum mendengar jawaban semangat itu. Membuat Khalif terkekeh. "Nah, ini makan yang banyak ya. " ujar Kinal. Devin mengangguk, tidak lama kemudian Dika masuk bersama dengan seorang cowok yang seumuran dengan Cio. "Lho, Shania Agatha Dwiki, kan ?" Ujar Afdhal, sedikit kaget saat melihat sosok tidak asing di meja makan abang nya. Shania mengangguk, sambil melempar senyum. "Loe kenal, Dhal ?" "Hah ? Enggak sih, cuma tau aja. Siapa sih yang enggak tau artis papan atas yang tagar namanya selalu jadi tranding topik teratas. Haha.. temen - temen gue banyak yang ngefans sama Shania " jawab Afdhal, Ia duduk di samping Shania, Rezky mengambil duduk di samping Devin. "Ternyata lebih cantik dan manis asli nya dari pada di foto " puji Afdhal, dengan senyuman manis nya. "Dhal , calon kakak ipar tuh, masa mau nikung bangdek " ucap Khalif, yang langsung mengundanh tawa Kinal dan Dika. "Bangdek ?" Tanya Shania, pada Khalif. "Tau tuh, dia yang mulai " ujar Khalif, menunjuk Afdhal. "Abis aku punya tiga abang, kalau yang pertama manggil nya, Abang besar. Kalau itu Abang. Nah, kalau Bangdek, di panggil Abang juga entar dua - dua nyaut lagi. Nah, abang sering manggil Bangdek, adek. Jadi.. ya di gabungin aja. Biar jelas. Kak " jawab Afdhal. Shania tersenyum mendengar nya, melirik mengejek pada Khalif. "Kalau Rezky, manggil Om apa ?" Tanya Afdhal. "Om Bangdek. "Jawab Rezky, membuat semuanya tertawa geli. "Itu.. anak kecil siapa ?" Tanya Afdhal penasaran. "Ini Devin, adik nya kak Shania " ujar Rezky. "Ohh.. seharusnya kamu panggil nya Om Devin " ujar Dika. Membuat Rezky mengernyit heran. "Om Devin, masa kecik gini di panggil Om sih .. hehe " ujar Rezky, ia melirik pada Devin. Yang mendelik tidak suka karena di panggil Om. "Halo, Om Devin " goda Rezky, membuat Semua tertawa. Shania hanya menggeleng melihat kelakuan Rezky, Devin hanya bisa mendelik kesal sangat menggemaskan. Membuat Kinal tidak tahan untuk mencium gemas pipi anak itu. "Kamu gemesin banget sih.. hahah " ucap Kinal, mengusap pipi Devin. "Dih, Mama cium - cium anak orang gak malu. " ujar Rezky, mendelik. "Bilang aja, iri " "Gak ya.. udah bosen di cium Mama. " jawab Rezky, sambil menyuapkan nasi kedalam mulut. Begitu juga Devin. "Jadi, gimana persiapan kalian? Udah berapa persen ?" Tanya Dika,. "Udah, 80 sih, Bang. Tinggal ngechek aja lagi. " jawab Khalif. "Gak mau pake gedung ? " "Di rumah aja, Shania mau di rumah nya aja " ujar Khalif lagi. "Iya, Sih. Di rumah kan lebih khidmat " jawab Kinal, menimpali. "Om Bangdek, itu Om Afdhal, kasian masih jomblo, masa malam minggu gini malah main ke sini. Bukan ngapelin pacar. Gak punya yaa... hahhaha.. " ucap Rezky, meledek Afdhal. "Enak aja.. eh anak kecil. Tau dari mana pacar - pacaran ?" Saut Afdhal. "Yee... Bang Reza, aja punya pacar. Tuh, tadi Abang pulang ngaji liat Bang Reza bawa pacar nya jalan - jalan " ujar Rezky. "Kak Cio, juga punya pacar " saut Devin, ikut menimpali. "Tuh, haha.. Om aja yang masih jomblo. Kasian.. hahah " tawa Rezky, meledek Afdhal bersama dengan Devin. "Siapa pacar nya, bang Reza? " tanya Afdhal kepo. "Itu, kak.. kak... siapa ya.. lupa Abang.. emm.. " ujar Rezky, sedang mencoba mengingat. Lalu ia beralih pada papa nya. "Ayah, anak nya Tante cantik itu siapa namanya Yah ?" "Tante Cantik ?" Tanya Kinal. "Eh.. kenapa tanya Ayah. ?" "Abis kan, Ayah kemarin kasih Tante Cantik itu tebengan pulang. " jawab Rezky dengan polos. Khalif, Shania dan Afdhal sudah menahan tawa melihat raut wajah Kinal sudah berubah merah karena marah. "Bagus, jadi kemarin pulang sama siapa ?" "Ya elah, kebetulan Ma, kan gak sengaja kemarin ketemu di minimarket, kasian dia lagi nunggu taksi, lagian sama Abang juga. Ya kan Bang ?" Kinal mendelik pada suami nya. Lalu menoleh pada Rezky. "Tapi, kemarin Ayah beli es krim buat Tante itu.. " "Banyak duit ya, " ketus Kinal. Dika hanya bisa terkekeh geli melihat muka kesal istri nya. Makan malam mereka lewati dengan canda dan tawa. Juga obrolan yang ringan. Devin dan Shania juga tampak menikmati kehangata keluarga kecil Dika. *** "Kak, pamit dulu. " pamit Shania, ia menyalami Kinal dan Dika. Khalif juga melakukan hal yang sama. Devin sudah tidur di gendongan Khalif. Anak itu ketiduran setelah lelah bermain dengan Rezky. Dua - dua nya tertidur lelap. Mobil Khalif, pun meninggalkan pelantaran rumah Dika. Menyusuri jalanan kampung yang tidak terlalu ramai. "Pulas banget tidur nya " ujar Khalif, menatap Devin yang terlihat nyaman tidur dalam pelukkan Kakak nya. "Capek pasti dia. Kalau di rumah kan dia sendiri. Kalau Cio pasti di ganggu terus " jawab Shania, mengusap rambut hitam adik nya. Khalif tersenyum, ia kembali fokus pada jalanan. Hingga kedua nya tiba di rumah Shania. Khalif langsung membantu membuka pintu untuk Shania dan mengambil alih Devin dari gendongan Shania. Ia mengantar Shania hingga ke depan pintu rumah. "Tidur, " ujar Keynal, saat membuka pintu. Khalif hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia membiarkan Keynal mengambil alih Devin. "Masuk dulu, " "Eh, gakpapa om. Saya langsung pulang aja.udah malam banget. Gak enak " ujar Khalif. Keynal mengangguk, lalu pamit untuk membawa Devin masuk. Shania memilih mengantar Khalif ke mobil. "Hati - hati di jalan. " pesan Shania, memeluk erat kekasih nya. "Hm, kamu istirahat ya. Besok mau aku jemput ?" "Ya. Sekalian malam besok juga ada syukuran bungkus nya film aku. Kamu temenin ya " ujar Shania, menatap Khalif. Cowok itu mengangguk, ia menunduk untuk mengecup pipi Shania. "Aku pulang ya, " pamit Khalif. Shania mengangguk, mendarat kan satu kecupan di pipi Khalif sebelum membiarkan Khalif masuk kedalam mobil. Shania tersenyum mengantar kepergian Khalif, lalu berbalik masuk kedalam lagi. Hari ini cukup menyenangkan untuk nya. Tidak! Bagi Shania sejak Khalif kembali hidup nya seolah kembali berwarna. Membuat nya hampir selalu tersenyum. ***    TBC 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN