2 - Memulai Bukti

1531 Kata
Varlotta sudah menghabiskan sebanyak empat potong pizza mozarella cheese dalam hitungan 10 menit saja. Diluar bataksan yang sudah diterapkan. Bukan karena ia lapar. Namun, sebagai pengalih dari rasa gugup dialami. Nyatanya, belum bisa berhasil. Varlotta sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan porsi makan yang sudah dilanggarnya. Jika pun berat badan naik. Tak akan sampai satu kilogram. Dapat ia atasi dengan melakukan gym dua jam selama lima hari. Pasti tubuhnya akan kembali langsing, bahkan jauh lebih menjadi ramping. Tidaklah masalah yang rumit. Dapat diatasinya dengan sangat baik. Varlotta lebih mengkhawatirkan gagalnya nanti dalam mengendalikan diri. Terutama, saat Geonado datang dan mengabulkan apa yang dimintanya tadi. Soal mengajari berdansa dan cara-cara memperlakukan pria dengan mesra. Pria itu sudah berjanji akan memberi tahu serta mempraktekkan secara langsung. Tak mungkin diingkari. Geonado selalu memegang janji. "Maaf, menunggu lama. Ada telepon dari sekretarisku tadi mendadak. Kau tidak mengantuk, Little Princess? Jika iya. Kau bisa tidur dulu. Nanti saja kita lakukan rencana kita.” Varlotta langsung berhenti mengunyah. Tak cepat pula ditelannya. Cukup susah dilakukan, ketika hidungnya mencium aroma maskulin dari parfum merek mahal yang digunakan oleh Geonado. Adrenalin pun jadi terpacu. Sensasi aneh juga mulai melanda dirinya. “Aku tidak mengantuk. Aku tidak mau tidur.” Varlotta berujar dengan nada kesal. Entah saja merasa tak suka akan ucapan Geonado karena hal tersebut tidak diinginkannya. "Hei, kau marah kepadaku? Maaf, ya. Tidak akan aku ulangi membuatmu menunggu lama. Tapi, aku juga tidak bisa menghindari telepon mendadak. Aku tahu kau ti—" "Tidak, Mr. Gorgeous. Aku tidak marah." Varlotta segera memotong dengan nada suaranya yang tenang. “Ya, bohong jika aku tidak bilang aku sedikit jengkel karena menunggu.” “Tapi hanya sebentar. Tidak akan lama. Apalagi, kau sudah datang.” Varlotta mengungkapkan secara jujur apa tengah ada di kepala dan dirasakan. Terlontar begitu saja, tanpa dipikirkan. "Pengecualian kepadamu, aku tidak akan pernah dapat marah karena harus menunggu lama," imbuhnya kembali. Sudah ditatap lekat sosok Geonado yang juga memandangnya. "Benarkah? Terima kasih. Kau memanglah anak paling mengertian dan juga baik." Varlotta langsung menyadari jika wajahnya memanas. Ucapan manis yang sedikit saja dari Geonado sudah berhasil membuatnya menjadi senang. Melayang juga. Ditambah dengan senyuman manis yang ditunjukkan oleh pria itu. Maka, ia akan kian meleleh. Jantung berdegup kencang tanpa pernah bisa dicegah ataupun bahkan dikendalinya. Walau, sudah berusaha untuk dilakukan. Sangat mustahil dapat kembali normal secara cepat. "Aku memang baik. Tapi, aku bukan lagi anak-anak. Aku sudah dewasa. Kau jangan merasa jika kau yang paling tua. Kau dan aku hanya berbeda lima tahun saja," balas Varlotta dalam nada candanya yang gugup dan lirih. Tidak yakin jika gurauannya akan lucu. "Hahaha. Kau sudah bukan anak-anak lagi? Tapi, bagiku kau tetaplah Little Princess dan sampai sekarang belum dapat berubah. Walau, usiamu sudah lebih dari 25 tahun.” Geonado menambah sunggingan senyum sembari menggerakkan tangan menuju ke kepala Varlotta. Lalu, dilakukan belaian halus. “Kau selalu manis dan menggemaskan untukku.” “Itu kenapa aku masih sangat suka memanggilmu dengan Little Princess. Tuan putri cantik.” Varlotta mengembuskan napas yang cukup panjang guna meredam emosinya. Tak akan baik jika ia sampai marah hanya disebabkan oleh gurauan Geonado. Ia justru harus tahu cara membalas yang bagus. Memberi bukti sekiranya bisa diterima pria itu nanti. "Itu bagi kau. Tapi, pada kenyataannya aku sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Aku mengalami pubertas dan masa remaja dulu. Kau tidak melihatnya sendiri?" Diberikan jawaban dengan nada yang kesal. Tatapan pun menunjukkan hal sama pada Geonado. "Aku melihatnya. Kau sudah berubah secara fisik. Bisa dikatakan kau termasuk wanita yang cantik. Naluri laki-lakiku menilainya seperti itu. Pasti banyak pria yang suka padamu?” Respons segera diberikan oleh Varlotta. Ia mengangguk bangga. "Kau benar. Banyak pria yang menyukaiku. Tapi, aku yang tidak suka dengan mereka semua," jawab wanita itu dalam nada canda kental. Tertawa pelan. Namun, terkesan dipaksakan sebab tak terlalu lucu. "Termasuk juga dengan pria yang Dad dan Mom coba jodohkan kepadaku. Dia bukan tipeku. Pria arogan dan menyukai keseksian tubuhku saja. Aku tidak akan mau menyerahkan keperawananku pada pria seperti itu," lanjut Varlotta dengan nada yang sedikit emosi. “Aku merugi. Sedangkan, dia akan mendapatkan kenikmatan. Tidak sepadan menurutku.” "Apa? Kau masih perawan? Kau memangnya belum pernah tidur bersama seorang pria? Maaf, jika pertanyaanku lancang. Aku harap kau jangan marah kepadaku. Maaf, aku salah bertanya." Varlotta menggeleng pelan. Wajahnya pun memanas mendengar pertanyaan diajukan oleh Geonado. “Kau tidak perlu merasa sungkan atau bersalah bertanya begitu kepadaku.” "Hmm, tentang keperawananku yang kau tanyakan. Ya, begitulah. Aku masih berstatuskan gadis, walau umurku sudah lebih dari 25 tahun. Aku belum pernah melakukannya.” Varlotta menjawab dengan setenang mungkin, walau perasaan gugup terus bertambah saja. Tatapan Geonado yang terarah kepadanya semakin lekat tentu menjadi alasan utama kenapa ia tidak bisa mendapatkan kenyamanan. Memang sorot mata pria itu tidak menunjukkan sama sekali keanehan atau intimidasi, justru kelembutan serta kehangatan yang mendominasi. Dan hal tersebut sukses menyebabkannya menjadi salah tingkah. Bingung harus bagaimana. “Kau percaya atau tidak dengan penjelasanku?” tanya Varlotta sabaran. Ingin segera tahu pendapat pribadi Geonado tentang kebenaran yang baru diungkapkan oleh dirinya. Varlotta tidak cepat mendapatkan respons dari pria itu seperti diharapkan. Geonado hanya masih memandang dirinya dengan lekat tanpa mengatakan apa-apa. Sejujurnya, Varlotta kesal karena tak memperoleh jawaban yang sudah begitu ingin diketahui. Ia juga malas harus menanti lama dengan rasa penasaran semakin besar. Namun, tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu Geonado memberikan tanggapan. Perasaan tambah tidak tenang. “Aku percaya padamu, Little Princess. Kau tidak mungkin berbohong kepadaku. Hanya saja, aku terkejut dengan kenyataan kau yang perawan dan belum pernah tidur dengan pria manapun." Varlotta mengangguk. Lalu, mengerucutkan bibir guna menunjukkan rasa kecewanya akan jawaban dilontarkan Geonado. Diluar ekspektasi yang sempat muncul di dalam kepala. Dan, sebagai balasan, tak terpikirkan sepatah kata. Varlotta pun memilih untuk diam saja. Namun kemudian, ia dilanda keterkejutan karena Geonado yang sudah berada di depannya dengan posisi berlutut. Kedua tangan digenggam oleh pria itu. Detakan jantung mendapatkan efek pertama dan terparah akibat perlakuan yang diterimanya dari seorang Geonado Vilano. “Aku tahu bahasan seperti ini cukup sensitif untukmu. Maaf jika tanggapanku kurang bagus. Tapi, percayalah aku bangga padamu, Little Princess. Bolehkan aku berpesan? Aku ingin kau memberikan keperawananmu nanti pada pria yang tepat dan kau mencintai dia.” Geonado berujar dengan serius. Namun, senyuman hangat semakin dilengkungkan di wajahnya. Varlotta pun menanggapi sesegera mungkin. Hanya satu detik, setelah Geonado menyelesaikan nasihat untuknya. Sengaja direspons dengan cepat agar memberikan kesan bahwa ia sudah memahami apa yang disampaikan dengan benar. Kenyataannya tak demikian. Terutama isi pikiran dalam kepalanya. Semua yang dikatakan oleh pria itu tidak akan bisa sepenuhnya diterima, pemahaman ia dapatkan tak positif. Diluar prediksinya memang akan respons diberikan oleh Geonado, walau tidak melenceng secara keseluruhan. Namun, tetap saja belum bisa sesuai dengan apa yang diinginkannya. "Kau mengerti dan akan ingat perkataanku bukan, Little Princess? Kau tidak boleh melupakannya." Kembali, Varlotta menanggapi secara pelan dengan anggukan. Gerakan tak terlalu bersemangat. Ia pun memudarkan senyuman, tipis saja. Geonado tidak akan menyadari. Pria itu memang bisa dikatakan tak terlalu peka. Meski demikian, ia akan berusaha mencari ide untuk memancing Geonado Vilano. "Iya, aku akan ingat." Varlott menjawab lembut dan masih mengangguk-angguk. "Aku janji tidak lupa." "Ucapanmu benar, Mr. Gorgeous. Aku nanti harus menyerahkan keperawananku pada pria yang baik dan aku harus mencintainya. Bukan untuk pria jelek dengan cap player yang suka menggoda. Betul?" "Hahaa. Benar, Little Princess. Jika nanti kau sudah menemukan pria baik itu. Kau harus mengenalkan dia kepadaku. Harus aku menilai dia dahulu." Varlotta benar-benar suka akan jawaban dilontarkan Geonado. Hatinya sakit. Pria itu tidak kunjung bisa sadar bahwa ia menaruh rasa cinta yang dalam dan tak mampu berpaling. Rasanya untuk menahan lagi lebih lama seorang diri, ia tidak bisa melakukannya. Harus sesegera mungkin mendapatkan cara agar Geonado tahu kenyataan yang sebenarnya. "Little Princess, kau kenapa? Melamun. Kau kenapa tiba-tiba menjadi melamun? Kau memikirkan apa?" Dengan terpaksa, Varlotta melebarkan senyuman. Ia harus tetap menunjukkan sikap yang biasa saja. Walau, ingin mengeluarkan protes. Tetapi, ia masih diingatkan oleh logika bahwa Geonado tidak patuh menerima pelampiasan kekesalannya. Ia justru harus bisa membuat pria itu menyadari cintanya.  "Hmm, apa kau mau tidur bersamaku? Kau akan menjadi pertama untukku. Kau setuju dengan ideku ini? Terdengar gila bukan? Kau bisa percaya?" Varlotta menarik napas sangat panjang. Lantas, ia embuskan segera. Namun, rasa gugupnya tak bisa dikurangi begitu saja. Malah semakin bertambah, kala Geonado memandang dengan lebih lekat lagi. Ia tidak berani untuk memalingkan tatapan. Masih melakukan kontak mata, walau kian gusar.  Tidak akan pernah bisa meraih ketenangan sampai pria itu memberikan jawaban atas pertanyaan bertubi yang diluncurkan tadi. Entah, bagaimana nanti balasan Geonado, ia belum mampu untuk memprediksi. Ekspresi pria itu tidak bisa dibaca. "Hahahaha." Varlotta seketika membelalakan mata mendengar tawa menggelegar dikeluarkan oleh Geonado. Ia terkejut juga karena tak menyangka jika reaksi dari pria itu akan demikian. Kegugupannya pun hilang. Namun, masih tetap diselimuti rasa penasaran. "Little Princess…," Tubuh Varlotta kaku kembali dengan cepat akibat mendengar panggilan yang dialunkan lembut oleh Geonado. "Ad… ada apa?" tanyanya terbata-bata. "Kau sangat pintar bercanda. Kemarin kau meminta aku untuk mencium bibirmu. Sekarang, kau malah mengajakku tidur bersamamu. Haha. Kau punya bakat berguyon yang membuatku ingin serangan jantung saja. Kau ada-ada saja, Little Princess." Varlotta menggeleng secara cepat seraya menatap lebih intens Geonado. "Bagaimana jika aku serius?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN