Bab 1 - Memergoki Peselingkuh

1394 Kata
“Kamu benar-benar nikmat, Sayang... Hmmm....” Langkah Kaluna terhenti. Ia sangat mengenal suara itu. Suara itu adalah suara Reyza, suaminya. “Ah... Ayo... lebih cepat, Sayang. Mmhhh....” Suara perempuan ini juga sangat ia kenal. Ini suara Redesti, asisten suaminya. Mereka berdua.... Kaluna pun kembali melangkah untuk mencari sumber suara. “Aku akan membuat kamu menjer—“ “Brengs*k kalian!” pekik Kaluna saat melihat dugaannya tadi tidak salah. Saat ini suaminya tengah bergumul di atas tempat tidur bersama perempuan lain. Tidak, bukan perempuan lain. Perempuan itu adalah asitennya sendiri. “Ka-kaluna.” Reyza segera menyingkir dari atas tubuh Redesti. Keduanya berusaha mencari sesuatu untuk menutupi tubuh mereka yang berkeringat dan tanpa sehelai benang pun itu. “Brengs*k kamu, Reyza. Berani-beraninya kamu melakukan ini di saat kita sedang berbulan madu,” ucap Kaluna pedih. “A-aku bisa jelaskan,” ujar Reyza tergagap. Ia sama sekali tak menyangka bahwa istrinya akan memergoki mereka saat ini. “Apa kamu yang menyewa tempat ini?” tanya Kaluna lagi. “Bagaimana bisa kamu membawa selingkuhanmu ke sini?” Mulut Reyza membuka dan menutup ingin menjawab, namun tak ada satu suara pun yang keluar dari sana. Kaluna pun mendekati dua sejoli yang masih berusaha menutupi tubuh di atas tempat tidur tersebut. “Tega sekali kalian melakukan ini padaku,” ujar Kaluna dengan suara bergetar. Perpaduan marah, kesal, dan juga kecewa. “Kamu sedang datang bulan, Kaluna. Aku butuh pelampiasa—“ Plak! Satu tamparan melayang ke wajah Reyza. “Jangan jadikan datang bulanku sebagai alasan. Dasar b******n!” seru Kaluna emosi. “Menyediakan tempat secara khusus untuk berselingkuh seperti ini jelas bukan karena sebuah kebetulan. Kamu pikir aku bodoh?” Kaluna kemudian beralih menatap Redesti, si perempuan hina perebut suami orang. “Dan kamu, dasar perempuan jalang!” Plak! Kaluna juga memberikan satu tamparan keras pada perempuan itu. “Apa kamu nggak punya harga diri sampai harus merebut suami orang? Dasar murahan!” “Hentikan, Kaluna,” sela Reyza. “Jangan salahkan dia. Aku yang salah di sini.” “Nggak,” Kaluna menggeleng. “Jangan membelanya. Kalian berdua memang b******k. Aku akan membuat perhitungan pada kalian berdua.” “Oh ya?” tantang Reyza yang mendadak kesal dengan ucapan Kaluna. “Memangnya apa yang mau kamu lakukan? Mengadukanku pada orangtuamu? Apa mereka akan percaya?” Kaluna tak percaya bahwa suaminya yang selalu lemah-lembut bisa berkata demikian padanya. “Lihat saja nanti, aku akan membuat perhitungan dengan kalian berdua,” ancam Kaluna. Ia lalu meraih botol sampanye yang berada di dalam ember kecil berisi es yang ada di dekat mereka. Kaluna mengeluarkan botol sampanye tersebut dari sana, lalu meraih ember tersebut dan menuangkan es di dalamnya ke arah Reyza dan Redesti. Setelahnya, ia pun melempar ember kosong tersebut pada Redesti dan menyemprotkan sampanye ke arah Reyza dan selingkuhannya itu. “Kyaaa!” Redesti menjerit menerima siraman dari Kaluna. “Jangan menjerit seperti anjing, dasar jalang!” maki Kaluna. “Ini belum apa-apa, tunggu saja pembalasanku yang berikutnya.” Kaluna membanting botol sampanye tersebut ke lantai, kemudian mengacungkan telunjuk ke arah mereka berdua, lalu segera berbalik dan melangkah menuju pintu keluar. *** Kaluna duduk di hamparan pasir putih sambil menghadap ke arah laut. Air matanya masih bercucuran sejak tadi, tak mau berhenti. Rasanya ia masih sulit percaya pada apa yang terjadi. Tega-teganya Reyza berbuat seperti itu padanya. Pria itu dulu yang mengejar-ngejarnya. Pria itu pula yang menyatakan cinta pertama kali padanya. Pria itu juga yang ingin Kaluna menjadi istrinya. Tapi mengapa... Mengapa dia bisa melakukan itu dengan perempuan lain? Bahkan sampai membawa perempuan itu ke tempat bulan madu mereka seperti ini. Apa mereka sudah lama menjalin hubungan? Sejak kapan? Kaluna mendadak merasa bodoh. Bisa-bisanya ia selalu percaya pada mereka berdua saat Reyza sering berduaan dengan asistennya itu untuk urusan pekerjaan. Jangan-jangan, urusan pekerjaan yang dikatakan Reyza dahulu adalah urusan ranjang. Kaluna membersit hidung dan menghapus air matanya dengan kasar. Cukup sudah. Ia tidak boleh menangisi mereka lagi. Ia akan membalas mereka berdua, tunggu saja. Akan ia buat keduanya menyesal sudah melakukan hal ini padanya. “Kaluna... Mau sampai kapan kamu duduk di situ?” Kaluna terkejut saat suara seorang pria terdengar di belakangnya. Itu bukan suara suaminya. Sejujurnya Kaluna sangat kecewa karena Reyza tidak mengejarnya. Namun, dari hal itu Kaluna bisa menyadari bahwa Reyza sama sekali tidak lagi peduli padanya. Ternyata pria itu tidak benar-benar mencintainya, seperti yang dulu sering ia katakan. “Ngapain kamu ke sini?” tanya Kaluna kesal tanpa menoleh sedikit pun.. “Maaf, aku merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi,” jawab pria itu. “Terima kasih informasinya, Erick,” ujar Kaluna datar. Sebenarnya Kaluna masih sangat kesal dan ingin mengusir pria itu dari sini. Namun, tenaganya sudah terkuras habis hingga ia merasa tidak mampu lagi untuk marah-marah pada Erick. Lagi pula, pria inilah yang tadi memberitahukan mengenai perselingkuhan yang dilakukan suaminya. “Kamu tahu dari mana kalau suamiku berselingkuh? Apa selama ini kamu membuntutiku?” tanya Kaluna. Erick terkekeh lalu duduk di atas pasir di sebelah Kaluna. “Jangan percaya diri begitu dong. Ngapain juga aku membuntuti kamu.” “Lantas, bagaimana caranya kamu bisa ada di sini dan tahu persis di vila nomor berapa mereka sedang berselingkuh?” tanya Kaluna. “Aku sedang berlibur di sini,” jelas Erick. “Dan vila tempat mereka berselingkuh berada persis di sebelah vilaku. Aku nggak sengaja melihat mereka saat ingin keluar tadi. Dan saat bertemu kamu di jalan, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memberitahu kamu.” Penjelasan Erick cukup masuk akal. Namun, Kaluna tidak ingin percaya begitu saja. “Dari mana kamu bisa langsung tahu kalau itu suamiku?” tanya Kaluna. “Ya ampun, siapa yang nggak kenal dengan Reyza Wijatmoko?” ujar Erick. “Calon walikota termuda yang wajahnya sudah tersebar di mana-mana.” Kaluna menundukkan kepala. Erick benar. Siapa yang tidak mengenal suaminya? “Sayangnya dia cukup bodoh. Maaf ya,” ujar Erick. “Mentang-mentang ini di Maldives, dia pikir bisa bebas berselingkuh tanpa ada yang mengenali.” Kaluna setuju dengan ucapan Erick. “Tapi ngomong-ngomong, kenapa dia berani sekali melakukan itu saat sedang berbulan madu bersama kamu?” tanyanya lagi. Kaluna menarik napas dalam-dalam. “Dia bilang karena aku sedang datang bulan dan dia butuh pelampiasan. Dasar b******n. Aku sedang mengalami disminore parah hingga hanya bisa tidur. Lalu, saat terbangun aku tidak menemukan suamiku di vila kami. Aku keluar untuk mencarinya. Ternyata dia sedang asik-asikan dengan perempuan itu,” ujar Kaluna emosi. “Butuh pelampiasan? Kenapa aku tidak percaya ya,” kata Erick. “Memangnya ada yang percaya dengan alasan bodoh itu?” tanya Kaluna. “Sudah jelas perempuan itu ikut ke sini. Nggak ada unsur ketidak sengajaan di situ.” “Tapi tetap saja, dia nekat sekali membawa selingkuhannya ke sini,” ujar Erick lagi. “Itu karena dia tahu kalau aku akan selalu mengabiskan waktu lebih banyak di tempat tidur ketika mengalami nyeri perut saat datang bulan,” kata Kaluna. Namun, detik berikutnya ia pun menyadari sesuatu. “Lagi pula, kenapa aku jadi harus menjelaskannya padamu sih?” ujarnya kesal. “Pergi sana. Ngapain kamu membuntuti aku ke sini.” Erick tersenyum melihat Kaluna yang mendadak marah padanya. “Aku khawatir sama kamu,” jawab Erick. “Melihat kamu yang berlari sambil berurai air mata dari vila itu tadi membuatku merasa bertanggungjawab.” “Bertanggungjawab?” tanya Kaluna. Erick mengangguk. “Ya, bagaimana pun kan aku yang memberitahukan perselingkuhan itu. Jika tidak, kamu mungkin masih akan berbahagia bersama suamimu saat ini.” “Nggak, meski menyakitkan, aku justru bersyukur mengetahui hal ini lebih awal,” ujar Kaluna dengan suara bergetar. “Kalau kamu tidak memberitahuku tadi, mungkin aku akan terus menjalani rumah tangga dengan dibodohi terus-terusan olehnya.” “Sejujurnya aku khawatir kamu akan bunuh diri tadinya,” ujar Erick terus terang. “Tapi mendengar ucapan kamu barusan, aku jadi merasa lega. Ternyata kamu cukup kuat menghadapi ini.” “Apa kamu pikir aku ini perempuan lemah?” tanya Kaluna. Erick menggeleng. “Aku akan membalas mereka berdua, lihat saja nanti. Mereka akan menyesal karena sudah melakukan hal ini padaku,” ujar Kaluna penuh tekad. “Kamu ingin balas dendam?” Erick tersenyum penuh konspirasi. “Kalau begitu, kamu pasti butuh ini untuk melancarkan pembalasan dendam kamu.” Kaluna melihat Erick mengulurkan sesuatu padanya. Melihat itu, Kaluna tahu bahwa ucapan Erick benar. Dengan benda ini, ia bisa membuat Reyza dan Redesti menyesal sudah berselingkuh dan membodohi dirinya. ***

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN