"CHEERS"
Tidak lama suara gelas berdenting dan tawa bersahut-sahutan terdengar.
"Ga nyangka ya temen kita 17 tahun"
Aku hanya terkekeh mendengar tawa dan sahut-sahutan dengan yang lain.
"Semoga kedepannya makin nakal ya. Ga cape apa lu jadi teladan sama ranking 1 paralel?"
Wkwkwk doa ulang tahun macam apa itu?
"Ga lah ris. Gue ranking 1, gue dapat semuanya"
"WOOOOHH"
Risa dan yang lain langsung menunjuk dan bertepuk tangan dengan kata-kata yang barusan kukeluarkan.
"Nih, mau mabok ga? Uda 17 kan lu"
Aca menawari sampanye yang dia beli sewaktu datang kemari.
"Ga ah, besok sekolah. Lagian lu pada ngerayain hal begini pas besok sekolah. Ini apa ga telat berjamaah besok?"
"Ya ga lah Tu, kita punya black card disini."
Wkwkwk black card apalagi?
Dan ruanganpun terbuka di waktu yang tepat, menampilkan sosok Kak Teddy, anaknya kepala sekolah!
"Hi dear, nih buat sweety yang lagi ulang tahun."
Dia langsung menyerahkan sebuah paper bag bertuliskan charles and keith kepadaku. Tau saja dia brand mana yang sering kugunakan.
"Kapan nih official?"
Yua sebagai cici membuat ruangan tersebut yang awal nya ricuh langsung hening. Sebenarnya aku tidak peduli dengan official atau tidak. Karena aku tidak tertarik main hati.
"Doain secepatnya ya ci, iyakan sweety?"
Sebenarnya aku merasa cringe, cuman ya berhubung ini di depan temanku.. Kurasa tidak etis menjatuhkan harga diri anak kepala sekolah.
"Hah? Hehehe acc aja"
"LAMPU HIJAU GUYS"
"WAH WAH INI NANTI PJ NYA SATU PIZZA HUT BISA DEH KAYAKNYA"
"LEPAS KITA DI MOL JUGA BISA KAK. PAKE UNLIMITED CARD YA"
Aku hanya tersenyum tipis melihat kericuhan yang ditimbulkan temanku jika aku pacaran. Kenapa tidak mereka saja yang bersanding dengan Kak Teddy? Toh aku tidak butuh.
"Nih kasih tau temenmu dulu. Biar ga pacaran sama buku terus."
Lalu Kak Teddy duduk di sampingku dan main rangkul. Mau berontak tapi aku terlalu malas.
"Ratu kok diem aja? Uda ngantuk?"
Tanya Cici Ratna. Namanya Indonesia sekali namun mukanya sangat menunjukkan dia keturunan Tionghoa. Satu lagi, dia yang paling waras di antara semua cici dan temanku disini. Padahal kami hanya tujuh orang namun keributan kami sepertinya mengalahkan ruang sebelah. Ah, dua orangnya adalah Dea dan Audrey.
"Ehm, mungkin ci. PR aku juga ada yang belum selesai ci."
Dan seketika semua mata tertuju pada Kak Teddy. Karena bingung aku juga melakukan hal yang sama.
"Oh gitu, mau aku anter?"
Sorak sorai temanku mulai terdengar lagi hingga kami meninggalkan ruangan makan tersebut. tidak sedikit pesan yang kuterima seperti "SEMOGA LANCAR YA" atau semacam "INGAT PJ NYA DITUNGGU".
"Kak maafin temen-temenku ya. Emang biasa begitu kalo kumpul. Maklum yang kelas 12 uda jarang muncul karena mau ujian."
Iya, yang kupanggil dengan awalan "cici" sudah mendekati ujian. Sama halnya dengan Kak Teddy. Padahal cici-cici yang membawa suasana ricuh. Jika mereka lulus, pasti keadaan sangat sepi.
"Iya gapapa. Mau langsung pulang apa mampir?"
Tanya Kak Teddy sambil membukakan pintu mobil.
"Pulang."
Setelah mobil dijalankan, aku hanya mendengar alunan lagu di radio tanpa memperdulikan senandung dari Kak Teddy. Hingga akhirnya mobilnya tiba-tiba menepi. Dan tentu saja aku sadar karena sedari tadi aku memperhatikan jendela.
"Jadi gimana?"
"???"
"You want to be mine, right?"
Aku terdiam. Entah kenapa aku tidak menyukai kosakata yang digunakan Kak Teddy. Seperti mengatakan aku menuntutnya untuk menjadi pacarnya. Bukankah sebaliknya?
"Err, maybe you can say, would you be mine please?"
Kak Teddy tertawa. Aku hanya menatapnya dengan keheranan.
"You shouldn't say it sweety. That's the wrong answer."
Makin kesini aku makin merasakankan hal yang salah.
Kak Teddy langsung merangkul tubuhku yang notabenenya sangat lebih kecil dari dirinya dan membuat sign miliknya di cerukku. Aku terkejut, selanjutnya yang bisa ku lakukan hanya menangis dan berteriak.
Aku tidak boleh lemah. Menangis bukan hal yang tepat saat ini. Aku mengumpulkan kekuatan di tangan dan berhasil melepaskan diri dari Kak Teddy. Selanjutnya? Aku menggamparnya dengan kado yang ia berikan dan langsung keluar dari mobilnya dengan agak berlari karena takut ditabrak. Syukurnya pemberhentian Kak Teddy tadi dekat dengan minimarket dan aku langsung masuk ke dalam minimarket tersebut.
"Mbanya gapapa?"
Tanya mas kasir yang terkejut melihatku ngos-ngosan sambil menangis.
"Saya, boleh menunggu disini sampai jemputan saya datang?"
"Oh iya silahkan. Duduk aja mba disitu sambil makan mi kuah cup yang bisa mbak nya ambil di bagian sana."
Mas-mas itu menunjuk sebuah lorong makanan instan. Sempat-sempatnya dia promosi. Tapi itu bukanlah ide buruk.
Aku sekarang terduduk didepan minimart itu sendirian dengan mi cup hangat dan sekotak s**u. Mengingat hal tadi membuatku menyeduh mi tersebut sambil menangis ditemani dingin malam ini.
"Drrt"
Ku rogoh HP ku di dalam tas, dan aku semakin pusing membaca pesan tersebut.
Kinan
Gimana tu? Makalah sejindo udah selesai?