Milan,Italia
06:00 PM
Hari ini adalah hari pertama Arabelle di Milan. Arabelle menatap cermin didepannya, melihat pantulan penampilannya sebelum ia berangkat keperusahaan, Arabelle memakai pakaian yang menurutnya cocok untuk ia kenakan ke perusahaan. Hari ini ia sengaja berangkat lebih pagi keperusahaan, karena ia ingin mengecek keseluruhan laporan-laporan perusahaannya. Mungkin itu terdengar sangat berlebihan, tapi itu harus Arabelle lakukan, demi kemajuan perusahaannya kedepan.
Karena sebelum Arabelle menggambil keputusan untuk perusahaannya, Arabelle harus tau bagaimana cara kerja perusahaannya yang berada di Milan ini, mulai dari data perusahaan, keuangan perusahaan, dan para pekerjanya. Arabelle benar-benar sangat teliti, sampai-sampai kesalahan sekecil apapun tidak akan pernah lolos dari pantauan Arabelle.
Setelah selesai bersiap-siap, Arabelle bergegas menuju ruang makan untuk sarapan. Ia membuat sandwich dan s**u coklat. Arabelle sudah terbiasa untuk tidak merepotkan orang lain, selagi dia bisa sendiri mengerjakannya. Setelah Arabelle selesai sarapan, Arabelle bergegas berangkat menuju perusahaan dengan mengendarai mobil Lamborgini Gallardo keluaran terbarunya. Saat diperjalanan menuju ke perusahaan, Arabelle berfikir sejenak. Memikirkan solusi yang terbaik untuk perusahaannya.
Tak berselang lama, Arabelle sudah sampai di perusahaannya, mobil Arabelle memasuki parkiran petinggi perusahaan dan mobil terparkir cantik seperti pemiliknya. Arabelle memasuki loby perusahaan. Semua mata pada tertuju pada Arabelle, tatapan mata yang terpesona karena kecantikannya. Semua pada bertanya-tanya, saat Arabelle hendak memasuki lift yang khusus untuk petinggi perusahaan.
Salah satu pegawai menghampiri Arabelle.
“Maaf Bu, itu Lift untuk petinggi perusahaan," ucap sang pegawai dengan sopan.
“Oh Maaf, perkenalkan saya Arabelle Clarissa Wjaya." Arabelle memperkenalkan diri kepada salah satu pegawai yang menegurnya saat itu, dengan tetap menyunggingkan senyumannya di wajah cantiknya. Tanpa dia membeda-bedakan dengan siapa dia berbicara.
“Maaf Bu, saya sudah lancang,” ucap sang pegawai tersebut dengan raut muka takut menghadap Arabelle, CEO baru perusahaannya. Anak tunggal dari Antonio Wijaya pemilik Wijaya Corporation tempatnya bekerja saat ini.
“Santai saja Pak, jangan terlalu formal seperti itu,” ucap Arabelle dengan sopan.
“Saya pamit undur diri bu, mau melanjutkan pekerjaan saya kembali," ucap sang pegawai dengan sopan, dan bergegas pergi dari hadapan Arabelle.
Arabelle langsung memasuki Lift untuk petinggi perusahaan yang langsung menuju ke ruangannya.
Ting.....
Pintu lift terbuka, Arabelle langsung menuju ruangannya, sebelum memasuki ruangan, Arabelle menuju meja sekertarisnya terlebih dahulu.
“Pagi Bu, Arabelle,” Sapa sekertarisnya dengan sopan.
“Pagi Veronika,tolong setelah ini masuk keruangan saya," ucap Arabelle pada sekertarisnya.
“Baik Bu,” ucap Veronika dengan sopan.
Arabelle masuk keruangannya dan menaruh tasnya di meja kerja, lalu ia menyalakan laptop canggihnya untuk langsung memulai bekerja.
Tokk...tokk...tokk....
“Masuk.” Arabelle mempersilahkan sekertarisnya masuk kedalam ruangannya.
“Veronika, tolong ambilkan berkas-berkas dan laporan perusahaan dari tiap-tiap divisi, karena saya akan memeriksanya terlebih dahulu, dan tolong agendakan rapat untuk semua divisi nanti setelah makan siang,” ucap Arabelle dengan tegas.
“Baik Bu, permisi,” ucap Veronika dengan sopan, dan ia pun pamit undur diri dari hadapan Arabelle.
Setelah sekertarisnya pergi, Arabelle melanjutkan pekerjaannya kembali. Ia mengecek Email dari perusahaan pusat dan memantau keseluruhan perusahaan dalam naungan Wijaya Corporation.
Meskipun Arabelle sekarang menetap di Milan, Arabelle tidak pernah melepas tanggung jawabnya sama sekali. Terlebih lagi urusan perusahaan. Menjadi pewaris Wijaya Corporation yang mempunyai puluhan anak cabang di luar negeri, menuntut Arabelle menjadi sosok peribadi yang tegas dan bertanggung jawab.
******
Arabelle keluar dari lift yang membawanya turun ke ruangan rapat, tempat dimana metting perusahaan akan dilakukan. Di belakangnya, Veronica mengikuti dengan langkah anggun dengan tanggan yang membawa berkas dan ipad-nya
“Semua sudah datang?” ucap Arabelle.
“Sudah Bu, walaupun semua divisi sempat kelabakan karena jadwal metting yang sangat mendadak dan tanpa persiapan sama sekali," ucap Veronika.
Arabelle Cuma bisa tersenyum mendengar perkataan sekertarisnya. Arabelle melangkahkan kakinya mantap memasuki ruangan metting.
Arabelle menarik nafas dan menghembuskannya, berusaha tetap tenang. Dia sudah tidak sabar mengetahui akar permasalahan dari perusahaannya saat ini.
Veronika membuka pintu, Arabelle masuk dengan ketenangan seorang pemimpin dan semua orang yang ada didalam berdiri menyambut.
“Siang semuanya,” sapanya ke seluruh staff inti.
Arabelle berjalan ketempat duduknya seraya mengedarkan pandangannya, memperhatikan setiap staff yang mengikuti rapat.
“Kalau begitu mulai saja mettingnya, dan aku akan mendengarkan setiap laporan kalian,” ucap Arabelle seraya duduk dikursinya dengan santai dan tetap berwibawa.
Seluruh Divisi melaporkan hasil kerjanya selama ini. Arabelle mendengarkan dengan teliti sambil memeriksa semua berkasnya. Arabelle memberikan tanggapan disetiap laporan yang disampaikan oleh kepala divisi, dengan hasil yang sangat memuaskan, metting pun ditutup olehnya.
Semua mata terkagum-kagum melihat sosok Arabelle, wanita muda yang tegas dan berwibawa, dengan tingkat kejeniusan yang tak bisa diragukan lagi. Pemimpin yang fleksibel untuk anak buah, tetap bisa menghormati orang yang lebih tua darinya. Sebuah kesalah pahaman dengan pihak Abraham Corporation pun sedikit ada jalan keluarnya, karena tanpa disangka-sangka, pada saat metting pihak Abraham Corporation meminta dijadwalkan ulang pertemuan dengan Wijaya Corporation untuk menindak lanjuti masalah kerjasama yang terjalin yang sempat batal, kerjasama yang seharusnya bisa terjalin, karena sebuah kesalah pahaman dan miss comunication antar pihak.
***
Stevant Pov
Setelah Stevant sampai di Milan, Stevant langsung menuju Perusahaannya dan menanyakan pada sekertaris pribadinya, apa dia sudah menghubungi pihak Wijaya Corporation untuk menindak lanjuti masalah kerjasama yang akan dia jalin dengan pihak Wijaya Corporation.
“Martin, apa sudah kamu hubungi pihak Wijaya Corporation untuk menjadwalkan ulang pertemuan kita?” tanya Stevant dengan tegas dan tetap menunjukan ekspresi datar dan dinginnya.
“Sudah Pak, Pihak wijaya menyetujui pertemuan ulang itu, dan kabar bagusnya juga, nanti yang akan menghadiri pertemuannya langsung CEO Wijaya Corporation sendiri Pak," ucap Martin.
“Baik kalo begitu, nanti aku sendiri yang menemui pihak Wijaya Corporation saat pertemuan ulang itu, siapkan tempat dan waktunya.”
“ Siap Pak.”
Stevant kembali sibuk dengan berkas-berkas dimejanya, mempelajari berkas proyek kerjasama antara pihak Wijaya dengan perusahaanya, dia tidak ingin menyia-nyiakan kerjasama yang akan terjalin dengan pihak Wijaya, karena kerjasama ini sangat berpengaruh dengan proyek terbarunya.
Kringg...kringg...
Bunyi ponsel Stevant membuyarkan konsentrasinya, setelah melihat siapa yang memanggilnya, Stevant berdecak kesal karena sahabatnya itu selalu tau klo dia sedang berada di Milan. Stevant mengangkat telfon dari sahabatnya itu dengan malas, karena pasti sahabatnya itu pasti marah karena tak mengabarinya.
“Apa-apaan kau ini, datang ke Milan tanpa memberi tahuku dulu, apa harus orang ku dulu mengabarinya, baru kau mengabariku,” ucap Leo dengan sinis kepada Stevant.
“ Hahahahahaha, kau ini apa-apan marah-marah terus,” ucap Stevant yang tidak bisa menahan tawa pada sahabatnya itu.
“Stev nanti malam ikut aku menghadiri acara pesta teman wanitaku, yang diadakan di salah satu tempat di Gallery Vittorio Emanuele, itung-itung kau juga mencari teman kencan," ucap Leo dengan nada memerintah kepada sahabatnya itu.
“Kau saja yang pergi, aku lagi malas keluar,” ucap Stevant dengan malas.
“Aku tak ingin ditolak Stev, kau tau bagaimana kalau aku nekat, mau kau perusahaanmu aku robohin saat ini juga,” ucap Leo dengan sombongnya.
“Dasar Gila, ok aku datang, jemput aku di apartemant nanti malam,” ucap Stevant dengan malas.
“ Good," ucap Leo. Stelah itu bunyi panggilan pun terputus.
Stevan Cuma bisa menghembuskan nafas dengan kasar karena kelakuan sahabatnya yang satu ini, dengan seenaknya sendiri dan tidak menerima penolakan, dia asal perintah. Meskipun seperti itu, Leo adalah salah satu sahabat terbaik Stevant.
Leo Geral Fernandes adalah salah satu sahabat yang dimiliki Stevant. Stevant mempunyai empat sahabat. Satu sahabatnya sudah berumah tangga, tinggal dia, Arsenio dan Leo yang belum berumah tangga, sikapnya yang playboy membuat Leo tak ingin untuk berkomitmen, dan untuk Arsenio, semenjak dia di khianati kekasihnya, dia menutup hatinya pada wanita. Cuma sahabat-sahabatnya saja yang mengetahui tentang masa lalu Leo sampai dia menjadi seorang Playboy, beda dengan satu sahabatnya yang mempunyai kisah percintaan yang mulus yang bernama Joseph. Ia menikah dengan wanita yang dicintainya, dan hidup bahagia sampai saat ini. Meskipun jarang bertemu, keempat sahabat itu sering mengirim kabar dan memantau satu sama lain. Seperti apa yang dilakukan Leo pada saat ini.
****