Kau tau satu hal yang paling aku takutkan? Itu adalah kehilangannya, Lee Tan, tunanganku yang sangat aku cintai, sangat aku sayangi, dan sangat ingin aku lindungi di pelukanku.
Katakan aku posesif, sangat. Aku tak suka melihat gadisku disentuh orang lain. Jangankan sentuh, saat aku jalan-jalan dengannya dan ada pria yang meliriknya, aku sangat ingin mencolok mata pria itu.
Aku tak pernah mengizinkannya berangkat dan pulang kuliah sendirian, aku juga tak mengizinkannya pergi sendirian atau dengan teman prianya. Aku lebih memilih meninggalkan meeting berjuta dollarku demi menemaninya makan tteokboki di pinggir jalan kesukaannya.
Kadang Tan mengeluh pada ibuku mengenai betapa posesifnya aku. Aku masih ingat saat ia berhambur dalam pelukan ibuku dan berkata, "Ibu, anakmu marah padaku karena aku berangkat kuliah naik ojek online. Aku harus bagaimana, Bu? Apa aku harus menciumnya agar ia tidak marah lagi?" itu pertanyaan polosnya saat ia masih 18 tahun, ia sangat polos saat itu, ibuku hanya tersenyum sembari mengelus rambut indah milik Tan dan mengatakan "Kau memang gadis yang tepat untuk Jaehwan."
Dan silahkan katakan juga bahwa aku p*****l, atau apalah yang sejenis dengan itu. Bertunangan dengan gadis berumur 19 tahun saat usiaku 30 tahun. Sebenarnya aku ingin langsung menikahinya, namun ia menolak dan mengatakan bahwa mendiang kedua orang tuanya ingin ia kuliah.
Saat aku berpacaran dengannya, ia baru 18 tahun, berawal saat aku dan Tan bertemu di supermarket saat aku sedang berbelanja dengan ibuku. Aku tak sengaja menyenggol tangannya yang sedang patah dan berakhir dengan aku menemani dia check up karena sakitnya tak hilang.
Dia sangat imut saat menangis waktu itu, dan sejak saat itulah muncul rasa ingin melindunginya dari dalam hatiku dan berlanjut sampai sekarang.
Awalnya ia tak semanja ini padaku. Namun sejak kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya membuat dia menjadi sangat bergantung padaku, lalu kami memutuskan untuk bertunangan saat ia berumur 19 tahun. Dia berubah jadi dewasa, namun tetap sangat menggemaskan.
Dan katakan lagi bahwa aku sangat m***m. Aku tak berbohong saat aku mengatakan aku m***m hanya saat bersama dengan Tan. Entahlah. Menurutku, ia sangat menggoda, apa lagi saat malam tiba. Rasanya ingin sekali aku menyeretnya ke kamar dan bergelut, berbagi kenikmatan berdua.
Saat malam itu, ia menginap di rumahku karena hujan deras dan angin saat ia akan pulang usai membuat kue dengan ibuku. Karena rumahku tak memiliki kamar tamu, jadi ibuku menyarankan Tan untuk tidur denganku.
Awalnya aku senang karena bisa memeluknya dan menciumnya saat ia tertidur. Tapi aku malah jadi bernafsu karena ia memakai kemejaku yang meski kebesaran di tubuhnya, tapi malah terlihat menggoda ditambah ia tak memakai dalaman apapun karena ia menjatuhkan pakaian dalamnya di kamar mandi dan dengan polosnya ia langsung memelukku di ranjang tanpa peduli apa yang aku rasakan.
Naluri lelaki. Aku tau ini berbahaya tapi aku malah memandangi tubuh indahnya dan aku melihat dadanya yang hampir menyembul keluar karena ia tak memasangkan kancingnya dengan baik. Mereka terlihat indah dan besar, terlihat dengan jelas bahwa Tan merawat kedua dadanya dengan baik.
Huh, sungguh sangat melelahkan menahan nafsu seperti ini. Akan aku pastikan saat aku dan Tan menikah nanti, aku akan menyerangnya kapanpun dan dimanapun aku mau.
"Sayaaaang!"
Suara yang selalu ingin aku dengar kini terdengar saat aku sedang lelah dengan proposal dan laporan menyebalkan ini.
Aku berdiri dari kursiku dan menghampirinya, ia langsung memelukku erat, sungguh menghilangkan lelahku, "Kenapa tidak bilang mau kesini? Hm?" ucapku.
Sebenarnya aku marah karena ia pasti pergi kesini sendirian memakai transportasi online, namun aku berusaha mengontrol emosiku. Cukup sekali ia marah bahkan mengancam meminta putus karena aku tak sengaja membentaknya saat aku tau ia pergi menggunakan transportasi online.
"Kalau aku bilang, pasti kamu nggak kasih izin dan langsung jemput aku di kampus." ucapnya polos.
Aku melepaskan pelukanku dan mencium bibirnya, "Kau mau aku kembali posesif padamu?"
"Kamu yang dulu dan sekarang itu ngga ada bedanya, tetap posesif. Apalagi setelah kamu buka Line-ku isinya chat dari cowok semua, kami malah makin posesif melebihi dulu. Tapi sekarang aku ngga akan marah dan minta putus lagi, karena aku nggak mau kehilangan kamu."
"Benarkah? Aku posesif karena tak ingin kehilanganmu, sayang. Aku belum pernah bersikap seperti ini pada mantan kekasihku. Sungguh. Hanya padamu aku seperti ini. Apa kau merasa terkekang denganku?"
"Enggak. Sayang, aku kok pengen banget makan tteokboki ya?"
"Kau ngidam? Apa aku pernah mabuk hingga tak sadar menidurimu? Kapan kita membuatnya?"
"Ihh! Aku serius,"
"Aku juga serius, sayang. Kau sungguh tak hamil?"
"Enggak Jaee. "
"Baiklah. Ayo beli tteokboki."
Aku menggenggam tangannya dan melangkahkan kaki untuk keluar ruanganku, namun Tan menahan langkahku tiba-tiba, "Kenapa sayang?"
"Emang kerjaan kamu udah selesai? Itu masih numpuk di meja." Tan menunjuk ke arah meja kerjaku yang penuh dengan tumpukan kertas.
"Memang masih ada sedikit, tapi itu bisa diselesaikan nanti sayang, kau prioritasku."
"Sayang sini dehh." Tan mendorong tubuhku untuk berjalan ke arah meja kerjaku.
"Duduk sini." Aku duduk mengikuti perintah gadisku, dan ia mendudukan dirinya diatas pahaku.
"Kamu lanjutin dulu kerjanya. Sekalian aku tidur di pangkuan kamu, oke?" ucapnya sambil memelukku erat.
Mata indahnya terpejam, ia tak mengendurkan pelukannya sedikitpun. Aku segera membaca dan menandatangani proposal dan laporan di depanku.
Tok tok tok
Sungguh, aku berharap siapapun yang datang tak membawa laporan ataupun proposal lagi, "Masuk."
"Permisi, Presdir Kim. Saya--" Ucapan karyawanku terhenti saat ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arahku.
"M-maaf, Presdir. S-saya tidak bermaksud mengganggu." ucapnya gelagapan.
"Tak apa, lanjutkan."
"Saya hendak memberitahu bahwa Choi Corporation meminta untuk memajukan meetingnya menjadi besok pagi."
"Ya."
"Baik, akan saya konfirmasi. Permisi, pak. Sekali lagi, saya meminta maaf."
"Ya."
Saat aku hendak kembali bekerja, aku melihat wajah damai Tan saat tertidur, sungguh gadis ini candu bagiku. Aku sangat mencintainya, sungguh.
"Jae?" Tan terbangun dan mengusap matanya.
"Hm?"
"Udah selesai?"
"Satu laporan lagi, sayang."
Aku tak berbohong, memang tersisa satu laporan lagi.
Cup
Ia mengecup singkat bibirku dan bangun dari pangkuanku.
"Pelukan kamu emang paling nyaman. Makasih ya sayang."
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Ayo selesaikan. Anak kamu jdah pengen banget makan tteokboki nih." ucapnya sembari mengusap perutnya seolah ia tengah mengandung anakku.
Oh tuhan.
"Kau jangan membuat aku semakin ingin menikahimu, Lee Tan. "
Cup
Dia kembali mengecup bibirku, "Sabar ya, dua semester lagi." ucapnya sambil tertawa.