Chapter 05

1339 Kata
Reya membuka matanya secara perlahan karena samar-samar ia mendengar suara anak kecil yang sedang bersenandung. Setelah terbuka dengan sempurna Reya sedikit menundukkan kepala dan mendapati Zio sudah terbangun sambil memeluknya dengan kedua tangan. Zio menatap ke arah gorden yang tertutup, kepala Zio mendongak karena ia merasakan pergerakan dari Reya. Reya mengedipkan kedua matanya ketika mendapatkan senyuman dari Zio. "Awas." Reya menjauhkan tangan Zio dari perutnya. Zio pun melepaskan pelukannya dan beralih duduk di atas tempat tidur sambil menguap dan mengucek-ngucek matan dengan tangan mungilnya. Reya berjalan ke arah jendela untuk membuka gordennya. Gadis itu menatap jam dindingnya yang menunjukkan pukul delapan pagi, karena Reya tidak pergi ke kantor Reya bisa tenang-tenang menghabiskan banyak waktu di apartemennya, sambil mengurus Zio tentunya. Reya mengecek ponselnya dan mengerenyit melihat nomor yang tidak ia kenali sempat mengubungi nya sampai puluhan kali. Tidak ambil pusing, Reya kembali meletakkan ponselnya di nakas mengambil handuk dan berdiri di depan Zio yang sedang memperhatikannya. "Mandi," ucap Reya tanpa berbasa-basi. Zio merentangkan kedua tangannya meminta Reya untuk menggendongnya. Reya malah diam saja sambil memegang handuk. "Tante gendong." Kata Zio karena Reya hanya diam saja. "Jalan sendiri." Zio menurunkan tangannya menatap Reya yang tengah berjalan menuju kamar mandi. Reya berbalik menatap Zio yang masih duduk di tempat tidur. Reya menghela napas ketika melihat mata dan hidung Zio memerah seperti ingin menangis. "Cengeng banget sih." Reya mendekati Zio dan membawa anak itu ke gendongan nya. Reya memutar kedua bola matanya karena Zio tersenyum saat anak itu sudah berada di gendongannya. ^•^ "Kenapa lagi, gak suka?" Tanya Reya karena Zio tidak membuka mulut saat ia hendak memasukkan sereal pada Zio. "Bibil Io kecil." Reya menatap sendok makan yang dipenuhi oleh sereal dan s**u kemudian menatap bibir Zio yang mungil, untuk ukuran bibir Zio tentu saja porsi itu terlalu besar. Reya mengganti sendok makan menjadi sendok teh yang ukurannya pas di bibir Zio. Reya memperhatikan Zio yang sedang mengunyah sereal sambil memegang-megang mainan robot nya. "Mami kamu kemana?" Tanya Reya karena tiba-tiba saja pertanyaan itu melintas di kepalanya. "Mami?" Reya mengangguk. "Mami pelgi." Balas Zio menatap mainan robotnya. "Kemana?" "Jauh," "Gak pulang?" Zio menggeleng sambil membuka mulutnya untuk kembali memakan sereal nya. "Kenapa gak pulang?" Tanya Reya setelah menyuapi Zio. Zio menelan sereal nya menatap Reya. "Mami pelgi jauh, Mami pelgi ke sulga." Reya menelan ludahnya seraya membenarkan posisi duduknya. Ketika Zio berbicara seperti itu tidak ada raut wajah kesedihan, padahal Reya yakin anak seusia Zio masih membutuhkan sosok ibu, tiada hari tanpa ibu. Tapi sedikitpun tidak pernah Reya mendengar Zio mencari-cari ibunya. "Gak kangen Mami?" Zio menjatuhkan dagunya diantara kedua tangannya yang berada di atas meja. "Kangen, tapi Io ada Papi." Reya meletakkan sendok yang pegang karena air matanya tiba-tiba saja keluar dan dengan cepat Reya hapus. "Tante mau jadi Mami, Io?" Reya langsung menatap Zio yang tengah tersenyum. Tanpa memberikan jawaban apapun, Reya menyodorkan sendok yang berisikan sereal kepada Zio. ^•^ Setelah mengurus Zio dari mulai mandi hingga sarapan pagi, saatnya Reya membereskan apartemen nya. Reya membereskan kamar tidurnya terlebih dahulu lalu setelah itu ruang tamunya. Reya mengambil sarung bantal dari lemari karena ia hendak mengganti sarung bantalnya yang lama. Reya duduk di tepi tempat tidur sambil membuka sarung bantal yang lama. Reya menatap Zio yang ternyata berdiri bersandar di tempat tidurnya dengan tangan yang diletakkan di atas tempat tidurnya untuk menopang dagu anak itu memperhatikan Reya yang sedang membuka sarung bantal. Reya beralih menatap tangan Zio yang terulur memberikan sarung bantal kepadanya dan Reya pun mengambilnya. "Main aja sana." Ucap Reya tanpa menatap Zio. "Io bantu Tante, ya?" Zio mendekati Reya menaruh tangan kanannya di paha Reya menatap Reya dengan mata bulatnya. "Anak kecil bisa bantu apa? Main aja." Dan pada akhirnya, Zio benar-benar membantu Reya walaupun hanya sekedar memberikan sarung bantal, mengambilkan sapu untuk Reya, dan bahkan ikut Reya mencuci piring dimana sebenarnya Zio lebih banyak bermain air dan membilas gelas berbahan plastik dan sendok yang telah selesai dicuci oleh Reya. Dan Reya benar-benar tidak menyangka jika Zio bisa melakukannya dengan baik. Reya mengelap tangannya dengan handuk kecil lalu beralih mengelap tangan Zio karena mereka sudah selesai mencuci piring. Reya berjalan ke arah kulkas mengambil buah anggur dan memisahkan anggur yang masih di tangkai memindahkannya ke mangkuk kecil untuk memberikannya kepada Zio, Reya melakukan itu bukan karena inisiatif nya karena Zio telah membantunya melainkan keinginan dari hatinya. "Tante mau?" Zio memberikan satu buah anggur kepada Reya. Reya menggeleng. ^•^ Reya berjalan menuju pintu karena mendengar bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Ketika sudah membuka pintu Reya tidak terkejut melihat siapa yang datang. Reya berbalik pergi dan tak lama sudah kembali dengan Zio yang berjalan di depan Reya. "Papii!!!" Pekik Zio berlari ke arah Nevan. "Gak nakal, kan?" Tanya Nevan sambil mencium pipi Zio. "Enggak." Zio menggeleng seraya melingkarkan tangannya di leher Nevan. Nevan tersenyum lalu menatap Reya. "Makasih udah jagain Zio." Reya mengangguk. "Aku gak di suruh masuk dulu?" Reya yang sedang membuang wajahnya perlahan menatap Nevan. "Sekalian nunggu barang-barang Zio diberesin." Kata Nevan. Reya diam beberapa saat sebelum ia membuka pintu sedikit lebih lebar untuk Nevan. Nevan masuk ke dalam apartemen Reya dan duduk di sofa ruang tamu dengan Zio berada di pangkuannya tanpa ada Reya bersama mereka karena Reya sedang mengemasi barang-barang Zio. Reya berhenti melangkah dan berdiri di ambang pintu kamar yang memang berhadapan langsung dengan ruang tamunya. Reya memperhatikan Nevan yang sedang berbicara pada Zio dan tertawa bersama, dari gaya bicara dan perlakuan Nevan untuk Zio terlihat jelas bahwa Nevan sangat menyayangi Zio. Bibir Nevan tidak pernah absen menyunggingkan senyum dan mencium Zio, begitupun dengan tangan Nevan yang tidak pernah lelah mengelus kepala Zio. Reya berhenti memperhatikan kedua orang itu ketika Zio menatapnya dan tak lama Nevan juga ikut menatap ke arahnya. Reya duduk berseberangan dengan Nevan dan Zio sambil menaruh tas Zio yang berisikan barang-barang anak itu di atas meja. "Lain kali aku boleh titip Zio lagi?" Reya menatap Zio sekilas kemudian mengangguk. Nevan tersenyum. "Zio beneran gak nakal, kan?" Tanya Nevan pada Zio. "Enggak, Io gak nakal." Jawab Zio sambil memainkan kerah kemeja Nevan. Nevan menatap Reya. "Sekali lagi makasih udah mau jaga Zio." "Hmm," balas Reya tanpa menatap Nevan. "Kalo butuh apa-apa bilang ke aku, semua kebutuhan kamu aku yang nanggung, kalo persediaan makanan kamu abis bilang ke aku." Reya menatap Nevan, "bapak bukan suami saya, untuk apa saya minta makan sama bapak?" Nevan tersenyum kecil. "Karena kamu kerja sama aku, kan aku udah bilang semua kebutuhan kamu aku yang nanggung. Kamu kerja sama aku karena emang ditugaskan, bukan pure ngelamar kerja. Biar gimanapun aku yang tanggung jawab soal kehidupan kamu di sini." Reya tidak menjawab melainkan fokus menatap ke arah dinding kaca apartemennya. "Kecuali, kebutuhan pakaian... Dalam kamu." Reya langsung menatap Nevan dengan mata yang sedikit terbelalak karena ia benar-benar terkejut mendengar ucapan Nevan barusan. Reya beralih menatap Zio yang sedang tertawa setelah melihat ekspresinya. "Tante, cute." Ucap Zio sambil menunjuk Reya. Nevan menurunkan tangan Zio dengan senyum yang tersungging. "Aku sama Zio pulang." Pamit Nevan seraya beranjak dari duduknya. Reya masih duduk karena ia sedang berpikir untuk memutuskan apakah tetap duduk atau mengantar Nevan dan Zio sampai ke depan pintu. "Seenggaknya tunjukkin kalo kamu sekretaris yang baik sama bos nya." Reya beranjak dari duduknya. Nevan berjalan sambil menggendong Zio untuk keluar dari apartemen Reya ketika Reya berjalan ke arah mereka. Nevan menurunkan Zio saat mereka sudah berada di luar apartemen Reya. Mata Reya tertuju pada Zio yang tengah memegang tangannya lalu mencium punggung tangannya sambil tersenyum. "Io pulang." Pamit Zio setelah mencium punggung tangan Reya. Reya memberikan anggukan sebagai balasan. "Aku sama Zio pulang." Pamit Nevan sekali lagi lalu memegang tangan Zio membawa anak itu pergi. Reya masih berdiri di depan pintu apartemennya memperhatikan punggung Nevan dan Zio. Zio menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya kepada Reya dengan bibir yang menyunggingkan senyum dan setelah itu Zio menatap Nevan yang tengah berbicara kepadanya. Reya menyunggingkan senyum tipis tanpa ia sadari. Ketika Nevan dan Zio sudah tidak terlihat lagi senyum Reya langsung menghilang dan ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengapa ia bisa tersenyum dengan alasan yang tidak ia ketahui?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN