SATU

2991 Kata
Delta dan Shani berada di pelataran sebuah rumah minimalis yang tak asing bagi Delta. Sebuah tenda besar yang dilengkapi dengan hiasan khas pesta pernikahan dan tak lupa dengan janur kuning yang terpasang di depan tenda, menyambut kedatangan dua orang yang baru saja merubah status mereka menjadi sepasang suami istri. Setelah aksi protes yang dilakukan Shani di depan makam ayah mertuanya, Delta memilih untuk membawa Shani menuju tempat dimana sebuah prosesi pernikahan sedang dilaksanakan. Pernikahan yang harusnya menjadikannya sebagai mempelai pria paling bahagia yang akan mempersunting wanita pujannya.  Wanita yang bertahun - tahun lamanya ia perjuangkan. Namun, pada kenyataannya takdir berkata lain. Tak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang dapat menebak rencana Tuhan. Sebagai manusia, kita memang dapat merencanakan banyak hal. Namun semua takdir tetap berada di tangan Tuhan. Seperti yang terjadi pada Delta, setelah semua penantian dan pengorbanan serta cinta tulus pada seorang wanita dan anaknya ternyata belum cukup untuk membuat wanita itu menjadi milik Delta selamanya. Setelah berbagai upaya yang Delta lakukan bahkan sebuah aksi nekat berselimut kebohongan yang Delta gunakan untuk mendapatkan wanita itu, tetap saja tak membuat Delta memilikinya.  Nyatanya Tuhan lebih memilih agar Delta tidak bersanding dengan wanita yang telah dirinya lamar tersebut. Tuhan justru mempertemukan Delta dan menyandingkan dirinya dengan seorang wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya semasa SMA. Wanita yang begitu dirinya cinta dan damba namun Tuhan memisahkan mereka ketika keduanya lulus SMA dengan alasan wanita itu menikah dengan pria lain.  "Ini rumah siapa?" Tanya Shani sambil memperhatikan orang - orang yang silih berganti masuk dan keluar dari arah tenda. Matanya sempat terbelalak ketika melihat sebuah karangan bunga yang bertuliskan "Happy Wedding dr. Mahyra & dr. Delta." "Del...?" Tanya Shani sambil menoleh. Delta menghembuskan nafasnya perlahan, senyum tipis ia berikan pada wanita cantik di sebelahnya. "Kita turun yuk?" Ajak Delta lembut. "Kamu mau ajak aku turun ketemu calon istri kamu?" Shani menggelengkan kepalanya. "Jangan Del, aku enggak mau buat calon istri kamu salah paham kalau tahu soal kita, cukup akhiri pernikahan kita saat ini juga lalu biarkan aku pergi." "Aku janji aku enggak bakal gangguin kehidupan kamu dan istri kamu, anggep yang terjadi antara kita enggak ada, kamu enggak perlu ngerasa enggak enak, ayah udah ---" "Shan, please kita udah bahas tadi kan? Kamu istriku dan akan tetap seperti itu, aku enggak bakal ceraikan kamu." Mata Shani tampak berair, "Kamu mau poligami? Menjadikan aku dan dia sebagai istrimu?" "Aku enggak bisa Del, please lepasin aku, ceraikan aku sekarang." Delta menghembuskan nafasnya. "Kita turun aja yuk?" "Del.." "Tolong Shan, aku mohon." Ujarnya lirih. Lelah berdebat dengan Shani, Delta lebih memilih untuk turun dari mobilnya. Ia berjalan mendekati pintu penumpang dan membukakannya untuk Shani. "Turun Shan..." ucap Delta pelan. Shani bergeming, ia lebih memilih untuk menundukan wajahnya. "Shania Putri turun!" Kini nada suaranya lebih tinggi, ia sudah geram melihat Shani yang diam dari tadi. Walaupun dengan berat hati, Shani tetap menuruti suaminya. Ia tak ingin ada keributan diantara mereka terlebih beberapa orang mulai memperhatikan mereka. Tanpa Shani duga, Delta menarik tangannya dan digenggam erat. "Please, bantu aku Shan. Permudah semua ini..." Bagaikan terhipnotis, Shani menganggukan kepalanya pelan seraya memandang wajah tampan Delta yang terlihat sendu. Shani dapat melihat pancaran kesedihan yang begitu terlihat. Delta tersenyum tipis dan semakin mengeratkan genggamannya ditangan Shani. Dalam hati Delta ingin menangis sekencang - kencangnya, mengapa dirinya harus datang ke pernikahan seseorang yang begitu ia cintai bersama istrinya. Keduanya berjalan memasuki halaman rumah Hyra. Bunga - bunga tertata apik seperti keinginan Delta. Ia tersenyum masam kala mengingat masa - masa dimana ia mempersiapkan semuanya dengan begitu matang, walaupun tak didukung seratus persen oleh Hyra, setidaknya ia cukup puas mempersiapkan rencana pernikahannya kala itu. Keduanya kini berhenti tak jauh dari pintu yang dihiasi dengan rangkaian bunga dan tirai berwarna biru. Warna yang selalu menjadi favorit Hyra. "Saya terima nikah dan kawinnya Mahyra Ananta Firdaus binti Arfan Firdaus dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Delta memejamkan matanya. Suara lantang yang baru saja menyelesaikan ijab kabul semakin meyakinkannya bahwa Hyra, wanita yang ia perjuangkan benar - benar bukan miliknya lagi. Wanita itu telah menjadi haram baginya, Hyranya telah kembali dengan pemilik hatinya yang sesungguhnya. Shani memandang wajah Delta yang sedang memejamkan matanya. Ngilu Shani rasakan ketika remasan Delta di tangannya semakin kencang. "Del.." Delta membuka matanya. Ia menatap Shani dengan tatapan berkaca - kaca. Walaupun senyum tipis terlihat di sudut bibir dokter tampan itu, Shani menyadari kesedihan mendalam yang dialami Delta. "Itu?" "Masuk yuk Shan, kita ketemu keluargaku." Shani tak bisa untuk tidak terkejut. Ajakan Delta pada dirinya itu bagaikan sebuah petir. Ia tak yakin dapat menatap seluruh keluarga Delta dengan kepala terangkat, mengingat bahwa harusnya hari ini menjadi pernikahan Delta dan juga Hyra. "Tapi aku enggak mungkin ketemu keluarga kamu Del, mereka bisa kecewa sama kamu." Delta menghembuskan nafasnya pelan. "Aku pria dewasa Shan, aku tahu mana yang baik dan yang enggak baik buat kehidupanku." "Dan ini keputusanku, menikahi kamu dan..." "Merelakan Hyra untuk seseorang yang memang mencintai dan sangat dicintainya." "Del?" Delta tersenyum. "Aku enggak apa - apa." "Yuk masuk!" Delta kembali menggenggam tangan sang istri yang sebelumnya sempat terlepas. Tanpa menyela ucapan Delta, Shani lebih memilih untuk mengangguk dan mengikuti kaki Delta yang lebih dulu melangkah. Dari kejauhan Delta dan Shani dapat melihat sepasang manusia sedang berhadapan dalam diam. Sang lelaki yang terlihat menyunggingkan senyumnya sementara sang wanita menatap pria yang baru saja menjadi suaminya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Papa Delta....." teriakan Leya membuat Delta dan Shani yang tengah sibuk dengan pikiran masing - masing pun tersentak. Puteri cantik Hyra dan Galang itu memaksa turun dari pangkuan sang nenek dan berlari menuju seorang pria yang sejak kecil sudah ia panggil dengan sebutan Papa. Delta tersenyum melihat Leya berlari ke arahnya. Ia membungkukan tubuhnya dan merentangkan tangannya lebar untuk memeluk gadis mungil kesayangannya itu. "Duh, papa kangen Leya." "Leya juga." Sahut anak itu cekikikan. Menyadari semua mata telah tertuju kepadanya. Delta bangkit dan berjalan mendekat ke arah kedua mempelai yang berbahagia. Satu tangannya ia gunakan untuk menggengam tangan Leya, sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk menggenggam tangan seorang wanita. Wanita yang sangat dikenal oleh keluarganya. Delta menhembuskan nafasnya, ia menatap Hyra dengan wajah penuh penyesalan. Sesekali ia juga melirik ke arah Arfan yang ia yakini sangat geram terhadapnya. "Maaf saya datang terlambat." Delta mengamati Hyra dari ujung kaki hingga ujung kepala. Membiarkan ingatannya menangkap pemandangan indah yang terlihat di depan matanya sekarang. Hyra terlihat lebih cantik dari biasanya, seperti dugaannya, gaun yang ia pilihkan memang sangat cocok ketika melekat di tubuh wanita yang telah membuatnya jatuh hati. Delta menarik nafasnya, mencoba menahan rasa sakit yang menyesakkan d**a. "Hyra, maafin Kaka...." Suasana bertambah hening. Semua orang menatap adegan demi adegan yang tersaji dengan rasa penasaran. Sementara Leya sudah lebih dulu diamankan oleh Frisa, tidak baik baginya jika harus melihat dan mendengar sesuatu yang belum pantas untuk anak sekecil itu dengar maupun lihat. Hyra masih diam. Ia ingin mendengar penjelasan apa yang akan diberikan Delta kepadanya. Sulit baginya untuk mencerna semua yang terjadi padanya hari ini. Pernikahan yang harusnya terjadi antara dirinya dan Delta gagal karena sang mempelai pria justru berganti dengan mantan suaminya.Tubuhnya gemetar, tanpa terasa tangannya telah digenggam Galang. "Kenalin Ra, ini Shani." Delta menjeda ucapannya. "Dia istriku." Deg *** Galang membiarkan Delta berbicara dengan istrinya. Walaupun rasa cemburu menghantui hatinya, ia tetap membiarkan Hyra berbicara dengan Delta sekaligus untuk mengobati luka - luka yang terpampang jelas di wajah abang sepupunya itu akibat pukulan yang diberikan oleh ayah mertuanya. Membayangkan aksi yang dilakukan sang mertua tadi, membuat Galang bergidik ngeri. Ayah mertuanya itu memang sangat brutal jika menyangkut anak dan juga cucunya. Ia juga sudah merasakannya dulu. Sementara itu, Galang lebih memilih menyingkir bersama Gani untuk mengamankan Shani terlebih dahulu. Kedua kakak dan adik itu tidak buta, mereka dapat melihat tatapan nyalang om mereka pada Shani. "Apa kabar Shan?" Tanya Gani memecah keheningan diantara ketiganya. Shani bukan sosok yang asing bagi Gani dan Galang. Keduanya tahu persis apa yang terjadi diantara wanita itu dengan sepupunya 12 tahun yang lalu. "Ba..baik Gan..." Gani tersenyum samar, "Gue kira kita enggak bakal ketemu lagi." Shani menundukan wajahnya. Ia bingung bagaimana cara untuk menyikapi dua orang yang pernah begitu dekat dengannya ketika Shani masih berpacaran dengan Delta. "Apa kabar suami dan emm lo udah punya anak?" Tanya Gani. Shani mengangguk samar, ia masih merasa segan dengan kedua pria yang berada di depannya. Membuatnnya enggan untuk mengangkat kepala. "Anak lo bera--" "Sayang...." suara Frisa memotong ucapan Gani yang belum selesai. Gani, Galang, dan Shani tentu menoleh ke arah Frisa yang baru saja mendekati mereka bertiga. "Eh maaf, aku enggak tahu ada Galang  sama..." Gani berjalan mendekati sang istri, "Enggak apa - apa sayang. Sini aku kenalin sama Shani, istrinya Delta." Gani menarik lembut tangan Frisa dan mengajaknya mendekati Shani yang sedari tadi hanya terdiam. "Shan, kenalin istri gue.." Frisa tersenyum lebar kemudian, mengulurkan tangannya. "Hai? Aku Frisa..." Shani membalas senyuman dan uluran tangan Frisa. Walaupun agak canggung, ia mencoba untuk bersikap ramah dengan wanita cantik yang tak asing buat dirinya itu. "Shani..." "Ah, bakal rame nih kalau malem tahun baru ya bang? Ada personil baru lagi." Frisa terkikik geli kemudian disambut senyuman Gani yang langsung merangkul pinggang istrinya dengan mesra. Frisa menatap Shani lekat, ia memicingkan matanya merasa ada yang janggal. "Kenapa lo Sa?" Tanya Galang mengagetkan. "Eh..enggak...em kaya enggak asing gitu ya? Kaya pernah ketemu." Shani dibuat semakin gugup dengan tatapan Frisa. Ia memilin ujung pakaian yang ia gunakan untuk meredakan rasa gugupnya. "Ya jelas kenal donk..." jawab Gani. Frisa menoleh ke arah suaminya. "Masa?" "Ini Kak Shani Sa, pacarnya bang Delta, yang dulu beberapa kali bantuin kita bikin tugas pas SMP." Sahut Galang. "Inget enggak sayang?" Kini Gani yang bertanya. Frisa terdiam, ia mencoba mengingat - ingat kejadian yang sudah cukup lama itu. "Ah, aku inget!" Seru Frisa. "Yang ngajarin kita matematika itu kan Lang? Yang bikin nilaiku jadi 95?" Ujar Frisa semangat membuat Gani ikut tersenyum lebar. "Hai Kak Shani, inget aku kan? Frisa..." Shani menganggukan kepalanya pelan. Ia ikut tersenyum ketika Frisa mengenalinya. "Tadi kenapa nyariin abang Sa?" Tanya Gani. "Ah...iya sampe lupa, Leya minta s**u kotaknya, aku mau cari dapur tapi lupa ke arah mana." Jawab Frisa polos. Gani tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "yaudah sama abang yuk, sekalian abang ikut main sama Leya." "Enggak apa - apa kan Lang?" Galang tersenyum lalu mengangguk. "Ah, yaudah oke yuk. Kak Shani, Sa tinggal dulu ya?" Shani tersenyum, kemudian mengangguk pelan sebelum sepasang suami istri itu meninggalkan Shani hanya dengan Galang. Galang menghembuskan nafasnya. "Kak Shani, gue turut berduka cita. Maaf gue enggak bisa ikut ke pemakaman tadi pagi." Shani menoleh ke arah Galang yang duduk tak jauh dari sana. Pria itu masih menggunakan pakaian yang ia gunakan ketika ijab kabul tadi. "Makasih Lang, enggak apa - apa kok, kakak ngerti." "Gue bener - bener enggak nyangka kalau akhirnya kita bakal ketemu lagi. " "Dan yang lebih mengejutkan, kakak dateng ketika bang Del nyaris nikah sama Hyra." Shani mengalihkan pandangannya ke arah lain, perkataan Galang jujur saja membuat hatinya merasa tak enak. Secara tak langsung ia menganggap bahwa dirinya sendiri adalah penyebab dari kandasnya hubungan Hyra dan Delta yang akan mengucapkan janji suci. "Lang, kakak enggak ada mak--" "Gue tau kak, tenang aja. Gue bukan ngatain lo pelakor loh!" Ucap Galang santai sambil mengulurkan segelas minuman bersoda kepada Shani. "Gue cuma enggak nyangka aja, di detik - detik terakhir gue nyaris kehilangan anak sama istri gue, keajaiban dateng." "Dan Allah ngirimin kakak buat jadi perantara dari keajaiban itu." Shani tampak mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Tanya Shani heran. Galang menegak minuman bersoda di tangannya hingga tandas. Ia tersenyum penuh arti ke arah Shani. "Gue bakal ceritain semua, tapi gue harap setelah ini lo bener - bener jaga Bang Delta, jangan sakitin bang Del kaya dulu lagi kak." "Gue sama bang Gani, saksi hidup gimana hancurnya bang Del pas lihat lo bersanding sama laki - laki lain di pelampinan." "Karena kalau itu terjadi, gue bakal buat perhitungan sama lo kak, enggak peduli lo lebih tua dari gue, enggak peduli lo cewe. Gue bakal bela bang Del." *** Delta dan Hyra masih duduk saling berhadapan. Air mata masih menghiasi wajah masing - masing. Jika Hyra dipenuhi dengan rasa kecewa dan sakit hati yang luar biasa karena merasa dipermainkan. Bukan saja oleh Delta, Galang ternyata juga telah mengetahui semua yang terjadi pada Delta, membuat hati Hyra jauh lebih sakit dibuatnya. Sementara Delta dilingkupi rasa sakit mendalam karena pada akhirnya, perjuangannya tak membuahkan hasil. Untuk kesekian kalinya, ia menjadi sosok pria yang harus merelakan wanita yang ia cintai bersanding dengan pria lain. "Jadi Galang tahu?" Delta mengangguk. Ia tak berani menatap wajah Hyra. Hatinya juga sama hancurnya. Hyra menarik nafas dan menghembuskannya. Ia menghapus sisa air matanya dan mengusap bahu Delta. "Berbahagialah dengan pilihanmu Kak, semoga kamu dan Kak Shani berbahagia, jangan lukai dia." Setelahnya Hyra bangkit dan meninggalkan Delta dengan kesedihannya. Delta menatap punggung Hyra yang kian menjauh. Dan berbahagialah kamu dengan dia yang masih ada di dalam hatimu Ra. Aku merelakanmu untuk bahagia, bukan untuk terluka. *** Delta berjalan gontai menuju mobilnya. Sementara Shani senantiasa berjalan pelan di samping Delta. Hatinya terasa sakit ketika melihat wajah sendu Delta yang terlihat terpukul karena kehilangan Hyra. Sedalam itu kah cinta kamu kepada Hyra Del? Seperti ini kah juga kamu ketika aku menikah dulu? Hening, itulah yang terasa di dalam mobil Delta. Keduanya terlihat sibuk dengan pikiran masing - masing. Delta meremas setir mobilnya, bahkan tanpa sadar Delta membenturkan dahinya sendiri ke arah setir mobil. Tangisan Delta yang penuh pilu memen terdengar di indera pendengaran Shani. Tanpa terasa, air mata Shani ikut serta mengalir. Tak hanya Delta yang merasakan kecewa terhadap dirinya sendiri. Kenyataannya Shani pun ikut merasakan hal yang sama bahkan lebih. Setelah 12 tahun berlalu, Shani justru dihadapkan kembali pada situasi dimana dirinya harus kembali melukai pria yang masih tersimpan di dalam hatinya itu. Jika dulu ia melukai Delta karena meninggalkannya untuk menikah dengan pria lain. Kini dirinya justru membuat pria yang begitu ia cintai itu harus kembali terluka karena lagi - lagi tak dapat menikah dengan wanita yang Delta cintai. Walaupun Galang telah menceritakan banyak hal tentang hubungan Delta dan Hyra, tetap saja ia merupakan kunci dari gagalnya pernikahan Delta dengan Hyra. "Hyra, aku cinta kamu." Ucap Delta parau disela tangisnya. Hati Shani dibuat semakin mencelos ketika mendengar ungkapan cinta pria yang kini menjadi suaminya justru kepada wanita lain, bukan untuk dirinya. Shani mungkin saja dapat memiliki raga sekaligus status sebagai istri dari Delta, tapi nyatanya hati pria itu tak lagi berporos padanya. Rasa takut higgap di hati Shani. Ia yakin tak akan mudah membuat Delta untuk benar - benar kembali padanya seperti dulu. Haruskah ia mundur dari sekarang? Sebelum semuanya berubah menjadi semakin menyakitkan? "Del.." panggil Shani lirih. Ia tak kuat melihat Delta yang menyiksa dirinya sendiri. Tangannya terulur mengusap bahu Delta yang bergetar. "Ma..maaf Del, maafin aku." Ucap Shani berusaha menahan isakkannya. Ia tak ingin menangis di hadapan Delta, pria itu jauh lebih sakit karena kembali kehilangan cintanya. Delta menghentikan tangisnya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Shani. Ia tersenyum lembut ke arah wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu. Shani menghentikan usapannya. Ia tersenyum balik ke arah Delta. Ia tahu senyum Delta bukanlah senyum kebahagiaan, melainkan kepedihan. "Sorry." Ucap Delta pelan. Ia akhirnya menyalakan mesin mobilnya dan bersiap untuk menjalankan mobilnya. Delta menghembuskan nafasnya panjang sebelum menginjak pedal gas untuk menjalankan mobilnya. "Ceraikan aku, Del!" Deg Delta yang sudah siap melajukan mobilnya mendadak membeku mendengar ucapan Shani. Demi Tuhan, apapun latar belakang mereka menikah, dia tidak pernah berniat untuk menceraikan Shani. Shani tanggung jawabnya, walaupun cintanya masih berporos pada Hyra, ia berharap bahwa Shani adalah masa depannya. Delta menatap tajam Shani. Sedangkan yang ditatap hanya menunduk karena takut dengan tatapan Delta. Tatapan yang begitu tajam dan belum pernah ia lihat sebelumnya. "Jangan bercanda kamu!" Ucap Delta tertahan. "Jangan mulai lagi Shan, kita udah bahas ini kan?" Lanjut Delta dengan suara yang melemah. "Aku enggak mau buat kamu berkorban lebih banyak lagi, sudah cukup sampai disini. Aku tahu betul kamu yang paling terluka Del. Kita hanya menikah siri, kamu tinggal jatuhkan talak itu dan semua berakhir." Delta tertawa miris. "Gampang kamu ngomong gitu ya? Pantes aja buat kamu ninggalin aku dulu." Shani mengangkat kepalanya dan menatap Delta dengan mata yang berkaca - kaca. "Del, kamu enggak ngerti." "Gimana aku mau ngerti kalo dari dulu kamu enggak pernah bilang kamu kenapa? Kamu pergi gitu aja, sekarang setelah kita bareng lagi, kamu mau ngelakuin hal yang sama lagi? Iya Shan? Iya?" Bentak Delta. Shani menggeleng, kepalanya tetap menunduk dan air mata semakin deras mengalir. Delta memejamkan matanya sembari mengepalkan tangannya untuk menahan emosi yang siap untuk meluap. Ditariknya Shani dalam pelukannya. Ia mengusap pelan punggung Shani. Mencoba menguatkan Shani, ia tahu bahwa wanita itu juga banyak menyimpan luka. "Jangan pernah berpikir untuk mengakhirinya Shan, kita baru memulainya lagi. Bantu aku menutup rasaku pada Hyra, bantu aku untuk membuka hati ini untuk kamu lagi." Delta menjeda ucapannya. Ia melepaskan Shani dan menatap wajah Shani yang penuh dengan derai air mata. Delta mengangkat wajah Shani agar mata mereka dapat bertemu. Ia tersenyum hangat sembari menghapus air mata Shani. "Aku bakal minta Gani urus surat pernikahan kita, biar pernikahan kita resmi di mata agama dan negara. Setelah itu aku bakal minta Gani buat ngajuin banding biar hak asuh anak kamu balik ke kamu lagi. Kamu percaya aku kan?" Shani tersenyum, ia mengangguk dan langsung menubruk tubuh Delta lagi. Dipeluknya sang suami yang sangat ia cintai itu. Delta memeluk tubuh Shani lagi. Ia mengusap punggung wanita itu sembari mengecup pucak kepala Shani dengan sayang. "Bantu aku Shan, bantu aku." Bisik lirih Delta tepat di samping telinga Shani. Shani hanya mengangguk dan mengeratkan pelukan itu. Ia berjanji, ia akan bersabar menanti hati Delta kembali terbuka untuk dirinya. Pada akhirnya, ini adalah akhir kisah dan perjuanganku untuk Hyra. Walaupun aku yakin, cinta itu tak akan pernah hilang dari dalam hatiku. Nama Mahyra Ananta Firdaus sudah terlalu dalam tenggelam di lautan cintaku. Namun aku berharap, inilah awal kisahku dengan Shani, seseorang yang pernah memenuhi seluruh ruang hatiku.    ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN