"Ya udah, aku tidur dulu, ya, Lis. Besok wajib lembur lagi, permintaan lagi banyak, kadang mesin problem mendadak." Aku mengangguk pelan saat Mas Hamid mengungkap secara lemah lembut kalau dia bakal lembur lagi besok. Setelah memastikan anak sulung Bu Ida tidur nyenyak, aku pun bangkit dan menyimpan rambut Mas Hamid, dengan menandai terlebih dahulu pada plastik transparan yang berisi rambut miliknya. Untuk beberapa waktu yang lama, aku tak kunjung dapat memejamkan mata. Berbagai prasangka yang mencuat dalam d**a, membuatku seperti insomnia belakangan ini. Tanpa diminta, bayang tentang Zaki muncul tiba-tiba. Membuat pikiranku jadi semakin kacau. Heh! Bukankah Zaki bilang dia masih lajang, sore tadi? Ah, betapa tololnya aku. Kenapa aku tidak kepikiran langsung tanya sama Zaki, si Mei-M

